BERITA

Pelajaran dari Cina: Menyelamatkan Bisnis di Tengah Wabah Corona

""Perusahaan yang mampu belajar, merumuskan, dan menerapkan pelajaran dari negara lain akan lebih mampu melindungi bisnis dan karyawan mereka.""

Adi Ahdiat

Pelajaran dari Cina: Menyelamatkan Bisnis di Tengah Wabah Corona
Ilustrasi: Jalanan di kawasan bisnis Kota Wuhan, Cina, yang sepi akibat wabah Covid-19 (20/2/2020). (Foto: ANTARA/REUTERS)

KBR, Jakarta - Gelombang wabah Coronavirus Disease-2019 (Covid-19) di Cina mulai 'pasang' pada Januari 2020 dan terus menguat sepanjang Februari 2020.

Selama periode itu, menurut catatan Reuters setidaknya ada 48 kota dan 4 provinsi di Cina yang diisolasi. Berbagai layanan transportasi publik disetop, dan ada ribuan unit bisnis yang berhenti beroperasi.

Tapi, ada juga sejumlah perusahaan yang mampu menyiasati situasi krisis tersebut, meminimalkan kerugian bahkan mendulang profit di tengah wabah Covid-19.

Hal itu diungkapkan Martin Reeves, pimpinan lembaga konsultan bisnis Boston Consulting Group (BCG) Henderson Institute, dalam paparannya di portal Harvard Business Review.

"Cina memiliki sistem politik dan administrasi yang unik, begitu pula kebiasaan sosial mereka. Tapi nampaknya ada banyak pelajaran (dari perusahaan Cina) yang bisa diterapkan secara luas," tulis Martin Reeves di Harvard Business Review, Selasa (10/3/2020).

Berikut beberapa contoh strategi pebisnis di Cina, yang menurut Martin Reeves terbukti efektif dalam menghadapi wabah Covid-19.


Fokus ke Penjualan Online

Martin menjelaskan, perusahaan-perusahaan yang bertahan di Cina adalah mereka yang mampu mengubah prioritas dan rencana bisnis dengan cepat.

"Contohnya Master Kong, produsen mie instan dan minuman besar di Cina, di tahap awal penyebaran virus mereka mengevaluasi prioritasnya secara harian, dan menggeser saluran penjualannya dari toko ritel besar ke penjualan online, e-commerce, dan toko-toko kecil," jelas Martin.

Hal serupa juga dilakukan perusahaan kosmetik Lin Qingxuan.

"Lin Qingxuan terpaksa menutup 40 persen tokonya selama krisis (Covid-19). Perusahaan kemudian mempekerjakan sekitar 100 pakar kecantikan untuk menjadi influencer online dan memfokuskan penjualan lewat saluran digital seperti WeChat."

Menurut data Martin, dengan strategi itu penjualan kosmetik Lin Qingxuan di Kota Wuhan mampu tumbuh hingga 200 persen dibanding tahun lalu.


Kerja dari Rumah, Koordinasi Lewat Media Sosial

Di tengah wabah Covid-19 banyak perusahaan terpaksa tutup sementara untuk mencegah penyebaran virus.

Namun, beberapa perusahaan di Cina tetap beroperasi dengan sistem remote working atau kerja dari rumah. Seluruh koordinasinya dilakukan lewat media sosial.

"Contohnya Cosmo Lady, perusahaan pakaian dalam terbesar di Cina, membuat program untuk mendorong penjualan lewat WeChat. Mereka mendorong karyawan untuk mempromosikan produk ke lingkaran sosial mereka," kata Martin.


'Meminjamkan' Karyawan ke Perusahaan Lain

Wabah Covid-19 mematikan pemasukan sektor bisnis yang mengandalkan kunjungan langsung seperti restoran, hotel, dan bioskop.

Untuk meminimalkan kerugian, sejumlah perusahaan di sektor tersebut merelokasi dan bahkan 'meminjamkan' karyawannya ke sektor bisnis lain.

"Lebih dari 40 restoran, hotel, dan bioskop membebastugaskan sebagian besar karyawannya, dan menempatkan mereka ke perusahaan ritel seperti milik Alibaba, yang butuh banyak kurir seiring meningkatnya penjualan online," jelas Martin.


Fokus Menyusun Rencana Bisnis Jangka Panjang

Ada juga sejumlah perusahaan yang memanfaatkan periode isolasi Covid-19 untuk menyusun rencana bisnis jangka panjang.

"Sebagai contoh, perusahan agen wisata premium di Cina kolaps untuk jangka pendek. Tapi alih-alih melakukan pemecatan, mereka justru memfokuskan karyawannya untuk meningkatkan skill, merancang produk dan sistem layanan baru untuk memulihkan diri," jelas Martin.

Martin mengakui cara-cara tadi mungkin tak bisa diterapkan di semua sektor usaha. Namun, ia optimis strategi lain akan terus berkembang dari studi kasus di negara-negara terdampak Covid-19 seperti Italia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

"Perusahaan yang mampu belajar, merumuskan, dan menerapkan pelajaran dari negara lain akan lebih mampu melindungi bisnis dan karyawan mereka," kata Martin.

Editor: Agus Luqman

  • COVID-19

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!