BERITA

Pasca Brexit, Inggris Limbung

Pasca Brexit, Inggris Limbung

KBR - Empat hari setelah mayoritas warga Inggris menyuarakan keluar dari Uni Eropa (Britain Exit/Brexit), kondisi ekonomi dan politik negeri itu dalam kondisi limbung.

Dampak Brexit jauh melampaui bayangan banyak orang. Kondisi itu juga menggegerkan dunia perekonomian global. Satu triliun dolar Amerika hilang hilang dari pasar uang. Ditambah kehilangan dua triliun dolar AS pada Jumat sebelumnya. Ini menjadi kerugian terbesar sepanjang masa hanya dalam hitungan dua hari.


Nilai tukar Sterling anjlok menjadi hanya 1,32 USD per 1 pound, nilai terendah sepanjang 30 tahun terakhir.


Rating kredit Inggris yang semula AAA juga diturunkan oleh sejumlah lembaga pemeringkat utang dunia. Sebelumnya Standard & Poor pada Senin lalu, disusul Moody's menurunkan rating kredit pada Jumat, disusul Fitch juga melakukan hal yang sama awal pekan ini.


Dari segi politik, Inggris kini mengalami krisis kepemimpinan. Perdana Menteri David Cameron sudah menyatakan akan mundur setelah mempersiapkan kongres Partai Konservatif.


Ia juga menyerahkan sepenuhnya langkah-langkah negosiasi dengan Uni Eropa, terkait dengan pengajuan proposal dan notifikasi resmi keluar dari Uni Eropa berdasarkan Pasal 50 dalam Perjanjian Uni Eropa atau Traktat Lisabon. Pasal itu mengatur prosedur keluar dari Uni Eropa.


Sementara itu Partai Buruh, partai oposisi utama di Inggris juga digoyang mosi tidak percaya dari sejumlah anggota parlemen terhadap Ketua Partai Buruh Jeremy Corbyn.


Partai Buruh merupakan salah satu kekuatan yang mengusung pilihan Remain dalam referendum, alias tetap menginginkan Inggris berada di Uni Eropa. Namun, partai ini dianggap gagal, karena ternyata mayoritas buruh di Inggris memilih opsi 'Leave'.


Sementara itu, partai berkuasa di Inggris, Partai Konservatif juga tengah mencari calon pengganti David Cameron sebelum pemilu.


Banyak warga Inggris yang berdarah Irlandia, ramai-ramai mengurus administrasi untuk mendapatkan paspor baru Irlandia. Hampir semua orang yang mengurus paspor Irlandia tidak tahu resiko atau konsekuensi yang akan mereka hadapi ketika Inggris keluar dari Uni Eropa. Diantaranya harus mengurus visa jika ingin masuk ke negara-negara anggota Uni Eropa.


GoogleTrends menyebutkan kata kunci pencarian di Inggris untuk "cara mendapatkan paspor Irlanida" meningkat lebih dari 100 persen setelah hasil Brexit keluar.


Berdasarkan ketentuan di Irlandia, orang yang memiliki ayah atau kakek berdarah Irlandia bisa mendaftar untuk mendapatkan paspor Irlandia. Satu dari empat orang di Inggris memiliki darah Irlandia.


Bahkan, anggota Partai Independen Kerajaan Inggris (UKIP), Ian Paisley Jr., yang juga menjadi juru kampanye Brexit/Leave mengatakan, "Saya menyarankan, jika Anda ingin mengajukan paspor kedua, lakukan saja."


Kepanikan dan kebingungan melanda banyak orang di Inggris, termasuk yang sebelumnya memilih opsi Leave. Ini menyangkut konsekuensi, bahwa mereka tidak bisa lagi bebas mengunjungi negara-negara anggota Uni Eropa lain--yang berarti warga Inggris harus mengurus visa Schengen lebih dulu untuk masuk ke negara tetangga.


Bekas Perdana Menteri Inggris Tony Blair mengatakan, masih ada kemungkinan Inggris kembali bergabung dengan Uni Eropa.


"Tapi saya tidak yakin. Saya kira kampanye 'Leave' itu sangat-sangat kuat. Tapi saya pikir, mungkin saja orang-orang kini mulai melihat realitas, kenyataan yang dihadapi, lalu berpikir bahwa (keluar dari Uni Eropa) itu buka gagasan yang baik," kata Blair.


"Saya pikir (keputusan keluar dari Uni Eropa) ini salah. Mestinya kita tetap berada di dalam, setelah empat dekade menjadi anggota Uni Eropa," kata Blair.

Sumber: The Guardian/Telegraph/Independent/Express

  • Brexit
  • Inggris
  • Uni Eropa
  • internasional

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!