NASIONAL

Hadapi Depresi dengan Mandi? Ini Kata Psikolog

Viral cuitan netizen di media sosial soal menghadapi depresi dengan cara mandi.

AUTHOR / Khalisha Putri

EDITOR / Wydia Angga

Google News
Hadapi Depresi dengan Mandi? Ini Kata Psikolog

KBR, Jakarta – Sebuah cuitan di media sosial menjadi viral dan menuai respons yang cukup ramai terkait cara menghadapi depresi dengan cara yang terkesan sepele, yaitu: mandi. Seorang warganet ini mengaku rutinitas mandinya menjadi kunci kecil namun signifikan dalam proses pemulihannya dari depresi.

"Se-simpel mandi atau makan, intinya gerak tubuh bisa ngedistrak pikiran," tulisnya, yang dikutip KBR, Rabu (21/5/2025).

Pernyataannya itu lantas membuat sebagian pengguna media sosial mengaku merasa relate dengan pengalaman tersebut. Namun, ada pula sebagian lain yang mempertanyakan efektivitas mandi sebagai langkah psikologis dalam menghadapi gangguan mental seperti depresi.

Menjawab polemik ini, Psikolog Klinis Mutiara Maharini menjelaskan secara mendalam mengenai hubungan antara aktivitas mandi dan kondisi kesehatan mental, terutama dalam konteks depresi.

red

Foto: Tangkapan layar cuitan netizen di media sosial terkait menghadapi depresi dengan mandi


Mandi Lebih dari Sekadar Kebersihan

Menurut Mutiara Maharini, bagi individu yang sedang mengalami depresi, bahkan aktivitas sehari-hari yang paling mendasar seperti mandi, bisa terasa sangat sulit dilakukan. Kata dia, rendahnya energi dan motivasi merupakan gejala umum dari depresi, sehingga keberhasilan melakukan aktivitas kecil seperti mandi tidak bisa dianggap remeh.

“Dalam konteks ini, mandi bisa berfungsi sebagai bentuk coping mechanism, sebuah pengalih perhatian dari pikiran-pikiran negatif berulang yang disebut ruminasi. Sensasi air, suhu, wangi sabun, dan gerakan tubuh saat mandi bisa memfokuskan pikiran sejenak dan memberikan rasa lega sementara,” katanya kepada KBR, Rabu (21/05/2025).

Ia menambahkan, mandi juga bisa memberikan rasa pencapaian kecil yang sangat penting bagi seseorang yang merasa tidak berdaya. Ini menurutnya, sejalan dengan pendekatan dalam Behavioral Activation, sebuah strategi terapi perilaku kognitif yang mendorong pasien untuk terlibat dalam aktivitas sederhana guna memperbaiki suasana hati.

red

Foto: Ilustrasi mandi

Air Hangat atau Air Dingin?

Lebih jauh, Mutiara menjelaskan bahwa efek psikologis dari mandi juga bisa dipengaruhi oleh suhu air yang digunakan.

“Air hangat cenderung menenangkan, bisa membantu mengurangi ketegangan otot dan memberi rasa nyaman. Ini sangat berguna bagi penderita depresi yang disertai kecemasan atau gangguan tidur. Sementara, mandi air dingin bisa meningkatkan kewaspadaan dan memberi efek menyegarkan secara instan karena adanya pelepasan hormon seperti endorfin,” ungkapnya.

Namun, ia mengingatkan bahwa efek tersebut bersifat sementara dan responsnya sangat individual.

“Tidak ada suhu ideal yang cocok untuk semua orang. Yang terpenting adalah bagaimana pengalaman mandi tersebut terasa membantu bagi individu yang menjalaninya,” tambahnya.

Soal bisakah penggunaan sabun atau sampo beraroma tertentu yang disebut-sebut netizen bisa menambah semangat mandi, Mutiara juga memberikan tanggapannya.

Ia menjelaskan bahwa faktor sensorik seperti aroma, tekstur, atau bahkan desain kemasan produk bisa memberikan stimulasi positif pada sistem limbik di otak yang berperan dalam pengaturan emosi.

“Kebaruan dan pengalaman positif dari produk-produk ini bisa meningkatkan minat dan memperkaya pengalaman mandi. Tapi penting untuk tetap mindful, jangan sampai jadi alasan untuk konsumsi impulsif,” katanya.


red

Foto: Psikolog Klinis, Mutiara Maharini


Mandi Sebagai Self-Care namun Bukan Solusi Utama

Psikolog Klinis Mutiara Maharini menekankan, mandi adalah salah satu bentuk self-care yang sangat penting dan patut diapresiasi, terutama ketika seseorang berhasil melakukannya di tengah gejala depresi. Self-care mencakup berbagai tindakan sadar untuk menjaga kesehatan fisik dan mental.

Dalam hal ini, mandi memenuhi dua fungsi yaitu merawat kebersihan fisik dan membantu memperbaiki suasana hati secara emosional.

Meski mengakui manfaat psikologis dari mandi, Mutiara menegaskan bahwa mandi bukanlah pengobatan untuk depresi.

“Kita perlu membedakan antara relief dan recovery. Mandi bisa memberikan kenyamanan sesaat, namun tidak menggantikan terapi profesional yang dibutuhkan untuk menangani akar permasalahan depresi,” katanya.


Risiko Mengandalkan Mandi Sebagai Satu-satunya Cara

Meski mandi bisa menjadi langkah awal yang bermakna dalam menghadapi depresi, Mutiara memperingatkan risiko jika seseorang hanya bergantung pada aktivitas ini sebagai satu-satunya metode penyembuhan.

“Risiko paling besar adalah penundaan untuk mencari bantuan profesional. Depresi yang tidak ditangani dengan tepat bisa memburuk dan berdampak besar terhadap kualitas hidup, termasuk risiko mengakhiri hidup,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa mandi tidak menyentuh akar penyebab depresi seperti ketidakseimbangan kimia di otak, trauma masa lalu, atau konflik interpersonal. Jika ekspektasinya terlalu tinggi, kata dia, bisa muncul rasa gagal yang memperburuk kondisi psikologis.


red

Foto: Ilustrasi self care


Gen Z dan Evolusi Konsep Self-Care

Mutiara Maharini juga menyoroti bagaimana konsep self-care mengalami transformasi di era Gen Z. Ia menyebut generasi ini lebih terbuka terhadap isu kesehatan mental dan memiliki akses luas terhadap sumber informasi serta komunitas daring.

Namun, ia juga mengingatkan tentang tantangan baru, seperti tekanan dari media sosial dan komersialisasi self-care.

“Yang dulunya cukup dengan tidur cukup dan makan sehat, kini bisa terasa kurang kalau tidak dibarengi dengan skincare mahal atau estetika tertentu. Kita harus kembali ke esensi self-care adalah tentang merawat diri, bukan memenuhi ekspektasi orang lain,” pungkasnya.

Baca Juga:

- Beban Berat Generasi Sandwich, si Tulang Punggung Keluarga

- Story of Shafa, Penyintas Depresi Menjadi Advokat Kesehatan Mental

- Manfaatkan Kekuatan, Jalani Masa Depan dengan Positif Vibes

Jika anda menyukai pembahasan terkait kesehatan mental, anda bisa juga menyimak podcast Disko "Diskusi Psikologi" di platform mendengar podcast kesayangan anda. Obrolan terkait cara merawat diri lebih jauh juga kami bahas dalam episode "Self Care" yang bisa anda dengar melalui link berikut:

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!