RUANG PUBLIK

Lindungi Anak dari Predator Seksual, Orang Tua Perlu Ajarkan 3 Hal Ini

"Upaya pencegahan kekerasan seksual yang bersifat edukasional dan ditujukan langsung untuk anak masih minim dan belum terkoordinasi dengan baik."

Lindungi Anak dari Predator Seksual, Orang Tua Perlu Ajarkan 3 Hal Ini
Ilustrasi (Foto: Pixabay).

Kasus kekerasan seksual terhadap anak masih marak terjadi baik di kota besar maupun di pedesaan.

Menurut catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sepanjang tahun 2018 saja ada 177 kasus yang terjadi di lingkungan sekolah SD dan SMP di berbagai wilayah.

Pemerintah memang sudah punya aturan hukum yang memberikan sanksi berat bagi predator seksual. Namun, upaya pencegahan yang bersifat edukasional dan ditujukan langsung untuk anak masih minim dan belum terkoordinasi dengan baik.

Hal ini disampaikan oleh Esya Anesty Mashudi dan Nur’aini, peneliti dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Dalam makalah berjudul Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak Melalui Pengajaran Personal Safety Skills (Jurnal Metodik Didaktik Vol. 9, 2015), mereka menekankan bahwa anak perlu diajari keterampilan protektif untuk menghindari kekerasan seksual.

Menurut Esya dan Nur’aini (2015), keterampilan yang disebut Personal Safety Skills ini sudah bisa diajarkan ke anak mulai dari usia pra sekolah.


Personal Safety Skills

Personal Safety Skills memiliki tiga komponen keterampilan utama, yakni recognize (menyadari), resist (menolak), dan report (melaporkan). Penjelasannya adalah sebagai berikut:


1. Recognize

Anak perlu diajari untuk mengenali bagian-bagian tubuh pribadi yang tidak boleh disentuh sembarang orang. Dengan begitu, perlahan-lahan anak akan mengembangkan kesadaran akan hak-hak pribadi atas tubuhnya.

Mereka juga perlu diajarkan tentang jenis-jenis tindakan yang berpotensi mengarah pada kekerasan seksual. Semisal, menyuruh anak membuka baju, menyuruh anak melihat organ seksual pelaku, atau menggiring anak ke suatu tempat dengan iming-iming tertentu.

Lewat edukasi semacam itu, anak diharapkan bisa membedakan dan bisa waspada terhadap predator seksual.


2. Resist

Anak juga perlu diajari agar berani menolak orang lain, bisa dimulai dari berkata “tidak” dengan lantang.

Lebih jauh lagi, anak juga perlu diajarkan untuk mengabaikan bujukan, berteriak minta tolong, dan lari dari orang-orang yang berpotensi melakukan kekerasan seksual.

Esya dan Nur’aini (2015) juga menyebut anak perlu diajari untuk berani melawan seperti memukul, menggigit, atau menendang pelaku saat ia berada dalam kondisi terdesak.


3. Report

Setelah menyadari dan melawan, anak juga perlu dididik untuk bisa melapor.

Anak perlu diajari bersikap terbuka kepada orang-orang terdekatnya ketika ia merasa tidak nyaman, atau ketika ia menerima perilaku tidak menyenangkan.

Menurut Esya dan Nur’aini (2015), anak juga perlu diajarkan supaya bisa melaporkan tindak kekerasan seksual kepada lembaga-lembaga yang berwenang.


Ajari Anak dengan Pendekatan Positif

Proses pengajaran Personal Safety Skills perlu diajarkan pada anak secara positif, tanpa menanamkan ketakutan-ketakutan yang berlebihan.

Pasalnya, mendidik anak dengan ketakutan hanya akan menghambat proses belajar dan bisa membuat mereka lebih rentan.

Esya dan Nur’aini (2015) juga menyebut, pendidikan Personal Safety Skills perlu diajarkan bukan hanya oleh orang tua, tapi juga oleh pihak sekolah serta lembaga-lembaga berwenang lainnya.

(Sumber: Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak Melalui Pengajaran Personal Safety Skills, Jurnal Metodik Didaktik Vol. 9, 2015)

 

  • kekerasan seksual
  • kekerasan terhadap anak
  • predator seksual
  • personal safety skills

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!