NASIONAL

BNPB Ingatkan Potensi Bencana Hidrometeorologi Basah dan Kering

""Kita akan mengalami baik itu hidrometeorologi basah, banjir, banjir bandang, tanah longsor, sekaligus juga hidrometeorologi kering,""

Astri Yuanasari

Bencana hidrometeorologi
Bencana hidrometeorologi, banjir bandang Sungai Cimanuk di Sekolah PGRI Garut, Jabar, Sabtu (16/7/22). (Antara/Novrian Arbi)

KBR, Jakarta- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan agar masyarakat waspada terhadap bencana hidrometeorologi basah sekaligus hidrometeorologi kering yang akan terjadi bersamaan pada periode Juli sampai awal September nanti. Juru bicara Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, hal tersebut sudah terlihat dari data dua pekan terakhir yang menunjukkan pergeseran potensi bencana di tanah air.

"Di mana pada waktu yang bersamaan kita akan mengalami baik itu hidrometeorologi basah, banjir, banjir bandang, tanah longsor, sekaligus juga hidrometeorologi kering, kebakaran hutan, dan kekeringan. Ini yang sudah mulai terlihat dari data kita satu minggu, kalau minggu sebelumnya frekuensi banjir itu masih lebih besar daripada kebakaran hutan, kekeringan, di minggu ini ini mulai bergeser frekuensi kejadian kebakaran hutan lebih sering daripada banjir," kata Abdul dalam keterangan pers, Senin (25/7/2022).

Abdul menambahkan, dalam kurun waktu 18-24 Juli 2022, BNPB mencatat 39 kejadian bencana, dengan frekuensi bencana yang paling banyak terjadi adalah kebakaran hutan dan lahan, yakni 18 kejadian. Sementara bencana banjir 9 kejadian, cuaca ekstrem 8 kejadian, dan tanah longsor 4 kejadian.

Baca juga:


Abdul memaparkan, dalam kurun waktu tersebut, bencana kebakaran menyebabkan 53,83 hektare lahan terbakar. Sedangkan banjir merendam 718 rumah yang menyebabkan empat rumah rusak dan 2.430 jiwa mengungsi.

Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, pergeseran bencana ini tidak akan mengurangi bobot tanggung jawab dan kewaspadaan serta kesiapsiagaan dari BNPB, dan tentu saja harus meningkatkan kewaspadaan masyarakat.

"Tetapi menjadi dobel tanggung jawab kita, jadi baik itu kebakaran hutan menjadi perhatian kita. Pada masyarakat harus tetap siaga, waspada, di daerah-daerah yang rawan kebakaran hutan, pun demikian halnya di daerah-daerah yang rawan banjir, dua ini menjadi perhatian kita," pungkasnya.


 

Editor: Rony Sitanggang

  • hidrometeorologi
  • cuaca ekstrem
  • BMKG
  • anomali cuaca
  • perubahan iklim
  • kemarau
  • BNPB
  • Bencana Hidrometeorologi
  • banjir
  • Karhutla

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!