BERITA

Derita Difabel di Masa Krisis Covid-19

"Penyandang disabilitas memiliki kerentanan ganda di masa pandemi Corona"

Derita Difabel di Masa Krisis Covid-19
Siswa penyandang disabilitas di Aceh mempraktikkan cuci tangan menggunakan cairan antiseptic, Jumat (6/3/2020) untuk cegah penularan Covid-19. ANT/Rahmad

KBR, Jakarta - Waktu sudah beranjak siang, Eko belum juga mendapat pelanggan. Difabel netra ini membuka usaha panti pijat di rumahnya di Bekasi, Jawa Barat. Sejak merebaknya Covid-19, pendapatan Eko terus anjlok. Para pelanggan khawatir karena terapi pijat mengharuskan adanya kontak langsung.

"Usaha saya kan kontak langsung. Sementara anjuran pemerintah kan social distancing, physical distancing. Akhirnya si pasien mungkin khawatir kita terapis habis megang orang batuk atau apa," kata Eko. 

Penghasilan Eko perlahan tergerus sejak awal tahun seiring makin mendekatnya wabah Corona. Dampak terparah sudah dirasakannya pekan lalu. Ayah dua anak ini hanya mendapat tiga pelanggan dengan total upah Rp230 ribu saja. 

"Biasanya saya dapat 1 juta 50 ribu sampai 1 juta 200 ribu per minggu. Minimal 800 ribu lah," ujar dia. 

Eko pasrah jika pekan ini pemasukannya kembali seret. Ia bakal tetap membuka panti pijatnya walau sepi pelanggan. 

"Ya sudah mau gimana lagi. Kita coba infoin kadang lewat WhatsApp. Tapi ya mereka juga khawatir lah, jaga-jaga mungkin. Saya sih harapannya cepat selesai hal-hal kayak gini ini," tutur Eko. 

Beruntung istri Eko masih bekerja sehingga bisa menopang kebutuhan sehari-hari. Namun, ia khawatir kondisi bakal makin buruk. Eko berharap ada bantuan pemerintah agar difabel seperti dirinya mampu melewati masa-masa sulit Covid-19. 

"Bayar listrik bulan ini saja masih (belum pasti). Mudah-mudahan Allah kasih saya jalan. Sekarang mau gimana lagi, kita juga bingung. Bismillah saja lah," lanjutnya. 

Selain rentan secara ekonomi, penyandang disabilitas seperti Eko juga berisiko tertular virus Corona. Apalagi, distribusi informasi tentang penyebaran dan pencegahan Covid-19 sulit diakses para difabel.

Difabel mental rentan terpapar Covid-19

Penyandang disabilitas mental juga tak kalah rentannya terhadap ancaman wabah Corona. Yeni Rosa Damayanti dari Perkumpulan Jiwa Sehat mengatakan para difabel mental di panti-panti sosial sulit menjaga jarak aman. Pasalnya, jumlah penghuninya sudah terlampau padat. Selain itu, penyebaran virus juga berpotensi ditularkan oleh pegawai panti. 

"Staf panti itu kan tidak tinggal di sana. Banyak yang tinggal di rumah masing-masing, datang di saat jam kerja. Kalau nggak ada protokol ketat, staf panti bisa membawa virus ke dalam, menular ke penghuni panti yang berjejal-jejal. Satu kena bisa kena semua," ujar Yeni. 

Menurut Yeni, banyak panti swasta terutama di wilayah Jawa Tengah yang masih memasung pasiennya. Mereka hidup dalam kondisi jauh dari layak sehingga ketahanan tubuhnya lemah.

"Beberapa panti di Jawa Tengah, gizinya sangat buruk, malnutrisi sehingga memperlemah daya tahan tubuh. Selain itu banyak dari mereka yang mempunyai penyakit bawaan. Apalagi panti-panti yang menerima orang-orang yang berasal dari jalan, yang tadinya gelandangan," ungkap dia. 

Bantuan sosial bagi difabel

Presiden Joko Widodo menjanjikan tambahan bantuan sosial bagi penyandang disabilitas melalui Program Keluarga Harapan (PKH). Besaran manfaatnya mencapai Rp2,4 juta per tahun atau naik 25 persen. 

Ini merupakan bagian dari stimulus fiskal untuk mengantisipasi dampak Covid-19 yang diumumkan Jokowi melalui video live streaming di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (31/3/2020).

Sementara itu, Dirjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat berjanji bakal mendorong swasta turut berkontribusi membantu kelompok penyandang disabilitas. Menurutnya, cara tersebut merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan.

"Kemensos kan terbatas oleh ketentuan dalam memberi bantuan. Tetapi kemensos bisa memberikan rekomendasi ke perusahaan untuk membantu memberi bantuan," kata Harry saat menggelar rapat daring di Kemensos, Senin (30/3/2020). 

Editor: Ninik Yuniati

  • COVID-19
  • pandemi covid-19
  • virus corona
  • hak penyandang disabilitas
  • bantuan sosial

Komentar (1)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • Nindhita Yusvantika4 years ago

    Artikel yang menarik dan bermanfaat. Dosen dari Universitas Airlangga, Indonesia membahas tentang perlunya informasi yang aksesible penyandang disabilitas di tengah wabah COVID-19. Untuk artikel lebih lengkapnya akan saya bagikan link artikel di bawah ini. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. http://news.unair.ac.id/2020/04/17/di-tengan-covid-19-penyandang-disabilitas-perlu-informasi-yang-aksesible/ Sekian dan Terima Kasih