BERITA

Sidney Jones: Motivasi Utama Kelompok Teroris, Balas Dendam kepada Polisi

"KBR68H, Jakarta - Kepolisian Indonesia diminta tidak menembak mati terduga teroris. Pengamat terorisme Noor Huda Ismail mengatakan, pembunuhan itu memperkuat militansi dan memperbanyak anggota teroris."

Doddy Rosadi

Sidney Jones: Motivasi Utama Kelompok Teroris, Balas Dendam kepada Polisi
motivasi, kelompok teroris, balas dendam, polisi

KBR68H, Jakarta - Kepolisian Indonesia diminta tidak menembak mati terduga teroris. Pengamat terorisme Noor Huda Ismail mengatakan, pembunuhan itu memperkuat militansi dan memperbanyak anggota teroris. Untuk itu, ia meminta kepolisian menemukan cara-cara alternatif untuk menangkap terorisme.

Apakah penembakan mati terduga teroris justru akan semakin memperkuat kelompok radikal itu? Simak perbincangan penyiar KBR68H Sutami dan Nanda Hidayat dengan Pengamat Teroris Sidney Jones dalam program Sarapan Pagi.

Catatannya sampai akhir tahun ada enam puluh orang teroris  yang ditembak mati. Apakah efeknya memang benar-benar kemudian memperkuat atau memperbanyak jumlah mereka yang simpati terhadap kelompok-kelompok ini?

Iya saya yakin benar bahwa saya kira tahun 2013 tidak sampai enam puluh orang tapi memang cukup banyak di atas dua puluh orang. Saya kira bahwa jelas motivasi balas dendam adalah motivasi utama sekarang ini untuk kelompok-kelompok teroris yang ada di Indonesia.

Kalau tidak ditembak mati kemungkinan besar saat mereka berhadapan dengan kepolisian nyawa polisi yang terancam. Apa yang harus dimengerti oleh masyarakat?

Saya kira jelas bahwa selama tiga tahun belakangan ini justru polisi yang jadi korban utama dari aksi-aksi terorisme. Saya kira semuanya sekitar tujuh belas polisi yang meninggal atas tangan teroris di Indonesia. Tetapi pada saat yang sama saya setuju sekali sebaiknya orang-orang ini ditangkap hidup, karena sekarang ini ada banyak keraguan dan kecurigaan di masyarakat apakah aksi operasi-operasi polisi ini dilaksanakan hanya untuk tambah dana dan sebagainya. Menurut saya sama sekali tidak benar bahwa itu hanya operasi cari dana tetapi kalau orang-orang tidak ditangkap hidup dan dibawa ke pengadilan diadili supaya semua informasi bisa keluar bisa mengerti kenapa ada keraguan semacam ini di antara masyarakat sendiri.

Caranya seperti apa? karena polisi bilang kalau tidak menembak mati si teroris mereka akan ditembak duluan.
 
Saya kira itu harus dipertanyakan. Karena kalau kita lihat kapasitas para teroris di Indonesia tidak seperti dulu Noordin M Top yang betul-betul ahli merakit bom, betul-betul punya hubungan internasional, dan sebagainya. Kelompok-kelompok sekarang ini kalau kita lihat usaha mereka untuk merakit bom hampir semuanya gagal, lihat saja waktu mereka menanam bom di vihara Jakarta Barat hampir tidak ada bekasnya di lantai apalagi korban jiwa. Kalau mereka betul-betul punya niat yang jelek iya, kalau mereka bersenjata iya tapi senjata pun banyak yang rakitan. Jadi saya kira polisi harus mengubah pola prosedurnya walaupun mereka selalu bilang sudah sesuai protap dan sebagainya.

Apa yang bisa dilakukan cara alternatif seperti apa?

Ada granat asap atau bisa saja menunggu kalau semuanya menunggu kalau semuanya berada di suatu rumah seperti di Ciputat. Kenapa tidak menunggu saja sampai tidak ada makanan lain, kalau ada cara lain untuk bikin sampai mereka terpaksa keluar. Saya kira harus ada evaluasi setelah operasi ini selesai, apakah ada opsi-opsi lain daripada hanya menembaki terus menerus sampai orang di dalam rumah itu tewas.

Bagaimana dengan langkah deradikalisasi?

Saya kira itu sesuatu yang cukup memprihatinkan. Sampai sekarang ini kelihatannya bahwa kelompok-kelompok teroris ini gampang sekali merekrut orang baru, ada yang direkrut didalam pengajian, ada yang direkrut dari teman-teman saja. Jadi itu berarti bahwa ekstrimisme terus menerus terjadi tanpa hambatan apapun. Saya kira tugas pemerintah harus bukan saja pada deradikalisasi orang-orang yang sudah masuk kelompok teroris misalnya di penjara dan sebagainya tapi juga harus ada program yang jauh lebih kuat dan efektif di antara masyarakat sendiri supaya melakukan peningkatan di daerah dimana radikalisasi terus menerus berlangsung bisa menjadi kebal. Supaya orang-orang radikal tidak disambut lagi di dalam masyarakat, misalnya kalau ada orang-orang terkenal ekstrimis mungkin mereka bisa ditolak oleh orang-orang setempat supaya para pemuda tidak tertarik ikut bergabung.
 
Masalah di masyarakat kita apa sehingga ajaran-ajaran seperti ini mudah diterima?

Saya kira diantara tokoh masyarakat dan juga pemerintah sendiri tidak ada konsensus apapun tentang apa itu ekstrimisme. Ada yang bilang dari Nahdlatul Ulama bahwa ancaman terbesar justru dari kelompok salafi yang menuduh NU melakukan praktik-praktik yang tidak diterima oleh syariat Islam. Kalau bicara dengan Muhammadiyah mereka melihat ekstrimisme sesuatu yang lain dan lain lagi definisi dari orang-orang di MUI. Jadi selama tidak ada konsensus apa itu ekstrimisme sulit sekali membuat program yang efektif dan berhasil, itu bukan sesuatu yang gampang. Jelas bahwa tidak ada satu negara di dunia yang punya program kontra radikalisasi yang betul-betul efektif tapi ada yang bisa diusahakan sampai sekarang ini belum dicoba, semacam kampanye pendidikan masyarakat.
 
Kelompok-kelompok besar yang Anda sebutkan ini mereka harus membangun konsensus dari sekarang ya?

Iya dan sama sekali tidak ada kesepakatan kecuali mereka semua setuju bahwa kekerasan tidak bisa diterima, hanya cara melawannya yang mereka tidak ada konsensus sama sekali.

Satu lagi yang dikeluhkan bahkan oleh seorang Kapolri adalah buku yang diterbitkan oleh terpidana kasus terorisme Abu Bakar Ba’asyir yang kabarnya lewat buku itu justru melegalkan beberapa aksi perampokan untuk membiayai aksi terorisme. Apa sebenarnya yang harus dilakukan polisi terkait hal ini?

Saya kira jelas bahwa orang-orang seperti Ba’asyir dan lainnya terus menerus mengeluarkan buku seperti ini. Tapi masalahnya bukan buku atau situsnya, jadi jangan melarang buku atau menutup situs sebagai solusinya. Masalahnya adalah kenapa orang-orang di dalam penjara yang notabene maximum security terus menerus bisa mengeluarkan buku, itu berarti peraturan di dalam penjara itulah masalahnya dan tidak melarang hak para tahanan untuk melarang mereka mendapat buku-buku radikal. Bahwa mereka harus dapat bahan bacaan iya tapi bisa saja dikontrol secara lebih ketat oleh Kalapas.

Saran Anda terkait kemarin enam teroris ditembak di Banyumas dan Tangerang Selatan, bagi masyarakat apa yang harus diwaspadai karena generasi-generasi baru bermunculan?

Saya kira sekarang ini antara lain yang jadi ancaman masa depan justru orang Indonesia ingin ke Suriah. Jadi kalau ada orang tua atau guru atau siapapun yang melihat bahwa ada yang ingin menyiapkan diri untuk ke Suriah itu antara lain lampu merah yang harus menjadi indikasi bahwa orang-orang itu harus diwaspadai.

  • motivasi
  • kelompok teroris
  • balas dendam
  • polisi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!