BERITA

2 Sekolah di Cilacap Tolak Beri Pelajaran Kepercayaan

""Ya itu kan karena ada masalah di intern sekolah. Contohnya di Purwasari, ada seorang pengawas, dia itu masih selalu mempermasalahkan, ‘bahwa belum saatnya beragama’.""

Muhamad Ridlo Susanto

2 Sekolah di Cilacap Tolak Beri Pelajaran Kepercayaan
Siswa penghayat kepercayaan di SMP 3 Gandrungmangu, Cilacap sedang belajar di ruang UKS. (Foto: KBR/M. Ridlo).


KBR, Cilacap– Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah menyatakan dari 14 sekolah yang diusulkan membuka kelas pelajaran kepercayaan, dua sekolah belum menyediakan layanan.  Sekretaris MLKI Cilacap Muslam Hadiwiguna Putra mengatakan, pelajaran penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME di dua sekolah tersebut terkendala penolakan dari internal sekolah dan dinas pendidikan. Padahal, di sekolah tersebut ada enam anak penghayat kepercayaan yang orangtuanya mengusulkan untuk dilayani.

 

kata Muslam, di SDN Purwasari Kecamatan Wanareja, pengawas sekolah masih bersikukuh agar siswa penghayat kepercayaan diberikan pelajaran enam agama mainstream yang telah diakui. Sementara, di SMP Satu Atap Gandrungmangu, Kepala Sekolah belum mau mengadakan pelayanan pendidikan kepercayaan.

 

Muslam menjelaskan  MLKI sudah mendekati sekolah dan pengawas tersebut. Bahkan, MLKI juga sudah memberikan salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 27 tahun 2016 tentang pelayanan pendidikan kepercayaan. Tetapi,   sekolah masih tak bersedia membuka kelas pelajaran kepercayaan.


Muslam memaklumi dengan kondisi tersebut. Sebab, proses menuju diakuinya pendidikan kepercayaan menurut dia juga masih panjang. Sebab, antara regulasi dengan pelaksanaan kondisi lapangan seringkali berbeda.


“Ya itu kan karena ada masalah di intern sekolah. Contohnya di Purwasari, ada seorang pengawas, dia itu masih selalu mempermasalahkan, ‘bahwa belum saatnya beragama’. Itu pemahaman sepihak karena mereka belum memahami perkembangan atau aturan yang ada. Kita maklum juga, satu dua kali kita sudah memberitahukan,” jelas Muslam Hadiwiguna Putra, Rabu (22/3/2017) 

Muslam melanjutkan, "bahkan dari dinas juga sudah memberikan pengertian. Tetapi, karena belum paham juga, daripada terjadi kegaduhan di lapangan, kan mempengaruhi proses belajar mengajar. Di SMP Satu Atap juga sama, kepala sekolahnya belum mudeng juga. Belum mau menerima keberadaan penghayat, yang intinya harus beragama."

 

Lebih lanjut Muslam menjelaskan, di Cilacap pada   2017 ini seharusnya sudah  14 sekolah yang melakukan pelayanan penghayat kepercayaan. Sekolah tersebut tersebar mulai dari Kecamatan Wanareja di Cilacap barat hingga Kroya Cilacap Timur.

 

Ke-14 sekolah tersebut yaitu SDN 3 Purwasari Kecamatan Cipari, SDN 4 Karanganyar dan SDN 1 Margasari Kecamatan Sidareja. Selanjutnya, SMPN 1 Cipari, SMPN 3 Kedungreja, SMPN 3 Gandrungmangu, SMP Satu Atap Gandrungmangu, SMPN 1 Jeruklegi, SMPN 1 Adipala dan SMPN 2 Adipala.

 

Sedangkan di tingkat SLTA, sekolah yang membuka kelas pelajaran kepercayaan adalah SMAN 1 Bantarsari, SMAN 1 Cilacap, SMK 1 Yos Sudarso Sidareja. Di 14 tempat ini ada  40-an anak  penghayat kepercayaan.  Muslam menambahkan, guru pengampu yang dipersiapkan MLKI sebanyak 10 orang. Pengampu dipilih MLKI berdasar faktor jarak dan pengalaman serta tingkat pendidikan formalnya.


Editor: Rony Sitanggang

  • Sekretaris MLKI Cilacap Muslam Hadiwiguna Putra
  • Sekretaris Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) Cilacap

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!