HEADLINE

Pengakuan Sri Rabitah: Ginjal Berubah Jadi Selang Penuh Berisi Batu Saat Kerja di Qatar

Pengakuan Sri Rabitah: Ginjal Berubah Jadi Selang Penuh Berisi Batu Saat Kerja di Qatar


KBR, Lombok - Selama bertahun-tahun Sri Rabithah harus menahan sakit. Ia diduga menjadi korban pencurian ginjal saat bekerja sebagai buruh migran di Qatar.

Kisah pilu warga Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, Lombok Nusa Tenggara Barat itu bermula ketika berangkat menjadi TKI ke Qatar pada 2014.


Setelah dinyatakan lulus pemeriksaan kesehatan, Sri Rabithah menjalani pelatihan di PT BLK-LN Falah Rima Hudaity Bersaudara. Selanjutnya pada 27 Juni 2014, ia diberangkatkan ke Qatar bersama 22 orang temannya.


Di negara yang terletak di semenanjung Arab itu, Sri Rabithah bekerja sebagai pekerja rumah tangga di rumah majikannya bernama Madam Gada, di ibukota Doha.


Namun tak terbayangkan, bekerja sebagai pekerja rumah tangga ia justru mendapat perlakuan kasar dari sang majikan. Ia bekerja hampir 24 jam nonstop.


Baru enam hari kerja, sang majikan perempuan mengajaknya ke rumah sakit untuk pemeriksaan kesehatan. Ajakan ini mengherankan Sri Rabithah, karena ia merasa tidak menderita penyakit apapun. Apalagi ia sudah lolos pemeriksaan kesehatan saat keberangkatan.


Sri mencoba memberikan penjelasan kepada majikannya bahwa ia dalam keadaan baik-baik saja Namun, majikan perempuan terus memaksa membawa Sri ke rumah sakit.


"Setelah sampai di rumah sakit, bukannya diperiksa medikal (medical checkup), tapi malah dipasang infus di tangan. Kemudian saya nangis, kenapa saya diinfus? Saya bertanya seperti itu. Dokternya bilang kalau Sri Rabithah belum bisa di-medikal, sekarang kondisinya masih lemah. Tapi selama saya merantau saya tidak pernah di-medikal seperti ini, saya bertanya seperti itu. Tidak apa-apa pokoknya Sri Rabithah tenang saja, kata dokter," cerita Sri kepada KBR, di Lombok, Senin (27/2/2017).


Sri masih ingat, ia dibawa ke ruangan mirip kamar operasi. Di sana ia disuntik, dan kemudian ia tak sadarkan diri.


Sekitar lima jam kemudian, Sri siuman dan mendapati tubuhnya kembali berada di atas tempat tidur. Ia kaget karena banyak selang infus yang menempel di badannya.


"Semua di tubuh saya ada kabel, saya tidak tahu kabel apa. Terus disana ada pemeriksa mungkin saya masih hidup atau tidak, ada di dekat saya. Saya mau kencing, saya bilang. Tidak usah, disana kamu kencing saja sudah ada kantung kencingnya, katanya begitu. Saya lihat kantung kencing saya, penuh dengan gumpalan darah, dua kantung yang diganti penuh dengan gumpalan darah," kenang Sri.


Sehari di rumah sakit, Sri langsung dipulangkan ke kantor agen di Qatar. Semenjak itulah Sri menjadi sering sakit-sakitan. Ia kerap mengalami batuk darah, kencing darah dan keluar darah dari hidung.


Tidak sampai di situ, selama berada di agen, Sri mengaku kerap mendapatkan siksaan. Ia sering dipukul menggunakan balok karena dianggap berpura-pura sakit. Sri akhirnya dipulangkan ke Indonesia tanpa bayaran.


Tiga tahun berselang, sakit yang diderita Sri tak kunjung sembuh. Ia kerap merasakan sakit pada bagian perut dan tidak bisa bekerja berat.


"Sakitnya ini sakit sekali, seperti ditusuk-tusuk pisau. Kalau duduk saya nggak tahan, kerja nggak bisa. Kalau saya kerja batuk darah, kencing darah. Sudah berapa kali keluar masuk rumah sakit tetapi nggak ada reaksi," kata Sri.


Pada 21 Februari 2017, ia dibawa keluarga ke rumah sakit untuk pemeriksaan rontgen. Saat itu ia baru tahu bahwa ia kehilangan salah satu ginjalnya. Ketika itu dokter bertanya apakah Sri pernah menjual satu ginjalnya.


"Saya berani sumpah, saya nggak pernah menjual ginjal. Saya nggak tahu kalau ginjal saya nggak ada di sini satu," kata Sri.


Dokter mengatakan Sri hanya memiliki satu ginjal. Ginjal sebelah kanan Sri tidak tampak dalam foto rontgen. Dokter juga mengatakan terdapat selang berisi batu yang melingkar di dalam perut Sri.


"Ini selang sudah sejak berapa lama ada di dalam tubuh? Saya pun nggak tahu. Selang ini ada di dalam tubuh sekitar tiga tahun, kata dokter. Semua selang ini berisi batu," kata Sri menirukan dokter.


"Isinya batu, penuh dengan batu jadi perlu dibuka selangnya. Katanya kalau tidak dibuka, batu yang sebesar ini akan menambah besarnya dari selang ini. Jadi saya disuruh kurangi makan," kata Sri.


Guna penanganan lanjutan, Sri Rabithah harus dioperasi. Ia dijadwalkan operasi pada 2 Maret 2017 di RSUP NTB.


Meski kehilangan satu ginjal, ia berharap dapat pulih kembali agar dapat mengurus anak perempuannya yang saat ini baru berusia empat bulan. (Hanapi, Radio Mandalika FM Lombok)


Baca juga:


Editor: Agus Luqman 

  • pencurian ginjal
  • TKI
  • Qatar
  • NTB
  • Nusa Tenggara Barat
  • Lombok
  • Sri Rabithah
  • penjualan ginjal
  • kesehatan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!