RAGAM

Hapus Stigma Kusta Lewat Informasi Tepercaya

"Informasi yang benar tentang kusta harus terus menerus disebarluaskan melalui media demi mengatasi hoaks, mitos dan stigma seputar kusta. "

Hapus Stigma Kusta Lewat Informasi Tepercaya
Kegiatan Media Gathering “Stigma dan Mental Wellbeing pada Kusta” secara daring pada Selasa, 23 Agustus 2022.

KBR, Jakarta – Gempuran informasi di media sosial, media online, media elektronik perlu disikapi dengan baik. Informasi yang benar tentang kusta harus terus menerus disebarluaskan melalui media demi mengatasi hoaks, mitos dan stigma seputar kusta. Media, pers mahasiswa, jurnalis warga dapat memainkan peran penanggulangan kusta di Indonesia yang masih berperingkat ketiga dunia untuk jumlah kasus kusta setelah India dan Brazil.

NLR adalah sebuah organisasi non-pemerintah yang didirikan di Belanda pada 1967 untuk menanggulangi kusta dan konsekuensinya di seluruh dunia dengan tiga pendekatan yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas) dan zero exclusion (nihil eksklusi). Pada 2018 NLR bertransformasi menjadi entitas nasional dengan maksud untuk membuat kerja-kerja organisasi menjadi lebih efektif dan efisien menuju Indonesia bebas dari kusta. Sama dengan Aliansi NLR Internasional, tagline NLR Indonesia adalah: Hingga kita bebas dari kusta.

Selasa 23 Agustus 2022 pukul 14.00-16.00 WIB, NLR Indonesia bersama KBR menyelenggarakan acara media gathering dengan topik “Stigma dan Mental Wellbeing pada Kusta” secara daring. Kegiatan Media Gathering ini merupakan rangkaian proyek SUKA (Suara untuk Indonesia Bebas dari Kusta) yang diinisiasi NLR Indonesia sejak 2021 untuk mengedukasi publik secara kontinyu tentang kusta dan konsekuensinya. Proyek ini menggandeng media, komunitas blogger, universitas, sektor swasta, organisasi profesi dan organisasi penyandang disabilitas.

Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini, Communications Officer NLR Indonesia Paulan AJi, Praktisi Media Achmad Mutiul Alim dan Nadhila Beladina dari Yayasan Satu Jalan Bersama / Kelompok Mahasiswa peduli kusta.

Dalam sambutan pembukanya Project Officer SUKA (Suara untuk Indonesia Bebas Kusta), Fanny Rachma menyampaikan pentingnya keberadaan media sebagai penyalur informasi yang valid.

“Media diharapkan mampu menuangkan informasi kusta yang valid dan inklusif dengan kaidah jurnalistik tanpa mengesampingkan risiko terjadinya stigma dan diskirimasi pada kusta yang berujung pada masalah kesejahteraan emosional, psikologis hingga sosial.” ujar Fanny Rachma.

Dalam acara ini dibahas hal seputar mitos-fakta tentang kusta, dan peran media dan sejauh mana media awareness terkait isu kusta, serta bagaimana inisiatif mahasiswa peduli kusta dalam partisipasinya pada upaya penanganan kusta, serta pengalaman konkrit pemberitaan terkait kusta yang dilakukan individu maupun organisasi.

Paulan Aji mendorong kalangan media dan pers mahasiswa agar menampilkan foto, gambar, video, dan cerita yang inspiratif tanpa melanggengkan stigma kusta.

“Cerita yang dilengkapi foto, gambar, video dan pernyataan sebaiknya menampilkan perubahan yang positif dari orang yang pernah mengalami kusta, bukan malah berfokus pada sisi kelamnyam,” ungkap Paulan Aji.

Achmad Mutiul Alim menambahkan informasi dan kisah inspiratif tentang orang yang pernah mengalami kusta perlu diangkat ke media secara rutin.

“Organisasi seperti NLR Indonesia perlu terus menjalin relasi dengan media karena setiap hari media menerima ribuan rilis dengan berbagai isu. Maka bila ada cerita inspiratif atau publikasi yang menarik tentang kusta dan dikirim ke media ini akan membantu kampanye lebih luas tentang kusta,” ujar praktisi media dari Jurnas.com.

Sementara Nadhila Beladina dari Yayasan Satu Jalan Bersama / Kelompok Mahasiswa peduli kusta berbagi pengalaman yayasannya dalam berinteraksi dengan orang yang pernah mengalami kusta. Baginya, berbagi pengetahun yang benar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dari sebelumnya.

Ketiga narasumber juga memberikan tips dalam menghasilkan produk media atau liputan tentang orang yang mengalami kusta seperti foto yang positif dan inklusif, cerita yang inspiratif dan penggunaan istilah yang benar seputar isu kusta. Misalnya, menggunakan istilah seperti orang yang pernah mengalami kusta, bukan ex penderita kusta atau mantan kusta atau pasien kusta bukan pengidap kusta, atau disabilitas bukan cacat.

Workshop media gathering ini diikuti oleh lebih dari 50 media dan mahasiswa melalui zoom meeting dan siaran live youtube KBR dan NLR Indonesia.

Diharapkan media semakin berpartisipasi aktif dalam menyebarluaskan informasi yang benar seputar kusta dan mampu menyuarakan atau memberitakan informasi yang benar, efektif , menarik dan inklusif sehingga masyarakat dari berbagai latar belakang pendidikan, sosial dan budaya tidak hanya menjadi paham, tetapi juga termotivasi untuk terlibat aktif dalam penanganan kusta di Indonesia.

Baca juga: Mendorong Anak Muda untuk Turut Menangani Kusta - kbr.id

  • nativead
  • kusta
  • stigma
  • kutukan
  • mental wellbeing

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!