KBR Media kembali menggelar Indonesia Baik Awards, sebuah ruang apresiasi bagi komunitas yang dengan segala upaya dan konsistensinya merawat Indonesia agar tetap menjadi rumah yang inklusif.
Penulis: Don Brady
Editor: Resky Novianto
KBR Media kembali menggelar Indonesia Baik Awards, sebuah ruang apresiasi bagi komunitas yang dengan segala upaya dan konsistensinya merawat Indonesia agar tetap menjadi rumah yang inklusif. Acara ini berlangsung pada Kamis (27/11/2025) di Hotel Morrissey, Jakarta, dan menjadi bagian dari perjalanan Indonesia Baik sepanjang 2025.
Sejak 2021, Indonesia Baik tumbuh dari percakapan-percakapan kecil yang lahir di banyak tempat—kelas, studio, ruang komunitas, hingga obrolan santai yang memantik keberanian anak muda untuk membayangkan Indonesia yang lebih setara. Melalui podcast, konten edukatif, workshop, talkshow, kompetisi konten, hingga kelas inklusif, sejumlah inisiatif ini terus menjaga agar ruang dialog tetap hidup.
Tahun ini, tema Merawat Indonesia Baik menjadi pengingat bahwa harapan tidak hadir begitu saja; ia lahir dari kerja yang dijaga setiap hari. Dalam sambutannya, Pemimpin Redaksi KBR, Citra Dyah Prastuti, mengatakan, “Punya harapan itu sekarang jadi privilege.” Kalimat itu terasa kuat, sebab di tengah berbagai tantangan sosial, menjaga optimisme memang bukan perkara mudah. Namun melalui gerakan ini, KBR ingin menunjukkan bahwa harapan dapat tumbuh ketika dirawat bersama.
Acara yang juga didukung oleh Lapor Iklim, Indorelawan, Sunpride, dan Hotel Morrissey Jakarta ini berlangsung hangat. Para peserta datang dari berbagai latar—aktivis, komunitas anak muda, akademisi, kreator—membawa energi yang terasa seperti pertemuan keluarga besar yang sama-sama ingin melihat Indonesia bergerak menuju ruang yang lebih aman, adil, dan penuh empati
Menyambung Percakapan Lewat Table Talk
Rangkaian tahun ini dibuka dengan Table Talk Merawat Indonesia Baik, sebuah ruang berbagi yang memungkinkan peserta saling bertukar pandangan tentang kondisi sosial, politik, lingkungan, dan ruang aman publik yang sedang diuji. Empat narasumber hadir mengisi forum ini:
Bivitri Susanti, Pakar Hukum Tata Negara dari STH Indonesia Jentera; Usman Hamid, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia; Ahmad Arif, jurnalis senior Kompas yang lama menggeluti isu lingkungan dan kebencanaan; serta Eky Priyagung, komika yang kerap memotret isu publik lewat humor.

Percakapan mengalir apa adanya—hangat namun tetap tajam.
Usman Hamid mengingatkan bahwa perubahan sosial lahir dari pertemuan antara rasa marah dan rasa berharap. “Kemarahan harus dipertemukan dan dirumuskan menjadi tindakan yang membawa harapan. Sebab kejahatan yang terorganisir itu mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir,” ujarnya.
Bivitri Susanti menekankan pentingnya membangun jejaring antar-generasi. “Di titik ini, kita harus perbanyak like-minded people. Dan itu nggak bisa berhenti di medsos. Gerakan sosial itu tidak instan. Kita harus lintas generasi, dan tidak produktif juga kalau menyalahkan satu sama lain,” katanya.
Sementara itu, Eky Priyagung—dengan gaya khasnya—menyentil hubungan antara seni dan situasi sosial-politik. “Katanya, seniman yang hebat itu muncul di negara yang represif. Semoga itu tidak terjadi. Kita inginnya jadi seniman yang nyaman saja,” ungkapnya.
Ahmad Arif menutup dialog dengan pengingat bahwa suara publik tidak boleh dibiarkan redup. “Kita harus bersuara, dan kita tidak bisa sendiri-sendiri. Ekosistem media hari ini sudah goyah, dan pers tidak bisa lagi berdiri sendirian sebagai pilar keempat demokrasi,” ujarnya.
Table Talk menjadi ruang di mana suara-suara kritis dipertemukan, namun tetap memberi tempat bagi harapan untuk tumbuh.
Indonesia Baik Awards 2025: Merayakan Kerja Nyata dari Akar Rumput
Di sesi berikutnya, gelaran berlanjut dengan Indonesia Baik Awards 2025—sebuah bentuk penghargaan bagi kerja-kerja komunitas yang selama ini hadir di banyak wilayah, sering kali tanpa sorotan, namun memberi dampak besar bagi lingkungannya.
Tahun ini, proses penjaringan dimulai sejak Oktober 2025 dan dikurasi oleh tiga juri: Asfinawati, Dosen STH Indonesia Jentera sekaligus juri Indonesia Baik 2024; Kikin Tarigan, Komisioner Komisi Nasional Disabilitas yang menjadi mitra KBR Media sejak awal 2025; dan Shendy Ristandi, Community Coordinator Indorelawan, organisasi yang menjadi rumah bagi gerakan relawan di Indonesia.

Dari proses tersebut, empat penerima apresiasi dipilih—tiga sebagai komunitas terpilih utama dan satu sebagai special mention.
Sekolah Mimpi, komunitas pendidikan alternatif di Kepulauan Aru, memberikan akses belajar bagi anak-anak pesisir melalui pendekatan life skill dan pendidikan lingkungan. Model pembelajaran mereka berbasis kontribusi sampah plastik, yang kemudian berkembang menjadi advokasi dan penguatan kapasitas masyarakat.
Rumah Koran dari Gowa, Sulawesi Selatan, hadir sebagai ruang literasi lingkungan bagi petani. Inisiatif ini telah mendapat berbagai penghargaan seperti Kampung Sayur, Kampung Iklim Lestari, dan Kampung Berseri Astra karena konsistensinya merawat ruang hidup.
Climate Rangers Jakarta merupakan bagian dari jaringan anak muda yang mengoordinasikan 11 chapter nasional. Sejak 2017, mereka menggerakkan edukasi iklim, kolaborasi lintas komunitas, advokasi kebijakan, dan partisipasi bermakna anak muda dalam isu krisis iklim. Mereka berkomitmen menciptakan ruang yang aman, inklusif, dan bebas kekerasan.
Sementara itu, Inspiration House dari Cirebon menjadi penerima special mention. Komunitas ini menumbuhkan nilai toleransi dan keberagaman sejak 2015, dengan fokus pada anak dan remaja marginal agar dapat tumbuh di lingkungan yang saling menghargai. Salah satu perwakilannya mengatakan, “Saya mendapatkan energi luar biasa dari acara ini. Semangat kami semakin membara melihat percakapan tadi, dan kita harus tetap optimis.”
Mereka berdiri sebagai representasi ratusan komunitas lain yang bekerja senyap, menjaga ruang aman, dan terus memperjuangkan Indonesia yang lebih adil dan peduli.
Baca juga: Morissey Hotel Resmi Memulai Musim Festive Lewat Christmas Tree Lighting 2025

