BERITA

Warga Suku Amungme Merasa Dikhianati Pemerintah soal Freeport

Warga Suku Amungme Merasa Dikhianati Pemerintah soal Freeport


KBR, Jakarta - Tokoh masyarakat adat Amungme di Papua kecewa dengan sikap pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, terkait pembicaraan dengan perusahaan tambang PT Freeport Indonesia.

Ketua Lembaga Musyawarah Adat Amungme (Lemasa), Odizeus Beanal mengatakan masyarakat suku Amungme merasa dikhianati oleh pejabat baik di pemerintah pusat maupun daerah dalam proses negosiasi dengan Freeport.


"Pak Jonan ternyata berangkat sendiri dengan sekelompok orang yang bukan dari lembaga adat. Kami agak sedikit kecewa, dan penyampaian beliau juga sedikit berbeda dengan keinginan kami," kata Odizeus Beanal kepada KBR, Selasa (28/3/2017).


Suku Amungme dan Kamoro merupakan pemilik tanah ulayat yang digunakan sebagai lokasi pertambangan PT Freeport, di Timika, Papua.


Baca juga:


Odizeus mengatakan pemerintah daerah dan pusat tidak mendengarkan aspirasi suku Amungme dan Kamoro, yang ingin dilibatkan dalam pembahasan bersama Freeport.


Alih-alih menyampaikan aspirasi warga suku adat, kata Odizeus, Bupati Timika justru datang bersama lembaga adat lain dan meminta jatah divestasi saham PT Freeport kepada Menteri ESDM.


"Kami hanya ingin duduk sejajar dengan pemerintah dan Freeport. Kami sudah sampaikan itu kepada Bupati, DPRD Mimika, kepada pemerintah provinsi, MRP (Majelis Rakyat Papua), dan juga DPR Papua. Tapi mereka semua birokratis sekali, mereka lebih sepakat dengan apa yang pemerintah pusat putuskan," katanya.


Odizeus mengatakan hingga kini warga Suku Amungme belum juga menerima penjelasan apapun dari Pemerintah mengenai permintaan mereka untuk ikut terlibat dalam pembahasan. Padahal, pertemuan antara Pemerintah dan PT Freeport, telah lima kali dilaksanakan.


Baca juga:


Editor: Agus Luqman 

  • PT Freeport Indonesia
  • Suku Amungme
  • Suku Kamoro
  • Papua
  • masyarakat adat
  • Hak Ulayat

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!