BERITA

COVID-19 Ditengarai Melemah, Kenapa Masa Inkubasi Semakin Panjang?

"Asymtomatis bisa terjadi pada orang-orang dengan daya tahan tubuh baik. Sehingga virus yang ada dalam tubuh tidak bisa berkembang. Inilah mendasari penambahan masa inkubasi menjadi 2 kali 14 hari."

COVID-19 Ditengarai Melemah, Kenapa Masa Inkubasi Semakin Panjang?
KRI dr Soeharso membawa 69 WNI ABK Diamond Princes di perairan sekitar Pulau Sebaru Kecil, Jakarta, Senin (2/3/2020). (Foto: ANTARA/Akbar Nugroho)

KBR, Jakarta - Sekretaris Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian kesehatan Achmad Yurianto menyebut saat ini tingkat penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) memang meluas, namun tingkat keganasan virus menurun.

Bahkan, banyak orang terkena COVID-19 namun tidak mengalami gejala apapun saat kondisi tubuhnya baik. Ketika kondisi tubuh menurun barulah terlihat gejala demam dan batuk. 

Karena itulah, menurut Yuri, masa inkubasi atau observasi menjadi lebih panjang.

“Sekarang kecenderungannya adalah virusnya ada, tetapi tidak mampu berkembang biak dengan cepat di dalam tubuh. Ada, tetapi sedikit. Nah kondisi ini kita tengarai kemungkinan yang paling besar adalah, daya tahan tubuh yang bagus. Yang kedua, memang virusnya sudah menjadi semakin lemah. Inilah yang kemudian bisa menjelaskan kenapa kok, kemudian inkubasinya tidak lagi 14 hari. Kita menyepakati secara global, sebaiknya observasi yang dilakukan terhadap orang yang diduga atau pasien dalam pengawasan (PDP) sebaiknya dilakukan 2 kali 14 hari,” ujar Yuri, di Kantor Sekretariat Presiden, Jakarta, Kamis (5/3/2020).

Menurut Yuri, penampakan gejala COVID-19 sampai saat ini cenderung menurun dan tidak lagi ditandai dengan demam tinggi, batuk ataupun sesak nafas. 

Kebanyakan kasus yang dicurigai atau suspek virus corona tidak mengalami gejala apapun, atau asymthomatis. 

Menurut Yuri, asymtomatis bisa terjadi pada orang-orang dengan daya tahan tubuh baik. Sehingga virus yang ada dalam tubuh tidak bisa berkembang.

Saat virus tidak berkembang karena daya tahan tubuh seimbang, maka tidak akan ada timbul gejala-gejala umum pada penderita. 

Namun jika daya tahan imun menurun maka virus akan langsung berkembang menimbulkan batuk berdahak, yang kemudian menimbulkan panas dan mengakibatkan peunomonia.

Inilah yang mendasari penambahan masa inkubasi menjadi 2 kali 14 hari atau 28 hari. Seperti yang dilakukan pada Anak Buah Kapal Diamon Princess dan World Dream. 

Para awak menjalani karantina selama 14 hari di dalam kapal, kemudian melanjutkan 14 hari karantina lagi di pulau Sebaru.

Dari pemantauan itulah bisa dilihat apakah ada gejala serangan virus muncul atau tidak.

Editor: Agus Luqman

  • virus corona
  • COVID-19
  • Kementerian Kesehatan
  • Kesehatan
  • observasi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!