BERITA

Meski Pandemi, BSI Optimistis Bank Syariah Tumbuh

Meski Pandemi, BSI Optimistis Bank Syariah Tumbuh

KBR, Jakarta- Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia, Hery Gunardi optimistis bank syariah akan tumbuh, pasca penggabungan sejumlah perbankan syariah di Indonesia.

Peluang ini, kata dia, juga terlihat meski Indonesia dilanda pandemi Covid-19.

"Di tengah kondisi yang menantang ini, kami melihat bahwa bank syariah ini masih punya peluang tumbuh. Dan memang bank syariah tentunya kita sadar bahwa cukup memiliki daya tahan yang kuat, resilience terhadap krisis. Buktinya dari sisi aset, perbankan syariah itu masih mengalami pertumbuhan double digit sebesar 13,36 persen secara tahunan," jelas Hery dalam Webinar Perbankan Syariah di Jakarta, Rabu (10/02/21).

Hery Gunardi menjelaskan, pertumbuhan aset perbankan syariah lebih besar daripada bank konvensional di tahun 2020, yang hanya tumbuh 7,18 persen.

Di sisi pembiayaan, bank syariah juga unggul dengan pertumbuhan 9,16 persen. Sementara bank konvensional justru terkontraksi di minus 2,02 persen.

"Dan Dana Pihak Ketiga (DPK) atau dana masyarakat juga mengalami peningkatan sebesar 13,52 persen. Dibandingkan saudara tuanya, bank konvensional yang agak berbeda potretnya. Karena tekanan yang dihadapi di konvensional banking," tambahnya.

Optimisme BSI ini muncul karena adanya dukungan dari pemerintah, yakni melalui merger atau penggabungan tiga bank syariah milik negara.

"Penggabungan ini tujuannya untuk jadi bank syariah terbesar dan punya daya saing terbesar, dan akhirnya bisa memberikan layanan optimal baik dari SME dan mikro yang didukung digital channel yang baik," kata Hery Gunardi

Tantangan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia

Sementara Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan berbagai tantangan dalam pengembangan ekonomi syariah di Indonesia, terutama pascamerger perbankan syariah menjadi satu bank, Bank Syariah Indonesia (BSI).

Ketua OJK, Wimboh Santoso mengungkapkan, salah satu tantangan itu, karena belum semua masyarakat memiliki akses yang mudah terhadap pelayanan ekonomi dan keuangan syariah.

"Kita tahu bahwa masyarakat Indonesia ini jumlahya cukup besar 272 juta. Dan sebagian besar umat Muslim sekitar 87 persen. Kita tahu bahwa produk syariah, keuangan syariah, bahkan ekonomi syariah kita belum mendominasi kehidupan masyarakat kita. Ekspektasi kehidupan masyarakat kita yang haus akan produk-produk yang berbasis syariah," katanya di agenda yang sama.

Wimboh Santoso menjelaskan, progres pasar keuangan syariah terhadap sistem keuangan Indonesia, baru mencapai 9,9 persen, dengan target 20 persen.

Pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, kata dia, harus terintegrasi dengan ekosistem yang membutuhkannya.

Misalnya dengan industri pendukung lainnya seperti wisata ramah muslim (halal tourism), kuliner halal (halal food), busana muslim (Islamic fashion), sistem pendidikan Islami (Islamic education), haji dan umrah, hingga wakaf.

"Karena itu pengalaman beberapa puluh tahun sejak pengembangannya di 2000-an ternyata sulit untuk menembus cita-cita 20 persen market share syariah. Ini karena ekosistemnya belum terbangun dengan baik di mana masyarakatnya adalah masyarakat yang didominasi oleh orang-orang yang membutuhkan produk syariah," tegasnya.

Wimboh mengakui, penyediaan produk syariah oleh lembaga keuangan syariah juga belum menyeimbangi kebutuhan masyarakat.

"Permodalannya juga terbatas di mana masih terdapat enam bank syariah yang memiliki modal inti di bawah Rp2 triliun dari total 14 bank umum syariah per Desember 2020," pungkasnya.

Editor: Kurniati Syahdan

  • BSI
  • bank syariah indonesia
  • OJK
  • pandemi covid-19
  • perbankan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!