BERITA

Migrant Care: Masih Ada Anggapan Mengurus TKI sebagai Hal yang Tak Bermanfaat

"KBR68H, Jakarta - LSM Buruh Migrant Care menuding Kementerian Luar Negeri tidak transparan soal proses pemutihan dokumen di Konsulat Jenderal RI Jeddah, Arab Saudi."

Doddy Rosadi

Migrant Care: Masih Ada Anggapan Mengurus TKI sebagai Hal yang Tak Bermanfaat
wahyu susilo, TKI, KJRI Jeddah, dokumen, arab saudi

KBR68H, Jakarta - LSM Buruh Migrant Care menuding Kementerian Luar Negeri tidak transparan soal proses pemutihan dokumen di Konsulat Jenderal RI Jeddah, Arab Saudi.  Itu terlihat dari informasi soal jadwal pemutihan dokumen yang simpang siur.  Sehingga menyebabkan kepanikan dari WNI dan TKI yang mengurus pemutihan dokumen. Apa saja sebenarnya kelemahan dari proses pemutihan dokumen TKI di Arab Saudi? Simak perbincangan penyiar KBR68H Agus Luqman dan Novri Lifinus dengan Aktivis LSM Migran Care, Wahyu Susilo dalam program Sarapan Pagi

Anda melihat langkah-langkah pemerintah untuk mencoba mensosialisasikan soal pemutihan, apakah ada kelemahan-kelemahan sehingga membuat peristiwa kemarin terjadi?

Saya kira pertama secara informasi tidak pernah diberikan secara utuh oleh pemerintah, dalam hal ini perwakilan. Coba kalau kita cek di website baik KBRI yang ada di Riyadh maupun KJRI yang ada di Jeddah, sama sekali tidak ada informasi mengenai itu. Itu hal yang kasat mata, apalagi informasi yang dilakukan secara door to door atau informasi yang dilakukan secara periodik. Sehingga kelangkaan informasi itu menimbulkan informasi yang bisa dimanfaatkan oleh mereka yang memang ingin situasi seperti sekarang ini bertahan. Saya kira mereka yang selama ini diuntungkan oleh ya saya katakan mafia perdagangan manusia yang melibatkan banyak pihak. Kemudian yang penting lagi adalah bahwa dengan keterbatasan tenaga yang dimiliki oleh teman-teman kita yang ada di KJRI Jeddah, saya kira dengan membludaknya mereka yang punya keinginan untuk mendapat dokumen resmi harusnya tata pengurusannya tidak seperti biasanya. Karena asumsi mereka biasanya menerima loket antara 40-100 orang, padahal yang dihadapi seperti kemarin puncaknya ada sekitar 10 ribu sampai 12 ribu teman-teman TKI yang ingin mengurus dokumen. Jadi harus ekstra keras, pertama adalah tenaganya, fasilitas yang dimiliki, durasi waktu pelayanan.

Kabarnya dari jam 8 pagi sampai jam 4 pagi bagaimana?

Iya tapi buka tutup dan itu tidak ada informasi yang jelas.

Bagaimana cara sosialisasi yang memungkinkan di sana?

Teman-teman di sana punya komunitas, punya kontak baik berdasarkan organisasi keagamaan, perkumpulan. Tidak pernah memanfaatkan kelompok-kelompok itu sebagai alat menginformasikan ini, jadi informasi hanya disebar tahu tidak tahu ya kamu ngerti. Ini jadi problem utama ketika ada masalah besar di luar negeri. Hal yang saya usulkan dimana ada kerja luar biasa, ekstra keras, membuka loket hampir 24 jam itu dilakukan teman-teman kita di KBRI Kuala Lumpur sehingga tidak terjadi penumpukan yang luar biasa. Jadi seharusnya ada knowledge sharing antara KBRI dan KJRI yang melakukan ini, ini tidak pernah terjadi di antara mereka. Kedua adalah karena yang diurus adalah TKI yang overstay yang dalam perspektif pemerintah Indonesia mereka itu ilegal, saya ini mengurus orang yang “tidak bermanfaat”. Baru saja saya dengar Staf Khusus Kemenlu Indonesia Wahid Supriyadi bilang yang mati itu bukan TKI kok, umroh kok biarin. Ini pejabat negara mengabaikan warga negara Indonesia yang mati, tidak punya hati nurani seperti itu.     

  • wahyu susilo
  • TKI
  • KJRI Jeddah
  • dokumen
  • arab saudi

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!