NASIONAL

Influencer di Malaysia Kampanyekan Sunat Perempuan di Instagram

"Akibat kampanye tersebut, banyak remaja di negeri jiran terpengaruh. "

Sindu Dharmawan

Influencer di Malaysia Kampanyekan Sunat Perempuan di Instagram
Aktivis Sisters In Islam Malaysia, Nurhuda Ramli, saat menghadiri Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II di Jepara, Jumat, (25/11/2022). Foto: KBR/Sindu

KBR, Jepara- Sunat perempuan di Malaysia dikampanyekan oleh pemengaruh atau influencer di media sosial.

Fakta ini disampaikan aktivis Sisters in Islam Malaysia, Nurhuda Ramli, usai pramusyawarah soal Perlukaan dan Pemotongan Genitalia Perempuan (P2GP) di Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II, di Jepara, Jawa Tengah, Jumat, 25 November 2022.

Kata dia, akibat kampanye tersebut, banyak remaja di negeri jiran terpengaruh. Sebab, pemengaruh itu memiliki pengikut hingga jutaan orang.

"Beliau sendiri (influencer, red), yang mengambil anaknya sendiri dikhitankan. Dibawa anak dia ke klinik, hospital kalau saya tak salah silap. Prosesnya itu direkam, tapi enggak di bawah, dia tunjuk macam mana anak dia menangis. Kemudian di video Instagram itu, dituliskan apa dalil-dalilnya. Jadi permasalahannya adalah, enggak ada yang meng-counter itu," kata Nurhuda usai pramusyawarah, Jumat, 25 November 2022.

Baca juga:

[SAGA] Bidan Sunat Perempuan: Dulu Saya Pernah Menoreh Pakai Jarum, Aduh Kasihan

WHO: Sunat Perempuan Merusak Kesehatan Fisik dan Mental

    Nurhuda menambahkan, Sisters In Islam juga melakukan survei soal sunat perempuan, yang dilakukan terhadap kaum muda usia 15-25 tahun. Hasilnya mereka menolak sunat perempuan diharamkan secara hukum.

    Survei itu dilakukan tiap 10 tahun dan ini adalah kali kedua sigi itu dilakukan. Survei dikerjakan dengan Merdeka Center pada Juni 2022, yang mewakili cukup populasi anak muda di sana.

    Dari hasil survei itu juga disimpulkan adanya peningkatan konservatisme anak muda di sana, dibanding 10 tahun lalu.

    Selain itu, praktik sunat perempuan di Malaysia juga dikuatkan dengan adanya fatwa yang menyebut sunat perempuan adalah wajib.

    Kondisi ini menyulitkan para aktivis antidiskriminasi terhadap perempuan untuk mengkampanyekan penolakan terhadap sunat perempuan. Padahal menurut dia, sunat perempuan sangat berbahaya bagi wanita, karena bisa berdampak hingga kematian. 

    Organisasi kesehatan dunia WHO menegaskan bahwa sunat perempuan adalah praktik yang sangat merugikan, baik bagi kesehatan maupun bagi ekonomi.

    Editor: Dwi Reinjani

    • Sunat Perempuan
    • P2GP
    • KUPI II
    • Perlukaan dan Pemotongan Genitalia Perempuan
    • Kongres Ulama Perempuan Indonesia

    Komentar (0)

    KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!