BERITA
Ekonom: Perang Dagang Ciptakan Gejolak Pasar Global
KBR, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca
perdagangan Indonesia pada bulan April 2019 mengalami defisit 2,5
miliar dolar AS.
Defisit ini disebabkan menurunnya kinerja ekspor Indonesia seiring memanasnya perang dagang antara Amerika dan Tiongkok.
Pengamat ekonomi Yanuar Rizky menyebut Indonesia harus fokus memperkuat
sektor perdagangan di dalam negeri agar bisa bertahan ditengah
memanasnya perang dagang antara Amerika dan Tiongkok.
"Kalau kita ngomongin neraca dagang kita sendiri, mungkin transaksi
antar provinsi kita diperbesar. Kemudian kita mencoba memperbesar
kepemilikan Surat Utang Negara sehingga tekanan di pasar keuangan
lebih bisa dikendalikan lewat operasi moneter Bank Indonesia," kata
Ekonom Yanuar Rizky saat dihubungi KBR, Kamis (16/5).
Yanuar mengatakan isu perang dagang AS versus Tiongkok adalah isu lama
dari kedua negara. Kondisi neraca perdagangan dua negara masih stagnan.
Namun karena dua negara itu masih membutuhkan pendapatan dari sektor
pasar keuangan, maka isu perang dagang ini dibuat untuk menciptakan
gejolak di pasar keuangan global.
Perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok dimulai pada 2018 lalu. Saat
itu Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan niat menaikkan
tarif untuk barang-barang Tiongkok. Menurut Trump ini adalah respons
terhadap praktik perdagangan Tiongkok yang tidak adil selama
bertahun-tahun, termasuk pencurian kekayaan intelektual AS.
Editor: Ardhi Rosyadi
- Impor
- Perang Dagang
- Menteri Keuangan
- Ekonomi
- BPS
- Ekspor
Komentar (0)
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!