CERITA

Radio ISIS Targetkan Kaum Muda Afghanistan

Radio adalah sumber utama informasi dan hiburan bagi masyarakat di Nangarhar. Beberapa waktu lalu pr

Para pendukung Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) meluncurkan sebuah program radio di perbatasan Afghanistan dan Pakistan.

Program ini menyasar pendengar dari kaum muda pengangguran di sana. Tujuannya untuk mendorong mereka mengikuti pandangan ekstrimis dan ikut berperang di Suriah.

Reporter Asia Calling berkunjung ke daerah itu dan menyusun kisahnya untuk Anda.

Ini malam yang dingin di akhir Januari di sebelah timur Provinsi Nangarhar.

Di malam hari, kaum muda di daerah ini kerap berkumpul mengelilingi api unggun dan berbincang soal aktivitas mereka sehari-hari.

Tapi dalam beberapa bulan terakhir, mereka berkumpul untuk mendengarkan program yang diputar sebuah saluran radio FM.

Para pendukung ISIS yang dalam bahasa lokal disebut Daesh, mendirikan stasiun radio bernama ‘Sadaye Khilafat’ yang artinya Suara Kalifat.

Dalam promosinya, radio itu menggunakan suara kuda untuk mengingatkan kembali gambaran Nabi Muhammad yang selalu naik kuda saat perang.

Setiap hari siaran berlangsung tiga jam. Isinya propaganda anti-pemerintah, ajakan untuk bergabung ISIS di Suriah dan wawancara dengan pejuang ISIS.

Saad Emarati adalah bintang tamu dalam program tentang pahlawan ISIS. Emarati dulunya adalah militan Taliban tapi kini dia mendukung ISIS.  

Lewat program ini, dia mengajak pendengar untuk bergabung dengannya.

“Saya mengajak semua orang yang belum bergabung dengan ISIS, segeralah bergabung dan mengikuti Abu-Bakar Al Baghdadi sebagai pemimpin Muslim. Saya terutama mengundang orang-orang yang relijius untuk bergabung dengan ISIS,” ajak Saad Emarati.

Suara Kalifat kerap dibandingkan dengan Radio Mulah di Pakistan, sebuah stasiun radio yang digunakan Taliban untuk menyiarkan pesan-pesannya di tahun 2007 dan 2008.

Awalnya radio itu hanya menyiarkan program dalam bahasa Pashto kemudian disusul dalam bahasa Dari.

Naveed-ur-Rahman yang berusia 24 tahun sudah menganggur selama tujuh bulan terakhir.

Dia adalah pendengar Suara Kalifat sejak pertama kali mengudara pada Agustus tahun lalu. Tapi Naveed menyangkal kalau dia percaya dengan pesan-pesan yang disampaikan radio itu.

“Saya tahu tujuan utama radio ini yaitu untuk merekrut orang muda pengangguran dan tidak punya uang seperti saya. Tapi saya kira tidak ada kaum muda bijak yang mau bergabung dengan Daesh. Mereka ingin menggunakan Islam tapi menurut saya itu tidak akan berhasil menipu warga Afghanistan,” tegas Naveed-ur-Rahman.

Tapi Hazrat bukan nama sebenarnya, yang berusia 25 tahun,  mengatakan ISIS atau Daesh punya ruang di udara.

“Media memainkan peran penting dalam perang saat ini jadi bagus kalau Daesh punya radio sendiri. Saya tidak mau mengatakan apakah saya mendukung ISIS atau tidak, tapi saya suka radio ini. Lewat radio ini, Daesh punya kesempatan untuk menyuarakan berita versi mereka. Saya menantikan program ini setiap hari.”

Di Afghanistan, radio adalah sumber berita dan hiburan utama warga di kota dan desa. Dan di seluruh negeri saat ini ada sekitar 170 stasiun radio.

Namun awal bulan ini, pejabat pemerintah Afghanistan mengklaim kalau pesawat tanpa awak Amerika telah menghancurkan stasiun radio itu dan menewaskan 29 militan serta lima karyawan radio.

Tapi di Twitter, ISIS membantah kabar itu.

Meski begitu, Naveed-ur-Rahman sudah tidak bisa lagi mendengarkan siaran radio itu selama beberapa pekan ini.

Gantinya dia memilih radio yang menyiarkan lagu-lagu Pashto dan ini disambut baik sang ibu, Gul Bibi.

“Putra saya dulu mendengarkan program radio milik Daesh. Tapi sudah dua pekan lebih mereka tidak siaran. Para militan ingin menyebarkan ketakutan lewat radio itu tapi pejuang ISIS seharusnya tahu kalau mereka tidak bisa berkuasa dengan kekerasan,” kata Gul Bibi.

Untuk saat ini setidaknya radio ISIS di Afghanistan tampaknya sudah dibungkam.

 

  • Radio ISIS
  • Propoganda ISIS di udara

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!