KBR, Jakarta - Ratusan orang warga non-Tionghoa menunggu, dan beberapa kali mengantre dalam barisan pembagian uang atau angpao di Wihara Dharma Bhakti, kawasan Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat, Jumat (16/2/2018).
Aktivitas itu menjadi rutinitas tahunan setiap hari tahun baru Imlek. Wihara Dharma Bhakti atau Kim Tek Le merupakan klenteng tertua di Jakarta, selain Klenteng Ancol.
Salah seorang warga yang antre adalah Sunariyah (50 tahun) asal Pandeglang, Jawa Barat. Ia mengaku sudah berada di Wihara Dharma Bhakti sejak pukul 06.00 WIB. Sampai pukul 12.00 WIB, dia sudah empat kali menerima angpao.
"Empat ribu, dua ribu, lalu tiga ribu dapat dua kali. Paling main-main aja. Buat istirahat. Iseng. Mungut dari malam sampai siang sampai sore. Paling dapatnya Rp50 ribu," kata Sunariyah kepada KBR, Jumat (16/2/2018).
Sunariyah meninggalkan Pandeglang untuk bekerja di Jakarta. Di kampung ia biasa bekerja sebagai buruh tani. Namun karena banyak utang, ia pergi ke Jakarta dan menjadi pemulung. Sunariyah berharap bisa mendapat banyak uang di Jakarta.
"Nanti kalau sudah terkumpul Rp500 ribu, baru pulang lagi ke kampung," kata Sunariyah.
Sunariyah mengaku baru 20 hari menjadi pemulung di Jakarta. Selama 10 hari pertama, dia bergelandang di kawasan Jembatan Lima. Dia kerap tidur di sekitar lampu merah.
Selama 10 hari berikutnya, ia memberanikan diri mengontrak rumah. Beruntung, pemilik rumah cenderung memahami kondisi ekonominya.
Sunariyah adalah satu dari banyak warga yang berharap mendapatkan angpao Imlek di kawasan Wihara Dharma Bhakti.
Ada banyak hal yang menyebabkan warga seperti Sunariyah ini berada di wihara yang sudah berumur 368 tahun itu.
Di wihara tersebut, pengelola membolehkan pengunjung membagikan angpao kepada warga secara langsung dengan syarat, pembagiannya merata. Jika tidak merata, pengelola mengimbau angpao itu dikumpulkan ke tempat pengumpulan sumbangan yang tersedia di sana.
Baca juga:
- Vihara Dharma Bhakti, Harapan di Tahun Baru Imlek
- Jelang Imlek, Permintaan Ikan Dewa Meningkat Tajam
Kampanye OK OCE
Gubernur Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Sandiaga Uno untuk pertama kalinya mengunjungi Wihara Dharma Bhakti, dengan statusnya sebagai pemimpin Jakarta.
Sandiaga memaknai ratusan orang non-Tionghoa yang setiap Imlek memadati Wihara Dharma Bhakti itu sebagai potret ketimpangan sosial di Jakarta.
"Bahwa jelas ketimpangan menjadi PR yang terbesar di Jakarta," kata Sandiaga.
"Yang selama ini kita lihat, kesejahteraan dan pertumbuhan kita menghadirkan warga masyarakat yang semakin sukses, semakin sukses. Sementara yang ada di bawah, semakin terpuruk," kata Sandi.
Dia bernazar alias bersumpah, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bakal meminimalisir ketimpangan sosial. Menurut Sandiaga, nazar tersebut bisa terealisasi dengan salah satu kebijakan bernama One Kecamatan One Center for Enterpreneurship (OK OCE).
OK OCE adalah program pelatihan dengan tujuan membuat warga menjadi pengusaha dalam rangka membuka lapangan pekerjaan. Dia mengklaim, sudah ada tujuh ribu anggota OK OCE mengikuti program tersebut
"Program kita, yang kita harapkan untuk meningkatkan kesejahteraan adalah OK OCE. Jadi kita akan terus tambah. Target kita tahun ini menembus angka 40 ribu sampai 50 ribu lapangan kerja di DKI," kata Sandi.
Editor: Agus Luqman