Bagikan:

Membangun Bahagia di tengah Petaka Lapindo

Masih ingat luapan lumpur Lapindo yang membuat desa-desa di Sidoarjo terendam kan Sobat Teen? Peristiwanya sudah 7 tahun berlalu tapi sekarang belum rampung juga urusannya. Teman-teman kita yang rumahnya terendam jadi kehilangan rumah, sekolah, bahkan tem

Kamis, 18 Jul 2013 13:30 WIB

Author

Nurika Manan

Membangun Bahagia di tengah Petaka Lapindo

lumpur, lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur, Bakrie

KBR68H, Sidoarjo-Masih ingat luapan lumpur Lapindo yang membuat desa-desa di Sidoarjo terendam kan Sobat Teen? Peristiwanya sudah 7 tahun berlalu tapi sekarang belum rampung juga urusannya. Teman-teman kita yang rumahnya terendam jadi kehilangan rumah, sekolah, bahkan teman-teman. Soalnya banyak yang memilih pindah ke kota lain. Alhasil, teman bermain pun menyebar entah ke mana. Namun ada sekelompok teman kita di desa Besuki, Kecamatan Jabon, Sidoarjo yang memilih untuk tidak larut dalam kesedihan. Mereka membentuk sanggar untuk ruang bermain dan berkreasi. Namanya Sanggar Anak Alfaz. Bagaimana teman-teman kita ini membangun keriangan di tengah petaka Lumpur Lapindo? Kita simak yuk di Cerita Kita yang disusun sama Kak Ika Manan.

 “Sejak jebolnya lumpur, sejak itu warga Besuki Barat banyak yang pindah. Kan teman-teman di sekolah itu banyak yang dari Besuki barat.” Itu tadi Yogi, teman kita yang duduk di kelas 2 SMP Negeri 2 Jabon, Sidoarjo. Ia mengaku kehilangan teman bermain sejak tragedi luapan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo. Tujuh tahun lalu, setelah lumpur panas merendam rumah, sawah dan sekolah mereka, teman-temannya satu per satu pindah.

Tapi Yogi ngga patah arang. Ia tak mau membiarkan situasi kesepian itu berlarut-larut. Para 2009 lalu, bersama sekelompok temannya di Desa Besuki, Kecamatan Jabon, Sidoarjo, ia membentuk ruang bermain sekaligus belajar. Namanya Sanggar Anak Alfaz. Yogi juga dibantu ayahnya, Cak Irsyad untuk mendirikan sanggar ini. Cak Irsyad bilang, ia prihatin anak-anak di kampungnya yang sering murung. “Awalnya kita mengajak anak kumpul saja. Waktu dulu tidak ada istilah sanggar atau bukan. Awalnya, ayok kita berkumpul dan bikin kegiatan. Kegiatan pertama itu menari. Memang kita tidak punya apa-apa, hanya menari,” kata Cak Irsyad.

Ada sejumlah pengajar yang bergabung di sanggar ini untuk melatih menari temen-temen kita, Sobat Teen. Tapi kegiatan sempet terhenti karena guru tari sanggar hamil. Meski begitu, sanggar itu tetap dibuka untuk tempat berkumpul dan ruang baca. Tak lama, ada teman Cak Irsyad yang menyumbangkan alat perkusi Sobat Teen. Kegiatan temen-temen kita di sanggar Alfaz pun berlanjut dengan belajar bermain perkusi.

Usaha Cak Irsyad untuk mengganti kesedihan temen-temen di Sidoarjo dengan kegembiraan, perlahan mulai membuahkan hasil. Meski Cak Irsyad sendiri juga kehilangan harta benda, tapi dia tetep membantu temen-temen kita di sana. Kenapa Cak Irsyad mau? Soalnya Cak Irsyad ngga mau melihat temen-temen kita selalu murung.  “Ya karena anak-anak tidak ada yang mengurus waktu itu. Jadi di saat sawah-sawah terendam, rumah terendam, sekolah terendam, anak-anak banyak kehilangan dan anak-anak ini justru tidak ada yang mengurus. Kalau soal jual beli aset itu sudah banyak tokoh yang mengurus. Karena anak-anak tidak ada yang mengurus, ya oke ayok bersama-sama. Agar anak-anak tidak larut dalam kesedihan.” Wah, hebat ya Sobat Teen.

Sekarang Cak Irsyad sudah bisa tersenyum karena temen-temen kita ngga sedih lagi. Putri Dwi Novita yang masih kelas 5 SD ini misalnya, senang berkegiatan di Sanggar Alfaz. “Bermain perkusi, puisi, membuat pantun,” kata Putri. Ia juga membuat puisi berjudul “Tertipu” yang berkisah tentang Lumpur Lapindo, rumahnya yang terendam lumpur lalu teman-temannya yang satu per satu meninggalkan daerah itu. “Saya jadi enggak senang karena enggak ada temannya. Harapan aku, biar bisa banyak teman lalu teman-teman sekolah berkumpul lagi.” Ah semoga harapan Putri segera terwujud ya Sobat Teen.

Sementara temen kita, Fika dari SMP Negeri 1 Jabon Sidoarjo berharap, teman-temannya mau bergabung ke Sanggar Alfaz agar bisa mengembangkan diri dan tidak larut dalam kesedihan. “Harapan saya sih, anak-anak yang tidak memiliki teman seperti aku dulu, cepat-cepat ke sanggar biar bisa mencari teman yang banyak. Sejak ada lumpur itu kan aku enggak punya teman, soalnya kan rumahnya terendam, jadi pada pindah. Dan sejak itu, katanya Pak Irsyad, diadakan sanggar. Sejak adanya sanggar, saya banyak pengalaman dan juga mendapat tema,” jelas Fika.

Hmmmmm, tragedi Lapindo yang melenyapkan harta benda dan sekolah mereka dalam sekejap pasti sangat membekas dalam ingatan teman-teman kita ya Sobat Teen. Meski kasus ini masih dirundung masalah penuntasan ganti rugi yang ngga kunjung selesai, temen-temen kita tetap semangat. Malah mereka mencetak prestasi melalui ajang Festival Perkusi Remaja Indonesia di Jakarta. Mereka enggak menyerah sama stuasi! Bahkan mereka mencetak prestasi! Salut buat temen-temen di Sidoarjo.

Terus berkarya ya teman-teman!

Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Bedah Prospek Emiten Energi dan EBT

Google Podcasts Ditutup Tahun Depan

Kabar Baru Jam 7

30 Provinsi Kekurangan Dokter Spesialis

Kabar Baru Jam 8

Most Popular / Trending