Moderator dan para narasumber dari kanan ke kiri: Sapardi Djoko Damono, Seno Gumira, Intan Paramadhita tengah berbincang mengenai kiprah NH Dini di Bentara Budaya Jakarta. (Foto: KBR/ Winna W)

SAGA

Bagaimana Mereka Mengenang NH Dini

Minggu 03 Mar 2019, 16.23 WIB

NURIKA MANAN, NARATOR:

MODERATOR: Bu NH Dini dalam karyanya, dalam novelnya, selalu ingin mengutarakan apa yang dia simak,apa yang dia saksikan, apa yang dia rasai secara rinci dan detail. Jadi kerinciannya ini, justru jadi kekuatannya. Dan yang lain adalah, NH Dini melakukan kerja kesenimanannya, dalam hal ini kepengarangannya, dengan sangat serius.

[SUARA TANGGAPAN PARA PESERTA DISKUSI]

Orang-orang berkumpul membicarakan sekaligus mengenang Nurhayati Sri Hardini Siti Nurkatin alias NH Dini. Pada pertengahan Desember tahun lalu, sekitar tiga pekan setelah penulis perempuan itu berpulang, ruangan di Bentara Budaya Jakarta penuh.

Sejumlah peserta bahkan terpaksa berdiri, sebab seluruh kursi terisi.

Obrolan itu dihadiri tiga sosok kesohor dunia sastra, ada Sapardi Djoko Damono, Intan Paramadhita, dan Seno Gumira Ajidarma.

SAPARDI: Saya membaca cerita pendek Nh Dini waktu saya masih SMP, tahun 50-an di Majalah Kisah.

INTAN: Saya merasa, kita berutang, banyak sekali yang belum dilakukan untuk NH Dini. Bagaimana dia dibaca dengan lebih kompleks. Diskusi-diskusi seperti bagaimana dia diperkenalkan lagi. Karena dalam regenerasi selalu soal diperkenalkan, lagi dan lagi. Apalagi di masa generasi yang mudah lupa.

SENO: Kalau kita perhatikan, Pada Sebuah Kapal, itu awal dari kepastian dia: Ya sudah lah, saya tulis semua.

Selasa 4 Desember 2018, Dini meninggal setelah dilarikan ke rumah sakit akibat kecelakaan lalu lintas.

Bukan saja keluarga dan kerabat yang merasa kehilangan, tapi juga orang-orang yang berkenalan dengan Dini melalui karyanya.

[SUARA MODERATOR MENGAJAK PENONTON MENYIMAK VIDEO]

MODERATOR: Ada satu video pendek yang dibuat periode 2000an, video ini merangkum sosok NH Dini dan proses kreatifnya [...]

Suara pemandu mengajak peserta menyimak ke layar lebar. Helatan yang juga diniatkan untuk obituari ini diberi tajuk nyaris menyerupai salah satu karya NH Dini: Pada Sebuah Novel.

Karya berjudul "Pada Sebuah Kapal", yang di awal tadi juga disebut-sebut Seno Gumira, dianggap sebagai yang paling unggul. Kata Seno, novel tersebut berhasil membawa Dini ke puncak kepopuleran. Diorbitkan penerbit Pustaka Jaya pada 1973 karya ini dicetak hingga puluhan ribu eksemplar.

NH DINI: Ayah saya menunjukkan tulisan saya ke kakak-kakak saya. Baru lah saat itu saya sadar, bahwa kemampuan menulis itu tidak dimiliki semua orang. Nah saya disadarkan demikian itu sangat bangga, tapi waktu itu saya juga agak khawatir apakah saya akan terus bisa menulis cerita seperti ini.

Demikian yang diutarakan NH Dini dalam sebuah video bikinan Lontar Foundation yang dipublikasikan pada 2013. Klip itu kembali diputar untuk peserta yang hadir di Bentara Budaya Jakarta.

	<td>:</td>

	<td>Winna Wijaya&nbsp;</td>
</tr>

<tr>
	<td>&nbsp;Editor</td>

	<td>:&nbsp;</td>

	<td>&nbsp;Nurika Manan</td>
</tr>
Reporter