NUSANTARA

Gawat! Sungai di Tulungagung, Jawa Timur Tercemar Sampah Mikroplastik

Sungai di Tulungagung, Jawa Timur Tercemar

KBR, Jawa Timur - Lembaga Studi Lingkungan Hidup ECOTON (Ecological Observation and Wetlands Conservation) hingga kini masih melanjutkan Program "Ekspedisi Sungai" yang menyasar beberapa sungai di Indonesia.

Awal tahun ini, ECOTON memantau wilayah Tulungagung, Jawa Timur. Kabupaten yang kerap dijuluki sebagai "Kota Marmer" itu, secara geografis dilintasi Sungai Brantas. Sungai ini kemudian terbelah menjadi beberapa anak sungai, salah satunya Sungai Ngrowo.

Lewat laporan sebelumnya, ECOTON menemukan fakta bahwa Sungai Ngrowo memiliki lebih dari 50 timbunan sampah yang menumpuk di bantaran sungai. 

Jenis sampahnya didominasi oleh sampah-sampah plastik seperti kemasan plastik sachet, tas kresek bahkan sampah popok sekali pakai.

Koordinator Program "Ekspedisi Sungai" Arume Azis mengatakan selain tidak enak dipandang, sampah-sampah di bantaran sungai itu justru akan masuk ke badan air sungai, sehingga berpotensi mengontaminasi air dan mencemari lingkungan.

Selain itu, sampah plastik yang masuk atau sudah berada di badan air sungai, juga akan berubah menjadi remahan-remahan plastik berukuran sangat kecil (mikro) atau sekitar kurang dari 5 milimeter. Inilah yang kemudian biasa disebut mikroplastik.

Selaku Koordinator sekaligus Manajer Advokasi dan Ligitasi ECOTON, Azis kemudian menginisiasi dilakukannya pengujian mikroplastik, pada badan air sungai di Kabupaten Tulungagung termasuk di Sungai Ngrowo tersebut. Tim ECOTON mulai bergerak meneliti, 3 Januari 2022.

“Setelah menyusuri sungai di wilayah ini, kami juga mengambil sampel air untuk diidentifikasi apakah sungai-sungai di Tulungagung sudah terkontaminasi mikroplastik? Kami mengambil sampel air dari empat titik. Pertama, di aliran anak Sungai Brantas yang menuju pusat kota. Kedua, di aliran sungai tepat di pertemuan dari aliran sungai buangan dari pabrik kerupuk rambak dan pabrik gula. Lokasi ketiga, di pintu air DAM Majan. Dan keempat, di daerah aliran Sungai Brantas yang mengalir ke Kediri, Jombang, Mojokerto, hingga Surabaya,” kata Azis kepada KBR melalui sambungan telepon pada Rabu (19/1/2022).

Baca juga:

Sampel air sungai diambil sebanyak 100 liter, dan disaring menggunakan plankton net yang berukuran 300 mess untuk menjebak mikroplastik. Sampel kemudian dibawa dan diteliti di laboratorium ECOTON.

"Dari hasil pengujian dan identifikasi sampel air sungai di Tulungagung diperoleh fakta bahwa sampel-sampel air yang diambil dari empat titik aliran sungai, semuanya positif mengandung mikroplastik. Rata-rata, mikroplastik yang terkandung adalah 90 partikel per 100 liter," ujar Azis.

Lokasi titik kedua tempat pengambilan sampel air yaitu di aliran sungai tepat di pertemuan dari aliran sungai buangan dari pabrik kerupuk rambak dan pabrik gula, merupakan titik yang paling banyak teridentifikasi mikroplastik. Jumlahnya bahkan mencapai 114 partikel per 100 liter.

"Hal itu diduga, karena di lokasi titik kedua pengambilan sampel merupakan wilayah yang dihuni banyak warga, banyak pemukiman yang berdiri di atas bantaran sungai. Dan sepanjang pemantauan ECOTON, tidak ada sarana dan prasarana pengumpulan atau pengolahan sampah milik warga di sepanjang Sungai Ngrowo itu. Semakin banyaknya warga yang menghuni pemukiman di bantaran sungai, maka semakin banyak pula saluran pembuangan air warga yang terbuang langsung ke sungai tanpa adanya treatment lebih dulu," kata Azis prihatin.

Azis mengatakan selama ini warga tidak menyadari bahwa mikroplastik bukan hanya disebabkan oleh sampah plastik saja. Tapi juga, karena pembuangan produk perawatan tubuh, produk rumah tangga, aktivitas mencuci baju dan lainnya. 

Selain itu, fasilitas pengangkutan sampah milik warga yang belum maksimal, juga ditengarai semakin memperparah kondisi sungai, karena sampah langsung terbuang begitu saja.

Tiga Jenis Mikroplastik

Sementara itu, peneliti ECOTON Eka Chlara Budiarti mengungkapkan, hasil uji laboratorium menemukan fakta bahwa ada tiga jenis mikroplastik yang ditemukan di aliran sungai di Tulungagung. Yaitu, fiber, fragmen, dan filamen.

"Prosentase mikroplastiknya itu ada beberapa jenis. Yang pertama adalah fiber sekitar 45 persen, yang kedua adalah fragmen sekitar 36 persen, dan yang ketiga itu adalah jenis filamen sekitar 19 persen itu," ujar Chlara.

Dijelaskannya, temuan kandungan mikroplastik jenis fiber biasanya berasal dari bahan pencuci baju dan limbah popok sekali pakai. Sedangkan mikroplastik jenis fragmen berasal dari plastik berbahan keras seperti botol plastik, sendok plastik, kotak makan bekas, ember bekas dan lainnya.

Lalu, mikroplastik jenis filamen, umumnya berasal dari plastik kemasan sachet makanan atau minuman, kantong kresek, plastik bening dan sebagainya.

"Mikroplastik meracuni biota sungai, termasuk ikan, kerang, udang dan lainnya. Biota sungai ini kemudian dikonsumsi manusia. Nah, mikroplastik yang ikut terkonsumsi oleh manusia melalui biota laut dalam periode waktu tertentu bisa memicu kanker, liver, dan penyakit berbahaya lainnya," tutur Chlara.

Sementara itu, ketika dikonfirmasi wartawan, Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kabupaten Tulungagung, Suroso mengatakan, pencemaran mikroplastik akibat perilaku warga. Pencemaran itu timbul akibat limbah plastik yang tidak terurus dengan baik. Suroso mengimbau, masyarakat harus melakukan pemilahan sampah sejak dari rumah.

    Editor: Agus Luqman

    • ECOTON
    • Sungai Tulungagung
    • Sungai Ngrowo
    • Mikroplastik
    • KLHK

    Komentar (0)

    KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!