BERITA

IDI: Pemerintah Tutupi Data Tenaga Medis Korban Covid-19

IDI: Pemerintah Tutupi Data Tenaga Medis Korban Covid-19

KBR, Jakarta - Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengkritik pemerintah yang dianggap tidak transparan soal data tenaga medis yang terinfeksi atau meninggal karena Covid-19.

Sampai saat ini IDI mendapat kabar sudah ada sekitar 25 dokter yang meninggal karena merawat pasien Covid-19.

Beberapa di antaranya adalah DR.Dr. Lukman Bubakar SpOT (RsP), dr. Bernadette Albertine Francisca T, Sp.THT-KL, dan Dr Ketty dari IDI Tangerang Selatan, yang disebut-sebut ikut merawat Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

Namun, tidak ada keterangan resmi dari pemerintah soal data tersebut.

"Kita tidak dikasih (datanya). Berapa sih tenaga medisnya (yang terinfeksi Covid-19) secara resmi? Nama-nama ini benar tidak, mulai dari situ aja," kata Zubairi kepada KBR, Rabu (8/4/2020).

"Kemudian kalau benar, sebetulnya totalnya berapa gitu yang meninggal dari dokter. Mulai dari dokter dulu, kemudian tenaga kesehatan, berapa yang positif (Covid-19). Tidak, itu aku juga aku tidak tahu. Jadi data itu tidak pernah dikeluarkan resmi oleh pemerintah," katanya.

"Jadi kita hanya mendapatkan (datanya) dari sini-sana, dari teman-teman yang sakit, dari teman-teman yang meninggal. Yang meninggal banyak banget," kata Zubairi.


Masalah Tes Cepat dan Kekurangan APD

Ketua Satgas Covid-19 IDI Zubairi Djoerban lantas menagih keseriusan pemerintah dalam melindungi tenaga medis. Ia menyebut tes Covid-19 untuk tenaga medis juga belum berjalan seperti yang dijanjikan.

"Tolong dicamkan ya, sebetulnya pemerintah harusnya memeriksa dulu para dokter dan para perawat, para petugas kesehatan di rumah sakit. Ini tidak dikerjakan," kata Zubairi, Rabu (8/4/2020).

"Dokter, perawat, dan petugas kesehatan yang kerja di rumah sakit itu selalu kontak dengan pasien (Covid-19) atau dengan temannya pasien. Atau kalau dokter ketularan, ya kontak dengan dokter. Jadi semuanya memang harus diprioritaskan," tegasnya lagi.

Ia pun mengungkapkan tenaga medis masih kekurangan alat pelindung diri (APD).

"Mestinya pemerintah harus menyiapkan secara berkala. Iya sekarang (APD) di-drop, tapi seminggu lagi harus di-drop lagi, sebulan lagi harus di-drop lagi. Dan makin lama, makin banyak droping-nya. Tidak bisa sama, seperti yang sekarang dikerjakan. Karena perlunya banyak banget, setiap hari ganti," tandas Zubairi.

Editor: Agus Luqman

  • COVID-19
  • tenaga medis
  • apd

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!