HEADLINE

Ketua Gerwani Pati, Sumini Mentahkan Kesaksian Sintong Panjaitan

Ketua Gerwani Pati, Sumini Mentahkan Kesaksian Sintong Panjaitan

KBR, Jakarta - Sumini, Ketua ranting Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) Pati, Jawa Tengah mementahkan pernyataan bekas komandan pasukan khusus TNI Angkatan Darat (RPKAD), Sintong  Panjaitan di Simposium Nasional tragedi 1965/66. Saat itu, Sintong menyebut pemeriksaan terhadap orang yang dituding terlibat Partai Komunis Indonesia (PKI) atau G30S dilakukan dengan baik.

"Gerwani dibuat bulan-bulanan oleh mereka, pimpinan ABRI. Saya menolak dan mementahkan pada Pak Jendral Sintong bahwa beliau ada di Pati, itu pemeriksaannya sangat baik," kata Sumini di Simposium Nasional Tragedi 65, Senin (18/4/2016).

Sumini mengatakan, pembantaian terjadi pasca Oktober 1965. Kata dia, ada 7 lokasi kuburan massal di Pati. Ia pun menegaskan, banyak bukti dan saksi hidup yang bisa menceritakan insiden tersebut.

Sumini dan Gerwani

Gabung Gerwani saat usia 18 tahun, Sumini mengaku tertarik dengan program yang memajukan perempuan. "Programnya sangat menyentuh kami sebagai perempuan. Misalnya mendukung program pemerintah mengentaskan buta huruf dengan mendirikan TK Melati," pungkasnya.

Tak hanya itu, Gerwani juga turut berperan menyusun Undang-Undang Perkawinan serta menentang adanya perkawinan anak. "Waktu itu anak kelas 2 SD sudah dinikahkan. Itu kami menentang, juga pembangian hak waris," jelasnya.

Namun peristiwa 1 Oktober 1965, menjadikan mereka tumbal atas kematian sejumlah Jenderal TNI Angkatan Darat. "Pada waktu itu saya dengar, ada yang mengatakan dari orang Jakarta bahwa Gerwani yang menyileti para jendral, memotong penis dan mencungkil mata jendral," tukas Sumini.

Ia yang kala itu berada di Bogor, membaca surat kabar yang isinya menjelek-jelekkan Gerwani lantaran melakukan tindakan amoral. "Disebarkan oleh orang yang bernama Jumilah dan Sainah. Padahal Sainah di dalam penjara."

Hingga kini, Sumini masih mempertanyakan apa kesalahan ia dan Gerwani sehingga mendapatkan stigma sampai saat ini. "Apa salah saya? Sehingga sampai sekarang masih diintimidasi? Kumpul arisan tidak diperbolehkan. Sampai saat ini belum terjawab," terang Sumini. 

Sebelumnya Sintong Pandjaitan mengklaim jumlah korban pada peristiwa 1965-1966 tidak sampai 80 ribu. Bahkan Sintong mengatakan, sepanjang kegiatan operasi RPKADI di Jawa Tengah, korban tewas hanya 19 orang di Sungai Bengawan Solo. Itu pun bukan anggota PKI.

Sintong mengklaim telah terjadi pembohongan publik mengenai jumlah korban tewas dalam tragedi 1965-1966. "Ini pembohongan. Ini sudah menyangkut harga diri kami dari RPKAD, Kopassus. RPKAD memang benar ke sana untuk menumpas PKI. Itu tidak salah. Tapi, RPKAD harus melindungi masyarakat yang ada di Jawa Tengah, baik PKI atau tidak. Bahkan anggota PKI yang senang dengan kami," kata Sintong, Senin (18/4/2016).

Sintong menjelaskan ini saat membuka Simposium Tragedi 1965 di Jakarta. Simposium itu sokong Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan.


Editor: Damar Fery Ardiyan

  • Sumini
  • Gerwani
  • Simposium nasional “Membedah Tragedi 1965”
  • Sintong Pandjaitan
  • tragedi65
  • tragedi 65
  • korban 1965
  • Pelanggaran HAM
  • Pelanggaran HAM 1965
  • kesaksian korban 1965
  • simposium 65
  • simposium tragedi 1965

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!