BERITA

Riset: Ventilator Tak Jamin Keselamatan Pasien Covid-19

"Menurut studi awal di Inggris dan Cina, pasien Covid-19 yang dirawat dengan ventilator mayoritasnya tak berhasil bertahan hidup. "

Riset: Ventilator Tak Jamin Keselamatan Pasien Covid-19
Pasien Covid-19 memakai masker selam yang sudah dimodifikasi jadi komponen ventilator di sebuah klinik di Paris, Prancis (1/4/2020). (Foto: ANTARA/REUTERS)

KBR, Jakarta- Ventilator atau alat bantu pernapasan tak bisa menjamin keselamatan nyawa pasien Covid-19 yang kondisinya kritis.

Hal itu diungkapkan lembaga riset medis dari Inggris, Intensive Care National Audit & Research Centre (ICNARC), dalam laporannya yang dirilis Sabtu (4/4/2020).

Data ICNARC menunjukkan, dari 388 pasien Covid-19 yang dirawat dengan ventilator di Inggris, hasil akhirnya adalah:

    <li>Pasien bertahan hidup: 32,7 persen</li>
    
    <li>Pasien meninggal: 67,3 persen&nbsp;</li></ul>
    

    Fenomena serupa diungkapkan tim peneliti dari Cina. Menurut data mereka, dari 22 pasien Covid-19 yang dirawat dengan ventilator di Wuhan, hasil akhirnya adalah:

      <li>Pasien bertahan hidup: 3 orang</li>
      
      <li>Pasien meninggal: 19 orang</li></ul>
      


      Ventilator Bisa Melukai Paru

      Efektivitas ventilator juga diragukan oleh Dr. Tiffany Osborn, ahli medis yang menangani pasien Covid-19 di sebuah RS di Amerika Serikat.

      "Kami tidak yakin seberapa banyak ventilator bisa membantu (pasien Covid-19)," kata Dr. Tiffany dalam wawancara dengan National Public Radio (NPR), Kamis (2/4/2020).

      "Alat itu (ventilator) mungkin saja bisa membantu seseorang bertahan hidup untuk jangka pendek. Kami tidak yakin itu bisa membantu untuk jangka panjang," lanjutnya.

      Dr. Tiffany mengungkapkan pada dasarnya penggunaan ventilator itu memang berisiko.

      Ia menjelaskan, pasien Covid-19 kritis umumnya mengalami radang paru parah sehingga mereka tak bisa bernapas. Dalam kondisi itu pasien membutuhkan bantuan pernapasan dari ventilator yang memberi tekanan oksigen besar.

      Namun, tekanan oksigen besar itu rentan merusak jaringan paru pasien.

      "Paru-paru tidak selalu sembuh, tak peduli seberapa banyak bantuan (oksigen) yang diberikan mesin," kata Dr. Tiffany.

      "Jadi, masyarakat perlu disiplin menerapkan jaga jarak (physical distancing) supaya virus tidak menyebar," tegasnya. 

      Editor: Sindu Dharmawan

  • COVID-19
  • ventilator
  • Virus Corona
  • ICNARC
  • physical distancing

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!