AGAMA DAN MASYARAKAT

Mencari Da’i Muda yang Menyejukkan

"Esensi ceramah agama adalah dakwah atau ajakan menuju kebaikan dan kedamaian."

Zay Nova

Mencari Da’i Muda yang Menyejukkan
Ilustrasi foto: Jemaah menyimak ceramah

KBR, Beberapa waktu belakangan seringkali muncul keresahan dari sebagian umat Islam mengenai para penceramah, dai, khotib shalat Jumat atau ustad yang isi ceramahnya kerap menyebar kebencian terhadap agama lain, keyakinan atau pemahaman agama yang berbeda. Misal, muncul rekaman isi ceramah agama dari kelompok Front Pembela Islam atau FPI yang isinya mengkafirkan atau menyesatkan bahkan menghalalkan darah dari kelompok lain, termasuk Syiah dan Ahmadiyah. Tidak hanya penceramah dari FPI, tapi juga dari kelompok garis keras lain.

Padahal, esensi ceramah agama adalah dakwah atau ajakan menuju kebaikan dan kedamaian. Muncul kemudian pertanyaan, bagaimana mewujudkan dai-dai muda yang menyejukkan, sebagai penerus para ulama-ulama tua kharismatik?

Dosen Universitas Muhammadiyah Makasar yang Pengurus Muhammadiyah Wilayah Makasar, Drs. H. Moh. Husni Yunus berpendapat untuk menjadi seorang Da’i, seseorang harus menjalani proses yang tak mudah. Moh. Husni yang sudah mengkader Da’I mulai dari tingkat pelajar, mahasiswa sampai ulama’ tardjih itu menjelaskan sSejumlah hal yang mesti diuji dari seorang Da’ antara lain adalah kemampuan penguasaan Al-Qur’an tafsir maupun tajwid, kemampuan memberi pengetahuan, baik itu psikologi, kemasyakaratan, seni dan budaya.  Selain itu, kata dia,  masyarakat juga membutuhkan ceramah yang menyejukkan, humoris dan berisi.

“Tak hanya berkaitan dengan halal dan haram, tak boleh tergesa-gesa mengatakan haram, harus dijelaskan mengapa diharamkan dan itu harus dilihat terlebih dahulu dari aspek kesehatan, budaya, sosiologi agar alasan pengharaman lebih jelas. Tidak menimbulkan gejolak” jelas Moh. Husni Yunus.

Menanggapi kekecewaan sejumlah masyarakat terhadap ceramah-ceramah para Da’i saat ini Wakil Dekan Fak. Adab Universitas Islam Negeri Allauddin Makasar, Dr. H. Barsihan Noor mengatakan dakwah harus mengena di hati audiens. Kalimat, kata-kata, pikiran dan tindakan kita harus menjadi refleksi bagi orang-orang yang melihat dan mendegar

“Artinya Dakwah harus dilakukan dengan pendekatan yang humanis dengan audiens” kata Barsihan Noor.

Dia menunjuk pada sebuah hadist yang berbunyi “Mubaligh yang baik  adalah adalah apabila dia berceramah, dia berpikir, bertindak, dimanapun orang lain merasakan ketentraman, ketenangan dan kedamaian karena ucapan dan perbuatannya,” 

 Editor: Malika

  • Toleransi
  • Agama dan masyarakat
  • da'i
  • Ceramah
  • ceramah agama
  • petatoleransi_27Sulawesi Selatan_biru

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!