BERITA

Butuh Rp5 Triliun dan 7 Tahun Imunisasi untuk Bebaskan Indonesia dari COVID-19

Butuh Rp5 Triliun dan 7 Tahun Imunisasi untuk Bebaskan Indonesia dari COVID-19
Ilustrasi virus corona SARS-CoV-2. (Foto: CDC USA/Creative Commons/Public Domain)

KBR, Jakarta - Lembaga Biologi Molekuler Eijkman memastikan proses pengembangan vaksin untuk virus corona atau Covid-19 akan berlangsung di dalam negeri. 

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan Indonesia membutuhkan minimal 350 juta dosis vaksin Covid-19, untuk 170 juta masyarakat. 

Satu orang nantinya minimal akan mendapat dua dosis vaksin. Amin menyebut, jumlah tersebut merupakan perhitungan dari nilai R naught atau R0 yang diharapkan aman. 

"Jumlah orang yang harus divaksinasi itu adalah satu minus R0 yang diharapkan dibagi dengan R0 sekarang. Jadi yang diharapkan adalah 1, karena sekarang itu pernah mencapai 3, jadi satu dikurangi sepertiga. Berarti dua pertiga dikali jumlah penduduk Indonesia 260 juta. Berarti kita ada 170 juta orang yang harus divaksinasi. Kalau satu orang butuh dua dosis, maka kita membutuhkan 350 juta dosis," ujar Amin Soebandrio di Acara Webinar Asosiasi Professor Indonesia (API), Senin (15/6/2020).

Amin menjelaskan, saat ini harga vaksin di luar negeri berkisar 1 dollar AS per dosis. Namun, di kala pandemi, harga tersebut dapat melonjak hingga 10 kali lipat. 

Jika dengan harga normal, Amin memperkirakan, butuh setidaknya anggaran 350 juta dollar AS atau hampir Rp5 triliun untuk membeli vaksin dari luar negeri. Itu pun, kata Amin, tergantung suplai dari negara pemroduksi.

"Itu kalau kita punya uang, kalau kita punya uang belum tentu bisa disuplai sekaligus karena kapasitas produksi dunia juga terbatas dan yang butuh vaksin juga banyak. Kalau Indonesia mendapat jatah satu minggu satu juta dosis, tapi kita butuhnya 350 juta dosis. Berarti kita membutuhkan waktu 7 tahun untuk menyelesaikan program imunisasinya kalau kita harus tergantung ke luar negeri," ujar Amin.

Karena besarnya biaya yang harus ditanggung, kata Amin, maka Indonesia tidak boleh bergantung dengan vaksin COVID-19 buatan luar negeri. 

Amin menambahkan, pengembangan vaksin sudah diamanatkan oleh Menristek, kepada Eijkman untuk memimpin konsorsium. 

Menurutnya, vaksin diprediksi bisa selesai tahun depan di dalam negeri. Karena itu, vaksinasi merupakan kemandirian dalam negeri, dan Indonesia diyakini bisa bertahan dalam jangka panjang.

"Amanat yang diberikan oleh Menristek/BRIN adalah untuk memimpin suatu konsorsium untuk mengembangkan vaksin yang bikinan Indonesia. Artinya Indonesia harus punya kemandirian dalam menghasilkan vaksin karena jumlahnya cukup banyak," tutur Amin.

"Maka itu, meskipun vaksin ini baru selesai tahun depan, tetapi karena sudah sepakat tadi, karena kita mungkin harus berdampingan dengan virus ini, maka vaksinasi menjadi tumpuan untuk jangka panjang dan kita tidak boleh tergantung oleh luar negeri," kata Amin yang juga Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik di Fakultas Kedokteran UI.

Editor: Agus Luqman 

  • COVID-19
  • virus corona
  • vaksin
  • imunisasi
  • Eijkmann

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!