NASIONAL

Menkes: Puncak Gelombang COVID-19 Subvarian BA.4 dan BA.5 Terjadi Pertengahan Juli

"Jadi harusnya di minggu kedua Juli, minggu ketiga Juli, kita akan lihat puncak kasus dari BA.4 BA.5 ini"

Sadida Hafsyah, Astri Yuanasari

Menkes: Puncak Gelombang COVID-19 Subvarian BA.4 dan BA.5 Terjadi Pertengahan Juli
Perawat menyiapkan peralatan kesehatan di Gedung PSC Bandung, Rabu (23/6/2021). Antara-Raisan

KBR, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memperkirakan puncak kenaikan kasus COVID-19 akibat subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 akan terjadi pada pertengahan Juli. Mengantisipasi itu, Menkes mendorong agar cakupan vaksinasi dosis ketiga atau booster lebih ditingkatkan.

Menkes juga meminta masyarakat tetap menjaga disiplin protokol kesehatan.

"Semua negara sudah siap-siap ada gelombang berikutnya. Pengamatan kami ini gelombang BA.4 BA.5 biasanya puncaknya tercapai satu bulan sesudah penemuan kasus pertama. Jadi harusnya di minggu kedua Juli, minggu ketiga Juli, kita akan lihat puncak kasus dari BA.4 BA.5 ini," kata Budi dalam keterangan pers evaluasi PPKM, Senin (13/6/2022).

Baca juga: Ada Subvarian Baru, Kemenkes Prediksi Kasus COVID-19 Naik

Menkes meyakini puncak gelombang COVID-19 tidak akan tinggi jika masyarakat disiplin dan telah menerima booster. Sebab Budi mengklaim, Indonesia termasuk negara dengan kondisi penanganan pandemi yang relatif lebih baik.

Kata dia, ini terbukti dari tiga indikator penanganan pandemi yang masih di bawah standar WHO.

Di antaranya indikator transmisi yang saat ini hanya 1 kasus per minggu per 100 ribu penduduk. Angka itu jauh di bawah standar WHO yang menetapkan maksimal 20 kasus per minggu per 100 ribu penduduk.

Kemudian untuk positivity rate secara nasional, Budi menyebut Indonesia berada di angka 1,36 persen, jauh di bawah standar WHO 5 persen. Serta angka reproduksi virus yang masih berkisar di angka 1, sementara standar WHO di atas 1.

Tak Pengaruhi Transisi Endemi

Sekretaris Ditjen Kesehatan Masyarakat di Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, kenaikan kasus COVID-19 tidak mempengaruhi upaya transisi Indonesia dari pandemi ke endemi. Menurutnya, angka kenaikan kasus kali ini tidak memicu perluasan penularan yang signifikan.

Baca juga: Jokowi: Kenaikan Kasus COVID-19 Masih Terkendali

"Kita menilai bahwa peningkatan kasus tadi itu adalah suatu hal yang wajar. Artinya masih dalam batas wajar. Dan ini tentunya masih dalam jumlah rendah dan tidak mengganggu terhadap upaya kita menuju ke arah endemi," ujar Siti dalam acara Talkshow: Tangkal Virus yang Bermutasi dengan Vaksin Booster, Senin (13/06/22).

"Jadi pandemi yang terkendali ini, dengan adanya kasus yang sedikit meningkat, itu sebenarnya adalah suatu dinamika daripada penularan. Tapi ini masih dalam koridor bahwa pandemi ini masih terkendali," tambahnya.

Nadia mengatakan, peningkatan kasus COVID-19 kali ini merupakan dampak dari mudik Lebaran.

"Umumnya 3-4 minggu pasca mobilitas yang sangat tinggi, apalagi kemarin pada saat lebaran kan luar biasa ya. Mobilitas masyarkat yang bergerak itu kan hampir 80 juta. Jadi memang pergerakan sangat tinggi, dan pergerakan selalu menyumbang terjadinya peningkatan kasus," tegasnya.

Per hari ini, kasus COVID-19 di Indonesia bertambah 591.

Editor: Wahyu S.

  • lonjakan kasus covid-19
  • Kemenkes
  • menkes budi gunadi
  • varian BA.4 BA.5

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!