INDONESIA

2014-03-29T17:00:28.000Z

Kenangan Pelukis Asal Vietnam

"Saya belajar dengan hanya mendengar mereka bicara."

Kenangan Pelukis Asal Vietnam
Swedia, Pelukis, Maj Trang, Vietnam, Ric Wasserman

Pada 1969, saat bom Amerika jatuh di Hanoi, Swedia adalah negara Barat pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan Vietnam. 


Dan baru-baru ini, 45 tahun kerjasama antara kedua negara dirayakan di Stockholm.


Acara itu juga merupakan waktu untuk berefleksi, terutama bagi artis Maj Trang yang ada di sana untuk memamerkan lukisannya. 


Dia masih remaja ketika bom jatuh di Hanoi pada 1960-an ... banyak tetangga dan kerabatnya yang tewas. 


Pembantaian yang ia alami itu mempengaruhi dirinya. 


Maj bertemu sorang pria Swedia yang bekerja di sebuah pabrik kertas Vietnam, kemudian menikahinya dan pindah ke Swedia pada 1990. 


Dia sudah menemukan apa yang dia cari: “Kebebasan.”


Maj Trang sekarang tinggal di Kota Örebro di Swedia Selatan...yang jaraknya sangat  jauh dari Vietnam.


Di rumah, ia sedang sibuk memasak sup ala Vietnam..


Menurutnya, aroma makanan ini membuatnya teringat masa kanak-kanaknya. 


Saya bertanya padanya bagaimana tumbuh remaja saat serangan udara terjadi di Hanoi. 


”Saat saya berusia 15 atau 16 tahun, saya ingat ada 12 hari pemboman di Hanoi. Kami berlarian dan bersembunyi di bawah rumah. Api membara di langit.”  


Di ruang utama apartemen dan studio Maj, ada foto hitam putih seorang pria yang duduk di depan sebuah mural besar Ho Chi Minh yang memimpin Vietnam menuju kemerdekaan. 


Pria dalam foto itu adalah Hong Van, ayah Maj Trang. Ayahnya adalah pelukis potret resmi pemimpin itu. 


Saudara laki-lakinya mendapat pelajaran melukis dari ayah mereka, tapi Maj hanya bisa mendengar.


“Saya belajar dengan hanya mendengar mereka bicara. Jika Anda melukis dengan cat minyak, Anda harus melukis perlahan, berkali-kali. Saya mendengar dia mengajari saudara laki-laki saya bagaimana membuat bentuk dan cahaya. Saya hanya bisa mendengar karena ayah tidak tertarik mengajari anak perempuan.”


Maj belajar melukis dengan melakukan percobaan pada dirinya sendiri. 


Lebih dari dua dekade dia menampilkan gayanya yang  unik. 


Dengan warna-warna cerah, karyanya mencampurkan berbagai aliran, sebagian abstrak, sebagian naif dan yang lainnya tradisional.


Ia sedang memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Ia berkemas untuk pamerannya berikutnya di Italia.


”Saya sudah empat kali pameran di Venesia Italia dan galeri di Venice mengoleksi karya-karya saya. Ada banyak orang di Italia yang mengoleksi karya saya.”


Sekarang Maj menjalani kehidupan yang berbeda, tapi ia sering merefleksikan masa lalunya ... penderitaan selama masa kecilnya. 


Maj punya dua anak perempuan. Foto mereka tergantung di dinding dapur. Sementara ia dibesarkan dalam sebuah keluarga miskin yang beranggotakan delapan orang.


“Dulu, saya tidak punya lampu di rumah, saya biasanya membeli minyak untuk lampu untuk belajar di sekolah. Aku tidak punya sepatu yang bagus dan hanya bertelanjang kaki.”


Masa-masa itu sudah lama berlalu di Vietnam. 


Hari ini, negara itu mengalami ledakan ekonomi. 


Negara itu bisa menjadi pasar yang bagus untuk karya-karya Maj. Ia berencana suatu hari nanti akan kembali ke Hanoi.


”Ketika musim dingin tiba di Swedia, di mana udaranya dingin dan bersalju, saya ingin kembali ke Vietnam selama enam bulan. Itu mimpi saya.”

 


  • Swedia
  • Pelukis
  • Maj Trang
  • Vietnam
  • Ric Wasserman

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!