BERITA

Mengintip Isi Tim Mawar: Dari Pesilat Tapak Suci Sampai Intelijen Tempur

Mengintip Isi Tim Mawar: Dari Pesilat Tapak Suci Sampai Intelijen Tempur
Ilustrasi: Tim Mawar Kopassus. (Foto; Flickr/AK Rockefeller)

KBR, Jakarta – Pekan ini Majalah TEMPO menerbitkan liputan investigasi berjudul Tim Mawar dan Rusuh Sarinah. Edisi itu menyebut bahwa Tim Mawar terlibat dalam kerusuhan 21 – 22 Mei 2019.

Tak lama berselang, bekas Komandan Tim Mawar satuan Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Chairawan, mendatangi kantor Dewan Pers untuk menyatakan keberatan sekaligus bantahan.

Kuasa hukum Chairawan menegaskan, belum ada satupun penyelidikan atau putusan yang mengatakan Tim Mawar terlibat dalam kerusuhan pasca Pemilu itu.

Sang bekas komandan pun menyatakan bantahannya, ”Tim Mawar seperti yang saya katakan di depan, sudah bubar sejak 1999 dengan adanya keputusan pengadilan,” ujar Chairawan di gedung Dewan Pers, Selasa (11/6/2019).


Eks-Anggota Tim Mawar Pasca Pembubaran

Tim Mawar memang sudah dibubarkan setelah terbukti menculik sejumlah aktivis reformasi 1998. Namun, eks-anggota mereka umumnya masih cukup eksis.

Peneliti isu politik militer, Made Supriatma, pernah melakukan “pelacakan” terhadap eks-anggota Tim Mawar pasca pembubaran.

Dalam artikel Melacak Tim Mawar yang dimuat di Indoprogress pada 27 Mei 2014, ia memaparkan, para eks-anggota masih aktif dalam kehidupan militer, politik, bahkan dunia bisnis di Indonesia.

Berikut gambaran singkat tentang profil dan rekam jejak mereka.


Muchdi Purwopranjono: Sang Pesilat Tapak Suci

Muchdi awalnya menjabat sebagai Komandan Jendral (Danjen) Kopassus.

Setelah pembubaran Tim Mawar, ia lantas dicopot dari jabatan itu dan bergabung dengan Badan Intelijen Nasional (BIN).

Selama berkiprah di BIN, Muchdi menduduki posisi Direktur V yang membawahi keamanan dalam negeri.

Di periode itu ia sempat diduga mendalangi pembunuhan aktivis HAM Munir bin Thalib, sempat ditahan, divonis 15 tahun penjara, tapi tiba-tiba dibebaskan dari semua tuduhan.

Tahun 2006 Muchdi disebut terlibat dalam pendirian partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang dipimpin Prabowo Subianto. Tapi di awal 2012 ia meninggalkan Gerindra dan bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Muchdi juga dikenal aktif di organisasi Islam Muhammadiyah. Sejak tahun 1963 ia disebut sudah bergabung dalam organisasi silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah, hingga sempat menjabat sebagai ketuanya.

Menurut keterangan yang dihimpun Made Supriatma, ada dugaan bahwa Muchdi berperan sebagai “kaki Prabowo” di dalam ormas-ormas Islam.


Bambang Kristiono: “Sang Komandan”

Bambang Kristiono adalah salah satu bekas komandan Sandi Yudha, tim Kopassus yang bertugas mengumpulkan data intelijen tempur (combat-intelligence).

Di hadapan pengadilan militer, ia juga mengaku sebagai salah satu Komandan Tim Mawar.

Bambang mengambil-alih semua tanggung jawab penculikan aktivis Tim Mawar, dan dengan begitu membebaskan semua komandan di atasnya dari tuntutan hukum.

Ia pun menjadi satu-satunya eks-anggota Tim Mawar yang dipecat langsung dari kesatuan militer.

Setelah bebas dari hukuman 22 bulan penjara, Bambang diberi jabatan sebagai Direktur Utama di PT Tribuana Antar Nusa oleh Prabowo, perusahan yang dulunya milik Yayasan Kobame (Korps Baret Merah).

Perusahaan itu lantas menjadi anak perusahan dari Nusantara Energy Group milik Prabowo, yang bergerak di bidang transportasi.

Bisnisnya meliputi penyewaan kapal feri untuk penyeberangan Merak-Bakauheni, serta jasa transportasi untuk pengeboran minyak.


Fausani S. Multhazar: “Sang Wakil Komandan”

Dalam proses pengadilan terhadap Tim Mawar, Fausani mengaku bertanggung jawab sebagai Wakil Komandan.

Ia sempat divonis hukuman pemecatan dari dinas militer. Tapi, belakangan vonis itu dicabut, diganti dengan hukuman 36 bulan penjara.

Selepas dari penjara, Fausani kembali berkarier di dunia militer, hingga sempat menjabat sebagai Kepala Bagian Pengamanan Biro Umum di Sekretariat Jenderal Kementerian Pertahanan.


Nugroho Sulistyo Budi: Penari Jawa yang Handal

Nugroho adalah satu-satunya eks-anggota Tim Mawar yang bukan lulusan Akademi Militer (Akmil). Ia juga disebut mampu menarikan tarian Jawa dengan handal.

Nugroho dikabarkan pernah mengenyam studi jurusan Ilmu Pemerintahan di Universitas Gadjah Mada (UGM). Menurut narasumber yang diwawancarai Made Supriatma, belum ada keterangan jelas tentang bagaimana ia bisa bergabung dengan Kopassus.

Setelah pembubaran Tim Mawar, Nugroho mendapat hukuman 36 bulan penjara. Selepas itu, ia pun melanjutkan karier di militer hingga sempat diangkat menjadi Komandan Kodim di Semarang, hingga staf BIN.


Chairawan Nusyirwan: Komandan Intelijen Tempur

Seperti Bambang, Chairawan adalah prajurit yang besar di lingkungan Sandi Yudha, tim Kopassus yang bertugas mengumpulkan data intelijen tempur.

Sandi Yudha juga disebut biasa melakukan tugas penggalangan massa (mobilization) dan perang urat-syaraf (psychological warfare).

Menurut wawancara Made Supriatma dengan narasumber anonimnya, Chairawan sempat bertugas sebagai komandan Satuan Gugus Intelijen (SGI) di Timor Timur. Ia disebut mengendalikan semua operasi intelijen Kopassus di wilayah itu.

Setelah pembubaran Tim Mawar, Chairawan banyak terlibat dalam operasi militer di Aceh. Ia sempat menjadi Kepala Dinas Jasmani TNI-AD (Kadisjasad), staf ahli BIN, hingga akhirnya pensiun dengan pangkat mayor jenderal.

Setelah pensiun, Chairawan menjabat sebagai Komisaris PT Cowell Development Tbk, sebuah perusahan pengembang (real estate) yang banyak membangun perumahan di pinggiran Jakarta, Tangerang, dan telah melebarkan sayap hingga ke Kalimantan Timur.

Setelah pensiun dari tentara, ia juga bergabung ke Gerindra sebagai anggota Dewan Pembina partai.


Lima Orang Lainnya: Militer, BNPT, dan Gerindra

Selain nama-nama yang disebut di atas, masih ada lima eks-anggota Tim Mawar, yakni Yulius Selvanus, Untung Budiharto, Djaka Budi Utama, Dadang Hendra Yuda dan Fauka Noor Farid.

Setelah pembubaran Tim Mawar, mereka semua tidak dipecat dari kemiliteran.

Yulius, Untung dan Djaka, diketahui terus melanjutkan karier hingga menjabat pimpinan di berbagai satuan militer wilayah Indonesia.

Eks-anggota yang terbilang memiliki rekam jejak agak berbeda adalah Dadang, yang belakangan diketahui aktif di Badan Penanggulangan Nasional Terorisme (BNPT).

Fauka juga dikabarkan "pensiun dini" dari kemiliteran, lantas aktif di Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Gerindra.

Editor: Citra Dyah Prastuti 

  • tim mawar
  • kopassus
  • Aksi 22 Mei
  • kerusuhan pemilu

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!