HEADLINE

3 Peserta Aksi Dipasung Semen Alami Bengkak Kaki, KSP Minta Warga Patuhi Tim Dokter

"Jumat kemarin, ada tiga warga Kendeng peserta aksi yang direkomendasikan tim dokter dari RSCM untuk berhenti dan melepaskan cor dari kaki mereka karena masalah kesehatan."

3 Peserta Aksi Dipasung Semen Alami Bengkak Kaki, KSP Minta Warga Patuhi Tim Dokter
Tim dokter dari RSCM Jakarta memeriksa peserta aksi Dipasung Semen di Kantor LBH Jakarta, Jumat (17/3/2017). (Foto: Rio Tuasikal/KBR)


KBR, Jakarta - Setelah menggelar aksi 'Dipasung Semen' jilid 2 selama lima hari, dari Senin hingga Jumat, warga Pegunungan Kendeng Jawa Tengah akan beristirahat pada Sabtu (18/3/2017) hari ini. Hari ini warga dan pendamping akan menggelar diskusi soal karst di LBH Jakarta, sekaligus mengajak warga hadir.

Aksi yang semula hanya diikuti 11 orang, dengan mengecor semen pada kaki mereka, terus bertambah menjadi 50 orang pada Jumat (17/3/2017) kemarin.


Saat ini mereka beristirahat di Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta.


Hingga hari kelima, Jumat kemarin, ada tiga warga Kendeng peserta aksi yang direkomendasikan untuk berhenti dan melepaskan cor dari kaki mereka karena masalah kesehatan.


Rekomendasi itu disampaikan tim dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta yang datang ke LBH Jakarta atas permintaan dari Kantor Staf Presiden. Tim dokter itu memeriksa 50 peserta aksi pada Jumat malam tadi.


Salah seorang pendamping warga dari LBH Masyarakat Jakarta mengatakan tiga orang itu diminta melepas cor karena usianya sudah tua, memiliki gangguan anemia, dan gips yang dipasang untuk melindungi kaki mengikat terlalu kencang.


"Jadi itu saja sih yang perlu dilihat dan dikontrol terus," kata Naila Rizky kepada KBR, Jumat (17/3/2017) malam.


"Ternyata kakinya berbeda dengan lainnya, tahu-tahu membengkak atau membiru atau dingin, itu perlu dicek dan dipanggil dokternya segera. Nanti dokter yang akan ambil tindakan perlu dibuka atau enggak," tambah Naila.


Dari 50 peserta aksi, hanya tiga orang yang terlihat bermasalah, sedangkan lainnya dalam kondisi kesehatan baik. Secara umum pola makan dan minum terjaga.


Baca juga:


Ditemui KSP


Pada Jumat (17/3/2017) malam, perwakilan dari Kantor Staf Presiden yang dipimpin Deputi II Yanuar Nugroho menemui para pengunjuk rasa yang beristirahat di Kantor LBH Jakarta.


Yanuar Nugroho datang sambil membawa tim dokter dari RSCM Jakarta. Ia meminta warga Kendeng yang mengikuti aksi Dipasung Semen jilid II untuk mengikuti petunjuk dokter.


"Ada yang bisa berapa hari, itu kita ikuti. Dokter sama sekali tidak masuk ke ranah politik atau keputusan. Melainkan kalau itu sudah mengancam atau mengganggu kesehatan. Jadi kalau misalnya darah nggak bisa mengalir lagi, karena beban, khawatir ada pembusukan," kata Yanuar kepada KBR, Jumat (17/3/2017) malam.


Yanuar mengatakan imbauannya itu bukan upaya untuk menghentikan Aksi Dipasung Semen, melainkan untuk kepentingan kesehatan peserta. Ini hanya masalah kesehatan. "Aksi kan tetap jalan," kata Yanuar.


Di LBH Jakarta, Yanuar sempat berdiskusi tertutup dengan Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Rembang Joko Prianto dan Koordinator JMPPK Pati Gunretno selama hampir tiga jam. Kata Yanuar, JMPPK telah sepakat mengikuti arahan dokter.


Meski begitu, dia tetap tidak bisa menjanjikan apakah Presiden Joko Widodo akan menemui mereka.


Baca juga:

    <li><b><a href="http://kbr.id/berita/03-2017/jmppk__izin_semen_tak_dicabut__makin_banyak_orang_ikut_mengecor_kaki_di_depan_istana/89177.html">JMPPK: Tak Ditemui Jokowi, Makin Banyak Orang Ikut Mengecor Kaki di Depan Istana</a> </b></li>
    
    <li><b>
    

    Surat Rakyat Kendeng untuk Presiden Jokowi   


Editor: Agus Luqman 

  • Dipasung Semen Jilid II
  • PT Semen Indonesia
  • pabrik semen
  • rembang
  • Jawa Tengah
  • pegunungan kendeng
  • KLHS Pegunungan Kendeng

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!