CERITA

Festival Film Perempuan Internasional Angkat Profil Perempuan Afghanistan

Ilustrasi: Suasana Festival Film Perempuan Internasional pertama di Afghanistan. (Foto: Ghayor Wazir

Tahun ini Festival Film Perempuan Internasional digelar di Afghanistan untuk ketiga kalinya.

Para sineas asal Amerika, Italia dan negara lain berdatangan ke Provinis Herat untuk menghadiri festival ini.

Pesan utama festival ini adalah melawan kekerasan terhadap perempuan dan mendorong sineas perempuan Afghanistan untuk bersuara. 

Hari ini di benteng kuno di Provinsi Herat, di barat daya Afghanistan, ratusan orang berkumpul untuk menghadiri Festival Film Perempuan Internasional.

Ada 60 film lokal dan internasional yang akan diputar di festival ini. Film-film ini dipilih karena menggambarkan kondisi perempuan di seluruh dunia.

Organisasi Afghanistan yaitu Rumah Produksi Armanshahr dan Roya menggagas festival ini tiga tahun lalu.

Roya Sadat, direktur rumah produks Roya mengatakan festival itu makin berkembang meski lambat.

“Sulit untuk mengatakan kalau kami sudah mencapai target. Tapi ini langkah yang bagus untuk membuka dialog dengan produser film yang ada, untuk membela perempuan dan HAM. Tidak dipungkiri festival membawa dampak. Misalnya tahun ini makin banyak sineas muda yang membuat film soal kondisi perempuan dan film-film ini mendominasi festival,” kata Roya Sadat.

Setelah acara pembukaan dilanjutkan dengan pemutaran sejumlah film. Penyanyi ternama Afghanistan yang menjadi Duta Perdamaian PBB, Farhad Darya, turut tampil membawakan beberapa lagu.

Farhad Darya mengatakan festival ini bisa mendorong perempuan muda Afghanistan.

“Menurut saya festival ini tidak akan membawa keajaiban. Tapi bisa menciptakan harapan dan mendorong masyarakat untuk berbuat lebih baik.”

Dengan alasan keamanan, festival ini diadakan di tiga tempat berbeda setiap harinya. Meski demikian ratusan orang tetap antusias menonton.

Setelah film diputar ada diskusi dengan tokoh-tokoh terkenal seperti perwakilan dari PBB dan aktivis perempuan.

Aktivis Soweta Doorani mengatakan banyak diskusi yang membahas kekerasan terhadap perempuan di Afghanistan.

“Festival seperti ini sangat efektif mengambarkan kekuatan perempuan dan mendorong mereka bekerja lebih keras agar hak-hak mereka diakui. Dan mereka bisa menyelesaikan berbagai masalah. Festival seperti ini ingin menunjukkan kalau perempuan punya bakat dan mereka bisa melakukan apapun yang mereka inginkan,” kata Soweta Doorani.

Festival ini didukung pemerindah provinsi Herat dan Lembaga HAM Internasional serta beberapa lembaga internasional lainnya.

Di hari ketiga festival, para pejabat tinggi dan bintang film berkumpul untuk menyerahkan penghargaan.

Sebuah film lokal berjudul Moon atau Bulan menjadi salah satu film yang meraih penghargaan. Film ini bercerita tentang seorang gadis remaja yang dipaksa menikah.

Artis Lena Alam yang berperan sebagai ibu dalam film itu menjadi artis terbaik. 

“Saya sangat senang dan terharu... Ini satu hal yang menurut saya dan orang lain mungkin adalah satu hal yang indah. Di saat pertempuran terjadi di Kundoz dan serangan bunuh diri terjadi di tempat lain, kami masih hidup. Ketika saya melihat masyarakat, termasuk anggota keluarga mereka, datang ke festival untuk menonton film, di provinsi yang tidak punya bioskop, itu adalah pencapaian luar biasa bagi saya.”

Ibu negara Afghanistan, Rola Ghani, mengirimkan video pesannya untuk festival itu. 

Festival Film Perempuan Internasional, katanya, “telah mengambil inisiatif untuk menaungi kekerasan dan perang dengan seni.”

Penggagas festival, Roya Sadat, mengatakan dia mengadakan festival ini untuk menginspirasi perempuan agar memperjuangkan hak-hak mereka.

“Banyak perempuan menderita di berbagai belahan dunia bahkan di negara-negara yang mengklaim dirinya aman bagi perempuan. Kami memutar film yang mencerminkan masalah perempuan di India dan juga beberapa negara lain. Saya berharap festival ini bisa menyatukan perempuan dan menyuarakan perjuangan hak-hak perempuan,” kata Roya Sadat.

 

  • Ghayor Waziri
  • Festival film perempuan internasional
  • Hak Perempuan Afghanistan
  • Toleransi
  • Afghanistan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!