ARTIKEL PODCAST
"Lebih dari 60 persen penonton Coachella 2025 membeli tiket dengan sistem cicilan. "
KBR, Jakarta- Penyelenggaraan Coachella masih jadi obrolan hangat di media sosial. Diantaranya, soal Lisa dan Jennie BLACKPINK, sampai boyband ENHYPEN yang menjadi sorotan mulai dari performance, style hingga visualnya.
Tak hanya itu, ada juga yang membahas soal penampilan Lady Gaga yang mengalami kendala teknis selama penampilannya di pekan kedua Coachella.
Namun disamping semuanya itu, ada fenomena yang juga tak lepas dari perhatian, yaitu para penontonnya yang rela utang demi membeli tiket. Pasalnya, tiket Coachella terdiri berbagai kategori dengan harga yang bisa mencapai belasan hingga 20an juta rupiah.
Alhasil, pada penyelenggaraannya tahun 2025 ini, lebih dari 60 persen penonton Coachella membayar tiket dengan mencicil bulanan. Dan, tak hanya butuh biaya untuk tiket saja, tetapi beberapa penonton juga perlu menyiapkan biaya penginapan, tiket penerbangan dan lainnya jika tinggal jauh dari venue festival.
Tapi, apa sih manfaatnya semua itu? Dan, apakah sebanding dengan semua cicilan yang mesti ditanggung?
Clinical Psychologist sekaligus Co-founder @wefanpsyou, Afini Wirasenjaya.
Clinical Psychologist sekaligus Co-founder @wefanpsyou, Afini Wirasenjaya mengungkap adanya energi positif yang akan muncul usai seseorang nonton konser atau festival musik. Menurutnya, perasaan dan puas akan dapat dirasakan langsung oleh penontonnya.
"Karena basicly konser bakal memunculkan perasaan positif. Konser, kan hiburan ya. Penelitian membandingkan orang-orang yang suka nonton konser sama orang yang biasanya hanya mendengarkan musik tanpa datang ke konser (misalkan lewat aplikasi). Ketika orang lebih suka ke konser, penilai terhadap kepuasan hidupnya lebih tinggi," ungkapnya dalam Podcast Disko "Diskusi Psikologi".Fenomena membeli tiket dengan cara mencicil tak hanya terjadi pada penonton Coachella. Di Indonesia, seorang warga Bogor, Anna (bukan nama sebenarnya) mengungkap dirinya mencicil pembayaran tiket untuk menonton konser J-Hope di Jakarta pada Mei mendatang.
Member BTS, J-Hope memang dijadwalkan menggelar konser Hope On The Stage di Indonesia Arena, Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta pada 3 dan 4 Mei 2025. Konser di Indonesia jadi bagian world tour J-Hope yang dimulai sejak Februari 2025. Gak cuma ke Jakarta, Jhope juga konser di Amerika Serikat, Jepang, Thailand, Singapura dll.
Kata Anna, dirinya menyicil pembayaran tiket konser J-Hope karena uang yang dimilikinya belum terkumpul. Namun, ia bersikeras untuk tetap datang konser karena itu menjadi salah satu wishlist Anna.
"Ingin banget nonton artis (J-Hope BTS) yang datang ke Indonesia. Mau ga mau walaupun uangnya belum kekumpul, jadi beli tiketnya dengan sistem nyicil," ungkapnya.
Anna juga menyinggung upah UMR di Indonesia yang gak sebanding dengan kebutuhan hingga untuk hiburan terpaksa nyicil.
"UMR itu cuma cukup untuk makan dan biaya tempat tinggal aja (bayar listrik, kontrakan, IPL, iuran, dll). Jadi beberapa orang yang butuh hiburan seperti konser itu beli tiketnya nyicil."
Meski begitu, Anna mengakui sistem menyicil ini membuatnya sedikit "pusing". Meski bahagia mau ketemu J-Hope, dia juga mesti putar otak untuk menambal pengeluaran setiap bulannya.
"Kalo tiket udah aman, biasanya aku spending untuk outfitnya juga dari atas sampai bawah. Estimasi yang dikeluarkan kira2 kisaran 3-4 jutaan, termasuk tiket konsernya. Itu pun bisa lebih, tergantung beli tiketnya mau yang section apa,"ungkap Anna.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda .
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengaku tak terkejut dengan temuan maraknya penonton konser yang rela mencicil demi membeli tiket. Ia sudah melihat fenomena pembiayaan menonton konser dengan berutang sejak tahun 2022-2023. Kata dia, saat itu sudah terlihat kecenderungan orang-orang muda mengakses pinjaman daring untuk keperluan konsumtif.
"Konser cukup tinggi, di mana ada beberapa artis K-Pop hingga Coldplay. Permintaan pembiayaan pinjaman daring meningkat. Saya duga ada kaitannya dengan penyelenggaran konser atau festival musik di Indonesia. Jadi gejala utang untuk konser atau festival musik ini sudah terjadi di Indonesia," pengamatan Nailul.
Nailul memperkirakan, ke depan kondisi pinjaman untuk membeli tiket bakal semakin masif. Apalagi kalau penyelenggaraan konser dan festival musik semakin masif kedepannya.
Baca juga:
Pada prinsipnya, permintaan konsumsi yang meningkat akan memberikan dampak positif pada perekonomian. Tak terkecuali peningkatan konsumsi untuk aktivitas konser atau festival musik.
"Terlepas dari pembayaran apakah utang atau tidak, tapi dampak ke ekonomi akan positif," ucapnya.
Perputaran ekonomi juga tidak hanya terjadi pada penjualan tiketnya saja. Tapi juga ke sektor transportasi, akomodasi, restoran hingga jasa hiburan.
"Namun demikian, jika ke individu, yang jelas ada efek negatifnya dari utang yang bertumpuk. Akibatnya, untuk memenuhi kebutuhan primer ke depan bisa cukup terganggu. Tentu utang untuk keperluan konsumtif juga perlu dihindari karena utangnya tidak produktif," pungkasnya.
Lantas, bagaimana supaya nonton konser atau festival musik bisa lebih mindful dan tidak berujung resah katena terlilit utang? Yuk dengarkan podcast Diskusi Psikologi di link berikut: