BERITA

Pengelola Persma 'Suara USU' Dicopot, Rektor USU: Cepat Kalian Lulus

Pengelola Persma 'Suara USU' Dicopot, Rektor USU: Cepat Kalian Lulus

KBR, Medan - Rektor Universitas Sumatera Utara (USU), Prof Runtung Sitepu membantah akan membubarkan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Suara USU.

Sebelumnya Rektorat USU mengubah struktur keredaksian majalah Suara USU setelah timbul polemik akibat unggahan cerpen berjudul "Ketika Semua Menolak Kehadiran Diriku di Dekatnya".


"Suara USU tidak dibubarkan, itu malah diperkuat. Cuma orang-orangnya semua diganti karena sudah menyimpang dari tujuan dibentuknya UKM Suara USU," kata Runtung kepada KBR, Selasa (26/3/2019).


Runtung mengatakan seluruh mahasiswa yang berada di dalam UKM Suara USU terutama penulis cerpen kontroversial tersebut, Yael Stefani Sinaga juga telah dimaafkan dan tidak menerima sanksi.


"Nasibnya sampai hari ini, saya mengatakan masih memaafkan mereka dan kembali kalian belajar di kelas. Cepat kalian tamat. Karena mereka tetap tidak menyatakan bersalah, sedangkan kita semua sudah ramai-ramai membicarakan itu, termasuk ahli sastra," kata Runtung.


Usai dilakukan perombakan struktural redaksi Suara USU, Runtung berharap kejadian serupa tidak terjadi lagi.


Ia berharap majalah Suara USU sebagai laboratorium tempat pembelajaran bagi mahasiswa yang punya bakat jurnalis dan konten-konten yang dimuat di Suara USU mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh kampus.


"Suara USU tetap ada, orangnya diganti dan tidak ada sanksi-sanksi lain kepada mahasiswa itu. UKM itu SK rektor, kalau tidak bisa membawa nama baik USU tentu kita setiap saat bisa mengevaluasi," pungkasnya.


Diskriminasi


Cerita pendek berjudul "Ketika Semua Menolak Kehadiran Diriku di Dekatnya" menuai kecaman dari pihak rektorat Universitas Sumatera Utara (USU).


Akibat cerpen LGBT itu, Rektorat USU merombak struktur redaksi SUARA USU, lembaga pers mahasiswa yang merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di kampus tersebut.


Penulis cerpen LGBT, Yael Stefany Sinaga yang juga Pimpinan Umum SUARA USU menyayangkan kebijakan yang dilakukan Rektorat USU. Yael menilai tulisannya tidak ada maksud untuk mengkampanyekan orientasi seksual tertentu.


Menurutnya, tulisan cerpen tersebut ingin menunjukkan bahwa masih ada diskriminasi terhadap kelompok LGBT.


"Tidak ada, karena pure saya enggak mengkampanyekan LGBT. Saya tidak mengajak orang untuk menjadi LGBT. Tapi saya ingin menunjukkan kalau ini ada diskriminasi terhadap LGBT. Aku mau menyampaikan kalau kita jangan pernah diskriminasi dengan golongan minoritas," kata Yael Stefany di Medan, Selasa (26/3/2019).  


Konten bertema LGBT yang kini viral bukan unggahan pertama di SUARA USU. Pada 2017, cerpen dengan tema yang sama juga pernah diunggah SUARA USU di laman webnya.


Yael menampik jika cerpen tersebut sengaja dibuat untuk mendukung LGBT dan tidak ada maksud tujuan apapun di cerpen yang ditulisnya.


"Pertama gegara cerpen saya, akhirnya mereka telusuri lagi dan ada juga konten-kontennya hampir sama. Dan itu yang mereka langsung bilang kami seperti sudah tidak benar lagi, mempublikasikan artikel kayak gitu. Aku hanya ingin menyampaikan jangan ada diskriminasi. Rektor tetap kukuh LGBT itu dilarang. Apalagi cerpen-cerpen seperti ini dipublikasikan di ranah akademis. Katanya itu tidak pantas. Rektor memang tidak terima tentang LGBT. Mereka anggap di mana pun LGBT itu seperti hina," jelasnya.


Editor: Agus Luqman

  • Suara USU
  • Universitas Sumatera Utara
  • LGBT
  • diskriminasi LGBT

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!