ARTIKEL PODCAST
"Soft saving, cara fleksibel kelola uang tanpa hilangkan kebahagiaan. Membantu Gen Z fokus pada konsistensi, bukan angka."
KBR, Jakarta - Tekanan ekonomi tak jarang membuat kita memilih antara menabung untuk masa depan atau menikmati uang yang dimiliki. Dilema ini terjawab melalui sebuah konsep menabung yang ngetren di kalangan Generasi Z beberapa waktu lalu yang bernama soft saving.
Gerakan soft saving menekankan pada perkembangan diri dan kesehatan mental. Metode ini membuat menabung dan investasi lebih fleksibel dan tanpa tekanan.
Menurut founder Justart Financial, Dinda NM CFP, soft saving lebih fokus pada konsistensi kebiasaan menabung, alih-alih memaksakan diri untuk memenuhi bujet menabung. Jika idealnya alokasi menabung adalah 20-30% dari penghasilan, soft saving menyesuaikan dengan kemampuan menabung individu.
“Standarisasi budgeting itu memang 50% untuk living cost. Tapi nanti akan ada fase-fase kehidupan yang living cost-nya tinggi dan bukan berarti harus kaku di 50%. Nggak papa maksimum di 80%, sisanya 20% tetap mikirin happiness,” jelas Dinda.
Soft saving mampu membantu individu dalam membangun hubungan yang sehat dengan uang. Pelaku soft saving tetap bisa melakukan atau membeli hal-hal yang membuat bahagia, tetapi tangki tabungannya tetap terisi.
“Perencanaan keuangan ini artinya aku mengatur keuangan aku tanpa harus punya tekanan. Pada akhirnya ketika kita masuk ke fase yang lebih stabil besarannya, kita juga jadi lebih mudah dan fokus dalam alokasi tujuan keuangan,” ujar Dinda.
Tak hanya itu, menurut Dinda, soft saving bisa membantu untuk rutin menabung.
“Udah rutin menabung, nantinya tuh akan timbul awareness sih terhadap perencanaan keuangan,” kata dia.
Founder Justart Financial, Dinda NM CFP mengatakan soft saving menjadi langkah yang baik untuk menumbuhkan konsistensi dalam menabung jika didukung disiplin dan motivasi tujuan keuangan.
Salah satu Gen Z yang menerapkan metode soft saving Rifki Fabian (23). Menurutnya, soft saving sangat cocok untuk generasinya karena Gen Z menabung jadi lebih santai, fleksibel, dan mengedepankan kesehatan mental. Staf legal di perusahaan konsultan hukum ini menyebut, tanpa menentukan target tabungan, soft saving membantunya tetap menikmati uang hasil kerja kerasnya.
“Buat anak-anak seumuran gue, jadi nggak harus ngorbanin gaya hidup atau menahan diri. Di satu sisi lo nabung, tapi lo tetap bisa menikmati uang lo tanpa tekanan buat ngirit banget, lo tetap bisa nongkrong sama teman-teman lo,” sebut Rifki.
Sedangkan Hanifa Widyas (24) seorang karyawan swasta di Jakarta, memandang tabungan sebagai dana darurat sekaligus pinjaman pribadi jika ingin membeli sesuatu yang harganya tidak murah. Ia selalu menyisihkan penghasilannya untuk tabungan di awal. Menurutnya, tidak masalah sekecil apapun alokasimu untuk menabung, yang penting tetap disisihkan, bukan langsung dihabiskan.
“Gue melihat diri gue sebagai Gen Z yang strict tapi di satu sisi juga YOLO karena in this economy, masa lo kebeli rumah? Kan nggak juga. Jadi mendingan gue beli kopi, tapi gue masih ada tabungan. Menurut gue, tidak bijak ketika lo megang uang tapi dihabisin semuanya. Paling nggak 100-200 ribu ada tabungan,” kata Hanifa.
Di sisi lain, Soft saving tidak luput dari kekurangan maupun konsekuensi. Dinda mengatakan soft saving bisa jadi membuat menabung tidak terarah. Karena fleksibel, mungkin beberapa orang jadi tidak men-challenge kemampuannya dalam meningkatkan porsi menabung. Alhasil tabungan tidak bertambah, garis finish tujuan keuangan pun tak tampak lebih dekat.
“Narasi Gen Z di mana FOMO dan YOLO cukup melekat, sehingga soft saving dijadikan alasan agar mereka hidup semaunya. Akhirnya terbawa hidup yang konsumtif tapi finansialnya nggak maju-maju,” tegas Dinda.
Maka dari itu, Dinda berharap konsep soft saving yang bagus ini tidak disalahgunakan dan malah membahayakan keuangan pribadimu. Jadikan soft saving sebagai alternatif metode menabung yang menyenangkan di masa-masa sulit. Namun, tetaplah memotivasi dirimu untuk mampu menambah porsi menabung ketika keuangan sudah stabil kembali.
Dengarkan Uang Bicara episode Soft Saving, Nabung Fleksibel ala Gen Z bersama certified financial planner dan founder Justart Financial, Dinda NM di KBR Prime, Spotify, Noice, dan platform mendengarkan podcast lainnya.