ARTIKEL PODCAST
"Atlet Juga Butuh Pendampingan Psikologis"
Mereka membahas bagaimana aspek psikologi menunjang prestasi atlet.
KBR, Jakarta- Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia terus bergulir. Jadwal Timnas Indonesia yang terdekat bakal menghadapi Bahrain 10 Oktober 2024 di Bahrain National Stadium, Riffa.
Gak cuma Bahrain, di Putaran Ketiga Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Indonesia juga akan menghadapi Tiongkok pada 15 Oktober 2024 di Qingdao Youth Football Stadium, Qingdao.
Sang pelatih, Shin Tae-young mengungkap, dirinya menargetkan skuad Garuda bisa menempati peringkat ketiga atau keempat klasemen akhir putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Target ini dibuat agar pemain tidak merasa terbebani dan tetap realistis.
Kita doakan semoga timnas kita berhasil ya di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia! Amin.
Baca juga:
- Kesehatan Mental Pelaku Judol dan Imbas ke Orang Terdekat
- Gimana Biar Enggak Terlalu Bucin?
Tapi kalian pernah penasaran gak sih? Kira-kira selain persiapan fisik dan strategi saat bertanding. Apalagi yang mesti disiapkan? Sampai-sampai pelatih Shin Tae-yong aja gak mau membebani pemain dengan target yang terlalu tinggi alias gak realistis.
Kalian tau gak sih? Ada nih yang namanya pendampingan psikolog yang membantu para atlet agar persiapannya paripurna saat berlaga.
Kita punya salah satu ceritanya dari Arrumbinang Adikismo yang biasa disapa Adi, selaku Praktisi Psikologi Olahraga.
Podcast Disko (Diskusi Psikologi)
Kalian pastinya masih inget dong, Olimpiade Paris 2024. Indonesia mendapatkan 2 medali emas dan 1 medali perunggu. Medali emas dipersembahkan atlet panjat tebing Veddriq Leonardo dan atlet angkat besi Rizki Juniansyah yang berlaga di kelas 73 kg putra.
Sedangkan medali perunggu diraih pebulutangkis tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung.
Kalian tau gak sih kalau prestasi seorang atlet itu harus ditunjang dari berbagai aspek, gak terkecuali sisi psikologisnya.
"Seperti panjat tebing yang kemarin dapat medali emas tuh untuk Indonesia, Veddriq Leonardo. Itu juga didampingin tim psikolog, minimal 1 psikolog. Tapi jumlah bergantung pada atlet atau tim yang didampingi," ungkap Arrumbinang Adikismo.
Pria yang biasa disapa Adi tersebut mengungkap, peran pendamping psikologi atlet ini gak cuma saat pertandingan aja loh.
"Peran Praktisi Psikologi Olahraga adalah untuk mempersiapkan mental atlet, agar mereka bisa siap dan bisa mencapai peak performance atau performa terbaik mereka dalam berkompetisi. Yang harus disiapkan adalah sebelum pertandingan, saat pertandingan, dan tentunya setelah pertandingan," kata Adi.
Adi mengatakan, masalah-masalah yang didampingi oleh Praktisi Psikologi Olahraga, gak cuma sekedar deg-degannya sebelum pertanding, tapi ada berbagai persoalan, gak terkecuali persoalan percintaan.
"Berbagai macam faktor itu bisa berpengaruh kepada atlet ketika ingin bertanding. Contohnya ketika seorang atlet besoknya itu mereka tanding, tapi malamnya ada kejadian-kejadian nggak terduga. Misalnya masalah keluarga, masalah sama pacar atau pasangan, atau masalah lainnya. Itu bisa aja menjadi kendala yang sangat-sangat berpengaruh," ujarnya.
Meski perannya penting, sayangnya gak semua atlet di Indonesia mendapatkan pendampingan psikologis. Padahal kalau di negara-negara maju, setiap atlet di semua cabor tuh harus didampingin Praktisi Psikologi Olahraga, supaya atletnya bisa berprestasi.
"Kita itu bukan suplemen, yang gak fit terus dikasih, besoknya udah oke. Itu gak bisa begitu. Masalah mental dan persiapan psikis itu harus dipupuk sejak jauh-jauh hari. Karena mempersiapkan mental atlet untuk petandingan gak bisa hanya semalam atau sekejab," pungkasnya.
Gimana sih cerita Arrumbinang Adikismo mendampingin para atlet dan masukannya untuk kemajuan olahraga Indonesia? Yuk, simak di podcast Disko (Diskusi Psikologi) di link berikut: