ARTIKEL PODCAST
"Belajar dari Squid Game"
Mutiara Maharini dan Tunggal Pawestri bahas Squid Game
KBR, Jakarta- Serial drama Korea Selatan, Squid Game mencetak rekor kesuksesan, sampai membuat orang-orang demam Squid Game. Enggak cuma nonton dramanya, ada yang membuat konten permainan layaknya Squid Game, seperti idol group ENHYPEN di konten EN-O'CLOCK baru-baru ini.
Dalam kurun waktu 11 hari, Squid Game 2 yang dimainkan Lee Jung-jae ditonton 126,2 juta kali di platform Netflix. Sementara season 3 Squid Game sudah dinanti oleh penggemarnya di seluruh dunia. Kreator Hwang Dong Hyuk sempat memberikan bocoran season 3 Squid Game bakal tayang Juni 2025.
Selain ceritanya yang seru dan menegangkan, Squid game juga punya berbagai sisi kehidupan yang bisa dipelajari loh. Mulai dari hak asasi manusia, sampai kesehatan mental.
Mutiara Maharini dan Tunggal Pawestri membedah pembelajaran hak asasi manusia dan kesehatan mental serial populer Squid Game.
"Kalau kita lihat di Squid Game, setiap karakter punya alasan kenapa mereka masuk ke dalam permainan ini. Ada yang terlilit utang, ada yang jadi korban penipuan, bahkan ada yang kehilangan hak-haknya sebagai manusia. Mereka seakan tidak punya pilihan lain selain ikut bertaruh dengan nyawa mereka sendiri," ujar aktivis gender, HAM, dan kebebasan sipil, Tunggal Pawestri dalam Podcast Disko "Diskusi Psikologi".
Tunggal mengatakan, di kehidupan nyata, ada banyak juga orang yang rela melakukan pekerjaan-pekerjaan berbahaya demi mendapat uang. Tak jarang mereka menjadi korban eksploitasi tenaga kerja.
Tunggal menilai, sistem permainan di serial Squid Game mencerminkan bagaimana kekuasaan dan uang mampu menginjak hak asasi manusia. Bahkan para elit digambarkan bersenang-senang diatas penderitaan para pemain. Hal ini mengingatkan Tunggal akan realitas di dunia nyata.
"Apa yang kita lihat di Squid Game sebenarnya nggak jauh beda dengan kehidupan nyata. Banyak orang yang terpaksa bekerja dalam kondisi yang tidak manusiawi, hanya demi bertahan hidup. Dan lebih parahnya lagi, mereka sering kali tidak punya pilihan lain." tambah Tunggal.
Tunggal melempar pertanyaan, apakah uang yang didapatkan seseorang dengan penuh penderitaan seperti di Squid Game sepadan?
Baca juga:
- Doyan Konten Receh, Risiko Brain Rot Mengintai
- Mengenal Diri Sendiri Sebelum Menjalin Relationship
- Manfaatkan Kekuatan, Jalani Masa Depan dengan Positif Vibes
Psikolog klinis di Personal Growth, Mutiara Maharini mengatakan, pemain-pemain yang berada di ujung tanduk dan merasa dunia sudah tidak adil, mungkin akan merasa permainan di serial Squid Game sebagai kesempatan untuk memperbaiki kehidupan, meski taruhan nyawa.
"Mereka udah putus asa, ya di game ini. Ini satu-satunya cara memiliki kehidupan yang lebih baik. Padahal ada kehidupan dan nyawa orang-orang yang dipetaruhkan di situ. Itu bikin kita berefleksi, wah ada ya orang-orang yang semenderita itu, sampai-sampai gak berpikir panjang mengambil risiko kehilangan nyawa demi sejumlah uang," ungkap Mahari.
Lebih jauh, podcast Diskusi Psikologi pun membedah nilai-nilai hak asasi manusia dan sisi psikologis di serial populer Squid Game. Yuk simak di link berikut: