KBR, Jakarta – “Kalau teman-temanmu tanya/ kenapa bapakmu dicari-cari polisi/ jawab saja: karena bapakku orang berani.”
Sebuah pasase dari sajak berjudul “Wani, Bapakmu Harus Pergi” di atas, ditulis Wiji Thukul di tengah pelarian, untuk sulungnya: Fitri Nganthi Wani. Terakhir kali bertemu sang bapak, Wani masih berusia delapan tahun. Pada Desember 1997 sang bapak menemuinya di Yogyakarta. Wani kecil tak tahu, bahwa rupanya itu jadi jumpa terakhirnya.
LSM Kontras menyebut, sastrawan sekaligus aktivis pembela buruh itu hilang sekitar Maret 1998. Hingga sekarang, keberadaan Thukul masih tak jelas rimbanya.
Belakangan, di tengah penantian panjang selama hampir 20 tahun, Wani merasa kembali menemukan sosok Wiji Thukul namun dalam tubuh lain. Masih dengan perawakan kurus dan rambut ikal, sang bapak hadir melalui aktor Gunawan Maryanto. Cindil—sapaan akrab Gunawan Maryanto—disebut berhasil melakonkan sosok sang penyair pelo itu lewat film “Istirahatlah Kata-kata” besutan Yosep Anggi Noen.
“Sama Mas Gunawan (Gunawan Maryanto) yang memerankan bapak (Wiji Thukul) itu jadi kagum, atau bangga ya. Karena ada kemiripan. Ternyata ada yang bisa memerankan bapak dengan sebagus itu,” ungkap Wani kepada KBR saat ditemui di Kedai Tjikini, Jakarta.
Film Istirahatlah Kata-kata mengisahkan penggalan hidup Thukul, saat delapan bulan melarikan diri ke Pontianak, sembunyi dari kejaran aparat Orde Baru. Sutradara film, Yosep Anggi Noen, memilih mengambil periode setelah kerusuhan 27 Juli 1996 sebagai titik awal penceritaan.
“Periode ini sebenarnya paling emosional karena dia harus jauh dari teman-temannya dan keluarga. Untuk berjuang mengatasi kesendirian, ketakutan. Periode ini adalah periode Wiji menghilangkan segala macam ketakutannya,” jelas Anggi di Jakarta, Minggu (8/1/2016).
Saat itu untuk pertama kalinya, Wiji Thukul dan sejumlah aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) oleh pemerintah Orde Baru dinyatakan sebagai buron. “Thukul dan beberapa aktivis dianggap memprovokasi kerusuhan pada Juli 1996. Kenapa memilih masa itu? Karena ada perasaan yang kompleks dari tokoh,” imbuh Anggi.
Menonton film ini, rasa kangen Wani meruap. Pun perasaannya, campur aduk.
“Seiring berjalannya waktu kan kita sebenarnya bisa lebih legowo, bisa mengalihkan pikiran lah. Istilahnya sudah bisa move-on. Eeee tiba-tiba dilihatin (film) yang begituan lagi. Kangen (bapak).”
Layaknya judul, film ini sebetulnya tak banyak menyemburkan kata-kata. Sang sutradara mengeksplorasi kesunyian di tengah pengembaraan Thukul. Tapi justru dengan begitu, menurut Wani, dirinya bisa membaca ulang kegelisahan kedua orangtuanya saat terpisah satu sama lain.
Melalui Marissa Anita yang melakonkan Dyah Sujirah alias Sipon dan Gunawan Maryanto sebagai Thukul, kenangan diselingi tanya muncul silih ganti di tengah Wani menikmati film ini. Berikut wawancara Jurnalis KBR, Nurika Manan bersama Fitri Nganthi Wani.
Sudah nonton film “Istirahatlah kata-kata”?
Sudah.
Nonton sampai selesai?
Ee… iya, tapi ya baper-baper (Red: Bawa Perasaaan) begitu. hahaa...
Setelah menonton film ini, apa yang terlintas pertama kali?
Campur aduk sih ya. Sama Mas Gunawan (Gunawan Maryanto) yang memerankan bapak (Wiji Thukul) itu jadi kagum, atau bangga ya. Karena ada kemiripan. Kok, oh.. ternyata ada yang bisa memerankan bapak dengan sebagus itu. Ini yang enggak personal kan ya. hahaa...
Kalau secara personal, apa yang Anda rasakan?
Ya jelas jadi terbawa ke masa lalu. Tapi lebih ke kangen sih ya. Karena kalau kenangan-kenangan itu tidak mungkin ada yang lupa. Tapi jadi… yang mungkin kalau setiap hari bisa “nylemor” (mengalihkan perasaan) ya istilah Jawanya.
Kan seiring berjalannya waktu, kita bisa lebih legowo, bisa mengalihkan pikiran lah. Enggak terpuruk, istilahnya sudah bisa move on juga. Sekarang sudah ada anak juga, kehidupan lain, sehari-hari kita bikin asyik lah ya. Eee.. tiba-tiba dilihatin (film) yang begituan lagi, sedih sih enggak. Kangen.
Sedihnya ya mungkin sedih karena terbawa alur cerita, ya sebagai penonton. Melihat Mba Marisa (pemeran Sipon, istri Wiji Thukul) dan Mas Gunawan memerankan bapak dan ibu yang seperti itu (terpisah). Jadi ada double-nya.
Mungkin kalau sebagai penonton, yang tidak ada hubungan apa-apa kan ya cuma baper-baper aja. Tapi ini kan…. (berlapis-lapis begitu ya, Mba?) Iya. Ini kan personal, menyinggung masa laluku juga secara tidak langsung.
Anda tahu Wiji Thukul di Pontianak seperti apa?
Ada sih sedikit. Karena waktu Bapak lari (buron) pas belum dinyatakan hilang itu masih ada komunikasi dengan ibu. Ketika ada aku, bapak ingin ngobrol sama aku misalnya lewat telepon. Tapi aku lupa ya itu di Pontianak apa di mana.
Pokoknya intinya saat di Pontianak memang keluarga tahu. Ibu juga pernah cerita kalau di sana (Pontianak) bapak nginep di rumah orang yang punya anak bayi. Dan, sempat bapak minta ke ibu dicariin pakaian bayi bekas layak pakai untuk dikirim ke sana. Tapi aku lupa ya itu jadi dikirim atau enggak, karena samar-samar ingat.
Kalau waktu itu enggak ngerti perasaanku gimana, tahunya oh bapak masih ada. Terus lama-lama enggak ada dan yang terakhir kan memang di situ.
Tapi dengan menonton film ini, Anda menangkap gambaran kondisi Wiji Thukul seperti apa?
Tergambarnya itu kalau di film, cenderung ke perasaan mereka berdua (bapak dan ibu). Jadi ini bukan menceritakan keseharian yang pakai dialog. Tapi tentang kesunyian, kegelisahan. Jadi lebih ke dua orang di tempat yang berbeda lalu saling memikirkan, mau bertemu tapi di-ini (halangi) keadaan.
Bagaimana dengan kondisi Ibu (Sipon) saat Wiji Thukul tak juga diketahui keberadaannya?
Ya mungkin karena suasana di kampung ramai. Tapi memang ibu merasakan suatu perasaan sunyi. Sampai sekarang.
Ibu (Sipon) sudah menonton film ini?
Ya, kalau enggak salah sama adikku (Fajar Merah). Kalau sama aku, sempat waktu trailer keluar pertama kali. Itu baru trailer saja yah, ngomongnya sudah ke mana-mana. Ya, jadi inget yang Mba Marisa peragakan misalnya: “Omahe kerep ditekani wong. Yowes ngono kuwi.” (Rumah kerap didatangi orang). Ya ekspresi kemarahan.
Ada kalimat yang diucapkan Marissa di Film itu: Aku ora pengen kowe lungo, nanging aku yo ora pengen kowe moleh. Sing tak pengeni kowe ono. (Aku nggak ingin kamu pergi, aku juga nggak ingin kamu pulang. Yang aku inginkan hanya kamu ada), itu betul terjadi?
Iya, ada (di film) sih. Intinya itu aku enggak pengen kamu pergi, aku enggak pengen kamu pulang, yang aku pengen kamu ada. Kalau pas mereka sendiri (di kenyataan), itu aku enggak tahu.
Rencananya akan mengundang Presiden Jokowi hadir, apa yang ingin disampaikan?
Kalau ini memang khusus ingin ngundang untuk menonton film. Ya karena secara kami tetanggaan, sama-sama orang Solo. Terus karena Pak Jokowi juga punya bukunya Bapak, dan suka puisinya Bapak. Alangkah baiknya kalau Pak Presiden bisa ikut nonton kan, sebuah kehormatan tersendiri buat teman-teman dan saya. Ada kebanggaan, suatu kepuasan buat kami. Seperti film lain saja, sebuah kepuasan untuk kami kalau diapresiasi oleh presiden.
Anda berharap “Istirahatlah Kata-kata” juga ditonton anak muda, kenapa?
Saya memposisikan sebagai saya sendiri. Ini kan temanya tentang Wiji Thukul. Kebanyakan atau mungkin sebagian orang tahunya Wiji Thukul seorang penyair. Lalu puisinya. Kemudian dia hilang. Tapi malah mungkin tidak ada yang terpikir bahwa dia juga punya perasaan sunyi lho. Kita coba lihat ke sudut pandang lain lah, yang lebih mudah diterima.
(Yang menonton) tidak harus yang suka politik dan aktivisme. Dan memang yang mellow-mellow romantis begini kan ke anak muda ya kecenderungannya.
Apa adegan yang paling melekat dalam film ini?
Ya, malah justru bukan ke situnya, malah jadi kembali lagi pertanyaan-pertanyaan yang di batin ya, pasti banyak orang juga: Bapak itu di mana? Jadinya ke situ lagi, ujung-ujungnya. Enggak dibikin film pun kita tetap tiap hari begitu, tokohnya juga kita-kita sendiri.
Tapi lalu setelah dibikin film, mungkin kita melihat keluarga kita dari kaca mata orang lain, kita sebagai orang lain yang melihat itu. Dan ternyata sama sutradara (Yosef Anggi Noen) disajikan sedemikian rupa yang kemudian berhasil membuat penonton jadi ikut diam lama. Setelah film selesai pun juga jadi masih belum bisa move on dari film itu.
Rencananya, pihak keluarga dan sahabat Wiji Thukul pada Selasa (10/1/2016) hari ini akan mendatangi Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta. Mereka secara khusus akan mengantarkan undangan dan meminta presiden ikut menonton film yang akan tayang serentak di delapan kota mulai 19 Januari 2017.
Film produksi Muara Foundation ini telah menyabet sejumlah penghargaan film. Di antaranya meraih Piala Dewantara dalam Apresiasi Film Indonesia dan memenangkan Golden Hanoman Award dalam Jogja-NETPAC Asian Film Festival Yogyakarta. Selain itu, film “Istirahatlah Kata-kata” telah berpartisipasi dalam sejumlah festival film internasional, di antaranya Festival del Film Locarno Swiss dan International Film Festival Rotterdam, Belanda.
Editor: Quinawaty
Putri Wiji Thukul: Ujung-ujungnya Jadi Pertanyaan di Batin, Bapak Ada di Mana?
“Periode ini sebenarnya paling emosional karena dia harus jauh dari teman-temannya dan keluarga. Untuk berjuang mengatasi kesendirian, ketakutan," jelas Yosep Anggi Noen.

Kanan ke Kiri: Wilson Obrigados, Raharjo Waluyo Jati, Fitri Nganthi Wani. Foto: Limaenam Films.
BERITA LAINNYA - BERITA
GeNose Upaya Murah Menyisir Virus Korona
"Kita akan dorong semua public area juga pakai ini. Karena ini sudah dirilis oleh Genose, oleh Kementerian Kesehatan. "
Jokowi Ingatkan Pentingnya Toleransi Di Indonesia
Toleransi membantu merawat Indonesia kepada peradaban yang lebih maju harmonis dan modern
KNKT Lanjutkan Pencarian CVR Sriwijaya Air
Data CVR akan melengkapi data flight data recorder (FDR) yang sudah ditemukan, dan diunduh timnya.
Vaksinasi Covid-19 Satgas Sudah Lebih 146 Ribu Nakes
"Karena itu saya sangat mendorong enam platform yang saat ini dikembangkan,”
Pengembangan Vaksin Merah Putih ini Alasan Menristek Dorong banyak Metode
"Karena itu saya sangat mendorong enam platform yang saat ini dikembangkan,”
Banjir Kalsel Mulai Surut
Kapal ADRI 50 juga mengangkut personel TNI, bahan-bahan logistik, peralatan rumah sakit lapangan, serta alat berat guna membantu korban bencana alam di Kalimantan Selatan maupun Sulawesi Barat.
Kemendag Klaim Stok Daging Sapi Aman
PT Suri Nusantara Jaya di Bekasi, Jawa Barat memiliki cadangan daging sapi dan kerbau hingga 17 ribu ton
Gunung Raung Erupsi 57 Kali Dalam Waktu 6 Jam
Awan kelabu inilah yang menjadi tanda bahwa Gunung Raung tengah erupsi
Pemerintah Siapkan Aturan Vaksinasi Covid-19 Mandiri
"Sedang dipersiapkan regulasinya, karena itu akan mengatur pembelian oleh sektor-sektor industri tertentu,"
Pandemi Covid-19 Menkes Targetkan Lansia dan Pekerja Layanan Publik Divaksin Mulai Maret
"Kemudian public workers Maret-April 17 juta, di akhir public workers masuk ke lansia itu sekitar 25 juta,"
Realisasi Vaksinasi Covid-19 Selesai Setahun Jokowi Kita Punya Kekuatan
"Ini hitung-hitungan ada 30.000 vaksinator, satu hari bisa mengerjakan 30 orang yang divaksin. Sehari berarti sudah hampir satu juta."
PUPR Sebut Perbaikan Dua Jembatan Di Kalsel Selesai Hari Ini
Jembatan sementara tersebut dibuat untuk menggantikan jembatan Mataraman dan Tanah Laut Tabanio yang putus, saat banjir
Gunung Raung Erupsi
Gunung Raung tercatat mengalami erupsi dua kali sejak Rabu (20/1/2021) malam, dan mengeluarkan asap hitam dari puncak kawah
Calon Kapolri Listyo Polisi Tak Akan Lagi Lakukan Tilang
Listyo menerangkan, mekanisme tilang akan diubah secara bertahap menjadi serba elektronik atau Electronic Traffic Law Enforcement (e-TLE).
Hari Keenam Tim SAR Fokus Evakuasi Korban Reruntuhan Akibat Gempa
Tim SAR terdiri dari 170 personel akan dibagi menjadi dua kelompok
Tim Advokasi Ingatkan Kegagalan Listyo Ungkap Dalang Kasus Novel
Jika Listyo terpilih sebagai Kapolri ia harus menuntaskan kasus Novel
Jasa Raharja Beri Santunan Pada Keluarga Korban Sriwijaya Air
Presiden Joko Widodo dijadwalkan meninjau langsung evakuasi dan pencarian pada siang hari ini
Uji Kelayakan Calon Kapolri Listyo Akui Kinerja Polri Banyak Tuai Kritik Publik
Listyo juga menyoroti penanganan kasus yang terkesan tebang pilih
Kampung Liu Mulang Teladan Hidup Selaras dengan Alam
Tradisi menjaga lingkungan dilakoni dan diwariskan antargenerasi
Hari Kelima Pascagempa Sulbar Tim Masih Mencari Tiga Korban
Diperkirakan ada tiga korban yang diperkirakan masih berada di reruntuhan bangunan
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Menyoal Program Restrukturisasi Jiwasraya
Kabar Baru Jam 8
Kapan Kekebalan Terbentuk Usai Vaksinasi Covid-19?
Kabar Baru Jam 10