BERITA

Akses Terbatas, Presiden RI Tolak Nasionalisme Vaksin Covid-19

Akses Terbatas, Presiden RI Tolak Nasionalisme Vaksin Covid-19

KBR, Jakarta- Presiden Joko Widodo mengajak negara-negara yang tergabung dalam Developing 8 (D-8) untuk menolak nasionalisme vaksin. Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) D-8 yang digelar virtual, Kamis (09/4/2021).

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan bahwa Presiden juga mendorong keadilan vaksinasi untuk semua. Antara lain dengan terus melipatgandakan produksi vaksin global dan transfer teknologi. Indonesia menolak restriksi terhadap produksi dan distribusi vaksin Covid-19.

"Presiden mengajak pimpinan negara-negara D8 untuk menolak nasionalisme vaksin dan mendukung vaksin multilateral. Ditegaskan oleh Bapak Presiden bahwa vaksin Covid-19 adalah barang publik global. Oleh karenanya, dunia perlu bersatu untuk memproduksi dan mendistribusikan vaksin untuk semua," kata Menlu Retno melalui siaran pers daring di YouTube Sekretariat Presiden, (Kamis, (8/4/2021).

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menambahkan, negara yang tergabung dalam D-8 tengah berupaya memproduksi vaksin secara mandiri. D-8 adalah kelompok negara berkembang yang populasi penduduknya mayoritas muslim. Antara lain Turki, Iran, Malaysia, Mesir, dan Nigeria.

Kata Retno, Indonesia pun tengah mengembangkan vaksin Merah Putih. Karena itu, Presiden berharap terjalin kerja sama dalam pengembangan vaksin antar-negara.

Selain soal vaksin, Presiden Jokowi juga mengajak negara D-8 bekerja sama dalam pemulihan ekonomi. Sebab, ada potensi perdagangan antaranggota yang mencapai 1,6 dolar Amerika atau sekira lebih dari 23 triliun rupiah.

Editor: Sindu Dharmawan

  • D-8
  • Developing 8
  • Vaksin Covid-19
  • Kelompok Negara D-8
  • KTT D-8
  • Presiden Jokowi
  • Retno Marsudi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!