BERITA

Dari Hutan ke Mimbar: Bagaimana Agama Membantu Pelestarian Satwa?

"Manusia seharusnya ikut melestarikan dunia ciptaan Tuhan. "

Kakatua jenis langka yang diselundupkan dalam botol air mineral.
Kakatua jenis langka yang diselundupkan dalam botol air mineral. (Antara)

“Apa agama Anda tidak mengajarkan pelestarian?” ujar Rosek, pendiri ProFauna.

Rosek masih ingat pertanyaan yang diajukan padanya dari seorang teolog. Teolog itu membahas kerusakan hutan di Indonesia yang penduduknya kebanyakan muslim. Saat itu Rosek menghadiri konferensi lingkungan di Inggris.

Rosek terpukul. Kembali ke Indonesia, Rosek mulai menggali ajaran pelestarian dan mulai mendekati pesantren.

Ketika aksi penjualan kakaktua jambul kuning terkuak, Rosek mengulas peran agama.

Rasa kecewa sudah diutarakan Hamdan Rasyid, Anggota Komisi Fatwa MUI. “Manusia sebagai khalifatullah harusnya ikut melestarikan dunia ciptaan-Nya,” jelasnya dalam perbincangan Agama dan Masyarakat KBR, Rabu (13/5/2015) malam.

Hamdan menjelaskan, sejak tahun lalu MUI sudah memfatwakan perburuan satwa langka sebagai haram. Awalnya, Kementerian Kehutanan meminta MUI ikut membantu pendidikan pelestarian alam. MUI menerbitkan fatwa itu dengan harapan masyarakat berhenti memburu satwa langka.

Sudah satu tahun fatwa itu berjalan, namun kasus kekerasan kepada satwa langka tetap saja ada.

Kata Rosek, meski belum berefek besar, fatwa itu sangat strategis mengingat banyak sekali ajaran pelestarian dalam kitab-kitab suci dan kisah teladan.

Rosek punya pengalaman di Maluku Utara, ketika ada perburuan nuri dan kakatua di sana. Dia menggaet MUI setempat mengeluarkan fatwa dan Sultan Ternate mengeluarkan titah raja untuk menghentikan perburuan. Mereka berhasil.

Karena itu ProFauna juga menggagas “Goes to Pesantren” yang sudah berjalan beberapa tahun. Kenapa pesantren? “Karena kita ingin menunjukkan ajaran Islam yang mulia untuk menjaga bumi,” jelas Rosek.

Rosek terkejut melihat antusiasme ustadz muda dan santri. Mereka bahkan membuat diskusi lanjutan. “Mereka akan jadi pendidik. Ini investasi untuk 20 tahun mendatang,” jelasnya.

Tapi pesantren berbeda dengan aktivis. Rosek mengakui masih ada MUI di daerah yang justru mendukung perusakan lingkungan atas alasan ekonomi. Rosek mengatakan perlu mendekati kelompok pesantren dengan strategi: “Jangan rumit, jangan terlalu ilmiah, gunakan kisah teladan,” jelasnya.

Pelestarian juga ada di agama lain. ProFauna menggandeng mereka juga. Di Jawa, Rosek menggaet pesantren. Di Kalimantan, Rosek pernah menggandeng gereja. Di Bali Rosek menggaet pemuka agama Hindu. “Semua respon positif,” ujarnya.

Di atas itu semua, peran agama dalam pelestarian di Indonesia masih kecil. “Kita masih ketinggalan puluhan tahun dengan belahan dunia lain,” jelasnya.

Hamdan mengatakan masih perlu sosialisasi mengenai fatwa MUI. Menurutnya, mimbar khutbah sholat Jumat adalah jalan paling efektif.

Bagi muslim seperti dirinya, Hamdan mengatakan, ajaran Tuhan mengenai pelestarian sudah jelas dalam Al Quran. “Tengoklah Al Qashash ayat 77: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka Bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan," tutupnya.

  • Profauna
  • jual beli satwa langka
  • satwa langka
  • Toleransi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!