BERITA

KPAI Sarankan PTM Terbatas Tidak untuk SD, Kenapa?

PTM Picu Klaster COVID-19

KBR, Jakarta-   Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyarankan pembelajaran tatap muka (PTM) hanya diperuntukan bagi jenjang sekolah menengah pertama (SMP) ke atas. Menurut Komisioner KPAI Retno Listyarti, potensi penularan virus pada anak di jenjang ini lebih kecil lantaran mereka telah menerima vaksinasi COVID-19.

"Kalau dorongan buka sekolah itu, kami jadi ditentukannya pakai vaksin. Vaksinnya 70 persen di sekolah itu sudah divaksin baik guru maupun anak. Lalu bagi yang belum divaksin seperti kelas bawah, SD apalagi TK sebaiknya tidak buka. Karena tadi vaksinasinya ngelindungin anak-anak. Kalaupun dia tertular maka  gejalanya menjadi ringan. Itu yang kami justru jadikan sebagai indikator," kata Retno kepada KBR, Selasa (28/9/2021).

Komisioner KPAI Retno Listyarti juga meminta pemerintah untuk melakukan pengawasan ketat terhadap pelaksanaan PTM. Ia mengungkapkan, selama PTM digelar masih ditemukan sekolah yang melanggar protokol kesehatan.

Baca juga: Mendikbud: Semua Wilayah PPKM Level 1-3 Boleh Belajar Tatap Muka

Kata Retno, pelanggaran prokes tersebut didapati KPAI saat meninjau pelaksanaan PTM secara langsung di berbagai wilayah.

"Itu (pelanggaran prokes) di dalam kelas bukan di luar kelas. Bayangkan risiko tinggi beraktivitas dengan berkerumun di dalam ruangan. Dan ternyata tak ada satupun yang pakai masker baik guru maupun murid," ujar Retno.

Selain itu, Retno berharap strategi 3T (testing, tracing dan treatment) merata di seluruh daerah. Ia tak yakin 3T akan berjalan di sekolah-sekolah yang berada di wilayah pedalaman.

"Bagaimana melindungi anak anak ini. 3T juga mungkin di daerah tidak sama. Yang paling bisa dipercaya 3Tnya kan sebenarnya pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Yang betul-betul 3Tnya bahkan melampaui ketentuan dari WHO," katanya.

Penutupan Sekolah

Pemerintah akan menutup pembelajaran tatap muka (PTM) jika rasio kasus positif Covid-19 di sekolah melebihi 5 persen. Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengatakan, kementeriannya akan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk melakukan tes random di sekolah-sekolah. 

Kata Nadiem, Kemendikbud akan menggunakan data dari Kemenkes dan mengimplementasikan aplikasi Peduli Lindungi.

"Dan kita akan secara spesifik akan menutup sekolah di mana kalau sudah melampaui 5 persen positivity rate. Jadi secara klinis, secara statistik, jauh lebih valid, jauh lebih targeted dan tidak merugikan," kata Nadiem dalam konferensi pers, Senin (27/9/2021).

Baca juga: PTM Terbatas di Yogya, Sultan : Rampungkan Vaksinasi Pelajar Dulu

Mendikbud Nadiem Makarim menyebut, tidak terlalu khawatir dengan tren munculnya kasus Covid-19 saat PTM digelar. Nadiem mengatakan lebih khawatir karena ada 60 persen sekolah yang belum melaksanakan PTM, padahal sudah memenuhi ketentuan.


Editor: Rony Sitanggang

  • PTM Terbatas
  • klaster ptm sekolah
  • Nadiem Makarim
  • Sekolah Ditutup Jika Rasio Lampaui 5 persen
  • PTM tidak untuk SD
  • PTM Terbatas Tidak untuk SD

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!