KBR, Rejang Lebong - Salah satu kawasan tujuan wisata andalan di Provinsi Bengkulu, Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Kaba ditutup sementara mulai 10 Januari hingga 10 Maret 2017.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu, Jaja Mulyana mengatakan penutupan sementara dilakukan karena kondisi ekosistem kawasan rusak dan butuh perbaikan.
Selama penutupan, tidak diperbolehkan ada aktivitas pendakian.
"Penutupan ini dilakukan untuk memperbaiki lagi ekosistem yang telah rusak, seperti jalur pendakian, tumbuhan yang banyak patah serta pembersihan sampah di kawasan tersebut. Apalagi kegiatan tahun baru lalu kawasan tersebut termasuk ramai pengunjung yang melakukan pendakian," kata Jaja Mulyana kepada KBR, Kamis (5/1/2017)
Ikuti juga:
- Ratusan Hektar Hutan di Taman Wisata Alam Bukit Kaba Ditebang Warga
- Pemodal Perambah Hutan di Bengkulu, Ditangkap
TWA Bukit Kaba berada di Desa Sumber Urip, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu. Namun kawasan lindung ini berada di dua kabupaten yaitu Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang seluas total 14 ribu hektar, dimana sekitar 8,515 hektar diantaranya ada di Kabupaten Kepahiang.
Kawasan wisata yang indah ini selalu menarik kunjungan wisatawan dan pendaki, namun kerap menyisakan masalah berupa sampah.
Jaja Mulyana mengatakan kegiatan pembersihan sampah dan perbaikan ekosistem nanti akan melibatkan masyarakat setempat dan organisasi pegiat lingkungan di kawasan itu.
"Mudah-mudahan dalam masa pemulihan ekosistem selama dua bulan ini, dengan tidak adanya aktivitas di kawasan tersebut, maka tanaman-tanaman yang rusak akan pulih dan tumbuh kembali," kata Jaja.
Obyek wisata Taman Wisata Alam Bukit Kaba berupa puncak gunung api kembar dengan gunung hitam yang sudah padam. Di puncaknya terdapat tiga kawah, juga dilengkapi sumber mata air panas di Air Meles (lereng barat daya) dan Air Sempiang (lereng selatan).
Taman Bukit Kaba memiliki ketinggian 1,937 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang berada di Kabupaten Rejang Lebong.
Editor: Agus Luqman