BERITA

Menyelamatkan Keragaman Hayati Melalui Ekowisata

"Kondisi keanekaragaman hayati secara global sudah memprihatinkan, termasuk di Indonesia. Berdasarkan data Yayasan Kehati, pada 70 juta tahun yang lalu, 1 spesies hilang dalam 1000 tahun, lalu pada tahun 1600 sampai 1900, 1 spesies hilang dalam 4 tahun, di"

Menyelamatkan Keragaman Hayati Melalui Ekowisata
keragaman hayati, ekoswisata, yayasan kehati

Kondisi keanekaragaman hayati secara global sudah memprihatinkan, termasuk di Indonesia. Berdasarkan data Yayasan Kehati, pada 70 juta tahun yang lalu, 1 spesies hilang dalam 1000 tahun, lalu pada tahun 1600 sampai 1900, 1 spesies hilang dalam 4 tahun, di rentang tahun 1900 sampai 1980, 1 spesies hilang dalam 1 tahun, kemudian tahun 1980 sampai 2000, 1 spesies hilang dalam sehari. Hilangnya spesies ini semakin cepat, bahkan pada tahun 2000 hingga saat ini diprediksi 100 spesies hilang dalam sehari.

Sebelum kondisi semakin parah, Indonesia yang memiliki potensi yang besar dalam hal keanekaragaman hayati harus melakukan sesuatu.  Ekowisata merupakan solusi untuk melestarikan keanekaragaman hayati sekaligus memperkenalkan kekayaaan tersebut kepada masyarakat. Lalu bagaimana menerapkan ekowisata kepada masyarakat.

Program Officer Ekosistem Pesisir dan Pulau Kecil, Basuki Rachmad menjelaskan ekowisata adalah kegiatan, mengunjungi tempat wisata yang indah. Namun tetap bertanggungjawab terhadap lingkungan dengan tidak merusaknya. 

“Ada pembelajaran tentang budaya sekitar, dan kearifan alam, wisatawan tidak hanya mendapatkan keindahan tetapi juga pembelanjaran untuk menjaga lingkungan,” kata Basuki.

Menurut Basuki kenaekaragaman hayati sangat luas cakupannya. Kata Basuki keanekaragaman hayati bisa meliputi adat budaya masyarakat. Kata dia dengan pendekatan budaya lebih mudah untuk masuk ke masyarakat dan menawarkan ekowisata ini.

“Kehati punya kepentingan untuk melestarikan lingkungan, keanekaragaman hayati sangat erat mulai alam budaya adat masyarat, kuliner, resep tradisonil, nyayian.  Dalam konsep ini kami melihat yang mudah dipahami oleh masyarakat, salahsatu pendekatan dengan ekowisata, karena ini mudah dikomunikasikan,” jelas Basuki.

Menurutnya dengan ekowisata, kerusakan-kerusakan terhadap alam yang dilakukan manusia mulai berkurang. Kegiatan masyarakat seperti tambang mulai bergeser ke arah pengembang wisata daerah yang memili potensi keuntungan yang besar.

Basuki bercerita Indonesia memiliki potensi ekowisata dari barat hingga ke timur. Salah satunya di Pulau Sangihe Provinsi Sulawesi Utara. Di sana masih ada wisata gunung api bawah laut yang bisa dinikmati. Menurut masyarakat bisa belajar banyak belar dari gunung api. Kata dia masyarakat di pulasi itu sudah mengembangkan ekowisata. 

“Salah satu bintangnya flora dan fauna, misalnya di Sangihe itu banyak sekali ikan yang bagus, dan trumbu karang yang bagus, kita bisa temu ikan hiu, kalau di gunung banyak sekali burung-burung, sebetulnya mereka puya kearifan lokal,” kata Basuki

Ketua Pembina Kelompok Swadaya Masyarakat Simpul Masyarakat Ekowisata Sangihe, Max Diamanti, mengatakan daerah mulai mengenal sejak tahun 1996, kemudian sepuluh tahun kemudian baru mulai menerapkan ekowisata. Masyarakat bisa menikmati indahnya alam Sangihe dalam mulai wisata gunung hingga ke laut sekaligus mengenal budaya lokal daerah tersebut.
 
“Iya kita sebenarnya sudah cukup lama mengenal kosep ekowisata, yang sudah kita bangun di sana berbasis masyarakat, awalnya yang dikembangkan adalah penyadaran tentang nilai-nilai tradisi mereka yang bisa dikenalkan di jual, fokus masyarakat menyadari potensi yang ada disekitar mereka, ada budaya musik bambu, setelah mereka tahu tradisi itu kita gelar bersama apa larangan, setelah itu masyarakat dikembangkan,” kata Max

Kata dia Gunung Api bawah itu yang berada di Sangihe, memiliki potensi wisata yang bagus. Aktivitas vukanis masih terus berjalan, dan belum ada kerusakan akibat ula manusia. ”Kalau Gunung Api bawah laut di Sanger dikenal sebagai dunia baru dekat pulau dengan Mangehetan dia masih bagus karena aktifitas vulaknis terus berjalan karena masih ditanda dengan keluarnya gelembung dari bebatuan.

Untuk menjaga kelestari hayati itu pihaknya bersama pemerintah dan mayarakat membuat kesepakatan. Salah satunya ada waktu-waktu tertentu dimana masyarakat tidak boleh melakukan aktifitas di areal tersebut. Sedangkan untuk wisatawan, mereka akan diberikan pemahaman terlebih dahulu tentang adat istiadat dan kebiasaan di daerah tersebut.

Program Officer Ekosistem Pesisir dan Pulau Kecil, Basuki Rachmad yakin potensi ini akan menjadi daya tarik wisata Indonesia pada 2020. Hal ini bisa terwujud jika pemerintah pusat dan daerah serius untuk mengembangkan ekowisata di Indonesia.

  • keragaman hayati
  • ekoswisata
  • yayasan kehati

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!