BERITA

2020-05-28T15:27:00.000Z

ILO: Anak Muda 'Generasi Lockdown' Makin Susah Dapat Kerja

""Jika bakat dan energi mereka terpasung karena kurangnya kesempatan atau keterampilan, itu akan merusak masa depan kita dan menyulitkan pemulihan ekonomi pasca-Covid.""

ILO: Anak Muda 'Generasi Lockdown' Makin Susah Dapat Kerja
Ilustrasi: Pekerja Migran Indonesia yang dideportasi dari Malaysia mengantri tes cepat Covid-19 di Dinsos Kalbar, Pontianak, Selasa (26/5/2020). (Foto: ANTARA)

KBR, Jakarta - Karantina wilayah atau lockdown selama pandemi Covid-19 telah menimbulkan krisis sosial ekonomi di berbagai negara. Dan menurut organisasi buruh internasional ILO, kelompok yang paling terdampak krisis ini adalah anak muda.

Hal itu diungkapkan ILO dalam laporan Covid-19 and the World of Work: 4th Edition yang dirilis Rabu (27/5/2020).

"Orang-orang muda adalah korban utama yang terkena dampak sosial-ekonomi dari pandemi. Kehidupan kerja di usia produktif mereka berisiko terganggu, hingga bisa mengarah pada munculnya 'generasi lockdown," kata ILO dalam laporannya.

Direktur Jenderal ILO Guy Ryder menjelaskan bahwa 'generasi lockdown' adalah generasi yang potensinya terhambat akibat pembatasan atau karantina wilayah.

“Jika kita tidak segera mengambil tindakan signifikan untuk memperbaiki situasi mereka, 'warisan' virus ini bisa bertahan selama beberapa dekade," kata Guy Ryder dalam siaran persnya, Rabu (27/5/2020).

"Jika bakat dan energi mereka terpasung karena kurangnya kesempatan atau keterampilan, itu akan merusak masa depan kita dan menyulitkan pemulihan ekonomi pasca-Covid," lanjutnya.


Masalah Generasi Muda di Tengah Pandemi

ILO menilai ada tiga masalah krusial yang dihadapi generasi muda di tengah pandemi Covid-19.

Pertama, proses pendidikan dan pelatihan keterampilan terganggu karena lockdown. Hal ini akan mempersulit peluang mereka mendapat kerja di masa depan.

Kedua, pandemi membuat banyak bisnis kolaps dan menimbulkan gelombang PHK. Perusahaan yang masih beroperasi juga rawan mengurangi gaji dan mengancam hak pekerja-pekerja muda.

Ketiga, kesempatan mencari kerja semakin sempit. Transisi ke pekerjaan lain yang lebih baik juga semakin sulit.

"Dalam jangka panjang, gabungan masalah pendidikan dan krisis pasar tenaga kerja bisa merusak kualitas dan kuantitas pekerjaan, sekaligus memperburuk kesenjangan di suatu negara," tulis ILO dalam laporannya.


Rentan Depresi

Di samping masalah sosial-ekonomi, krisis pandemi ini juga rentan menimbulkan masalah psikologis bagi generasi muda. Hal itu diketahui dari hasil survei ILO terhadap sekitar 13 ribu orang berusia 18-39 tahun di berbagai negara.

"Dari seluruh anak muda yang disurvei, sekitar setengahnya rentan mengalami gangguan kecemasan atau depresi sejak awal pandemi. Orang muda yang berhenti kerja memiliki risiko depresi paling tinggi," ungkap ILO.


Solusi: Mencontoh Uni Eropa

Untuk menghadapi masalah ini, ILO menegaskan negara perlu membuat kebijakan khusus untuk melindungi kesejahteraan generasi muda, untuk mengembangkan potensi dan memanfaatkan usia produktif mereka.

ILO pun mendorong negara-negara agar mencontoh Uni Eropa.

"Skema Youth Guarantee milik Uni Eropa adalah contoh kebijakan komprehensif, sebuah intervensi cepat untuk melindungi generasi muda agar tidak tersingkir dari pasar tenaga kerja," kata ILO.

Skema Youth Guarantee atau Jaminan Generasi Muda adalah kebijakan ekonomi makro Uni Eropa yang menjamin pendidikan, pelatihan, dan memberi peluang kerja bagi anak muda.

Uni Eropa mengklaim kebijakan ini telah berhasil mengurangi 2,3 juta pengangguran muda, serta mengurangi 1,8 juta anak muda yang tidak sekolah dan tidak mengikuti kursus pelatihan. 

Berita Terkait: Kartu Prakerja Tidak Jamin Penganggur Dapat Kerja 

Editor: Agus Luqman

  • COVID-19
  • pengangguran
  • phk
  • anak muda
  • pendidikan
  • krisis ekonomi
  • the great lockdown

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!