BERITA

Pengamat: Tak Perlu Uninstall Path Hanya Karena Sudah Dibeli Bakrie

"KBR68H, Jakarta - Bakrie Global Group menginvestasikan 25 juta dolar atau sekitar Rp 300 milyar di jejaring sosial Path."

Doddy Rosadi

Pengamat: Tak Perlu Uninstall Path Hanya Karena Sudah Dibeli Bakrie
path, bakrie, uninstall

KBR68H, Jakarta - Bakrie Global Group menginvestasikan 25 juta dolar atau sekitar Rp 300 milyar di jejaring sosial Path. Sambutan masyarakat pun ada yang pro dan kontra. Yang kontra, malah mengajak pengguna Path untuk segera uninstall Path dari gadget masing-masing dengan berbagai alasan.Seruan itu ramai menghiasai jagat media sosial seperti Twitter.

Apakah Bakrie akan menggunakan Path untuk kepentingan Pemilu 2014? Simak perbincangan penyiar KBR68H Agus Luqman dan Rumondang Nainggolan dengan pengamat media sosial Ulin Yusron dalam program Sarapan Pagi KBR68H.

Apa yang Anda lihat ketika Bakrie Group membeli Path? apa ada kaitan Pemilu 2014 atau murni bisnis?

Ini cara dagangan Bakrie untuk cari untung dengan berharap pembelian sekarang 25 persen siapa tahu nanti laku 35 persen sampai 40 persen yang uang itu bisa cukup banyak untuk jadi modal dia bisnis di dalam negeri atau dipakai untuk politik. Meskipun sebetulnya kalau kita lihat ini murni Anin, Anin temannya Dave Morin tidak langsung ARB begitu. Jadi menurut saya ini murni bisnis.
 
Tapi ketika ada kicauan-kicauan untuk ramai-ramai supaya menutup Path karena ini sudah menjadi milik kelompok Bakrie. Ini gejala kekecewaan atau ketidakpercayaan begitu?

Itu respon spontan bahwa kebencian, kekecewaan, dan kekesalan terhadap Bakrie itu memang ada di sebagian pengguna Path. Mereka melampiaskan Bakrie yang sewenang-wenang dalam kasus Lapindo, Bakrie Life, sewenang-wenang menggunakan frekuensi itu dilampiaskan dalam bentuk kicauan seperti itu.
 
Kalau ada ajakan menutup akun kira-kira akan ikut?

Kalau ajakan saya tidak setuju. Sejak ada koar-koar itu menurut saya tidak realistis, kalau kita mau menutup apa tidak sekalian menutup sepuluh jaringan sosial kita lha wong Twitter itu pikirannya bule, golongan Yahudi, golongan liberal yang notabene dianggap menyengsarakan umat manusia. Itu naif sementara media sosial itu adalah sarana kita menjadikan sebagai angkatan kelima pilar demokrasi menurut saya. Cara menyikapinya tidak usah begitu bahwa kita punya empati terhadap korban Lapindo, kita punya empati terhadap Bakrie Life, kita kecewa karena TV One sering dipakai secara serampangan untuk kampanye pribadi Ical tapi cara melampiaskannya jangan begitu. Justru kita pakai Path itu untuk mengkritisi Bakrie.

Langsung sampai ya?

Kalau jejaring sosial lama-lama ada yang repath, ada yang copy paste gambarnya lama-lama akan sampai. Dia tidak diam, buktinya dia memberi respon bahwa gerakan ini sejauh mana efektif memantau. Karena 4 juta dari 27 juta pengguna Path seluruh dunia adalah orang Indonesia dan traffic kita 30 persen menyumbang traffic dunia. 


Ada kekhawatiran misalnya media sosial Path ini dipakai untuk kampanye Pemilu 2014 ini semudah itukah atau susah? 


Menurut saya tidak semudah itu, Path pusat maupun Bakrie juga tidak gampang. Sekarang Anda bayangkan kalau hanya 4 juta pengguna Path di Indonesia itu saja belum tentu semua aktif dan belum tentu semua semangat ikut pemilu. Menurut saya yang paling logis dilakukan Bakrie sekarang bagaimana me-monetizing 25 juta itu memiliki nilai tambah, menurut saya ini persoalan. Gampangnya kalau di Amerika sana itu barang tidak laku, kok malah laku di Indonesia saya juga tidak tahu.

Mungkin karena nanti dijadikan brand atau permainan di dalam negeri saja ya?

Mungkin. Tapi kalau itu sebagai alat kampanye atau muatan politik agak susah, karena mengubah frame juga susah. Tantangannya menyisipkan logo Golkar atau ARB di Path itu di-share ke seluruh dunia, karena tidak ada desain versi lokal Indonesia saja. Seluruh dunia pasti akan memaki.
 
Tidak semudah itu ya bisa menggunakan media jejaring sosial di luar bisnis ya?

Agak susah. Saya memahami kekecewaan banyak orang uang segitu banyak untuk membeli platform media sosial sementara ada persoalan di dalam negeri yang belum diatasi. Kalau 2014 Bakrie membutuhkan media sosial itu jelas, kalau kita baca keaktifan orang-orang sekitar Golkar atau ARB cukup aktif di Twitter untuk mengkampanyekan kebaikan Golkar dan ARB. Itu juga dalam rangka bahwa mereka mencitrakan positif dan membanjiri konten-konten sosial media. Tapi dia membeli Path tidak ada kaitannya dengan itu karena agak susah.

Anda punya masukan kepada yang lain yang berencana membeli jejaring sosial?

Kalau di era sekarang itu para pemain politik atau mau berkuasa di sosial media tidak perlu membeli platform. Karena yang dibutuhkan adalah mengeksekusi konten yang melibatkan seluruh netvision, memenuhi harapan netvision yang lebih populis dan itu alamiah, tidak dibuat-buat. Orang kemudian serta merta akan men-share konten-konten yang seperti itu, orang akan komen yang positif yang pada akhirnya kalau kita cek akan ketahuan bahwa sentimen penduduk di sosial media positif kepada calon presiden. Tapi kalau blunder terus yang dilakukan yang terjadi justru kontraproduktif, lebih banyak bullying daripada supporting, orang tidak memberi apresiasi yang negatif daripada yang positif.  

  • path
  • bakrie
  • uninstall

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!