NASIONAL

Pertanian Hidroponik, Hasilkan Sayur Renyah Tak Bergantung Kondisi Alam

Pertanian Hidroponik, Hasilkan Sayur Renyah Tak Bergantung Kondisi Alam

KBR, Jakata - Walau harga BBM kita akhir tahun kemarin turun, tapi sepertinya harga kebutuhan pokok belum banyak yang turun. Terutama harga cabai dan sayur mayur.

Membicarakan soal cabai dan sayur mayur, sebenarnya kita bisa mencoba mengatasi kenaikan harganya dengan menanam sendiri di rumah. Eits, jangan mengeluh pekarangan yang kecil tidak memungkinkan bercocok tanam. Sekarang dengan pekarangan yang kecil pun kita bisa menaman sayur mayur dengan metode hidroponik.


Pertanian Hidroponik  adalah menanam tanpa menggunakan media tanah, atau dengan kata lain memberdayakan air. Jadi pertanian hidroponik tak berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah, karena pupuknya sudah disiapkan selengkap mungkin sesuai yang dibutuhkan oleh tanaman.


Tak seperti pertanian konvensional, pertanian Hidroponik tidak terlalu bergantung pada alam. Jika sedang musim hujan  misalnya, tidak akan berpengaruh terhadap kesuburan tanaman dan hasil panen, karena pertanian ini dilindungi dengan atap plastik atau green house.


Pupuk yang digunakanpun bukan bahan pabrikan, tapi berasal dari bahan alami, seperti pupuk kandang, pupuk kompos, tanaman yang sudah di fermentasi, urin kelinci, dan lain-lain. Bahkan komposisi pupuknya bisa diubah sesuai kebutuhan untuk menghasilkan rasa sayuran yang berbeda. Misalnya, kalau selada di Jepang, masyarakatnya ingin rasa yang lebih pahit, nah di hidroponik komposisi unsur pupuk bisa disesuaikan.


Direktur Produksi dan Kemitraan Parung Farm, Yudi Supriyono yang sudah mengelola pertanian Hidrpronik sejak 1997, mengatakan semua tanaman bisa ditanam dengan pertanian hidroponik,  tapi sebaiknya yang dipilih  adalah tanaman bermur pendek, di bawah 1 tahun.


"Tomat,  paprika, melon, timun, sayur sawi, bayam hijau dan merah, kailan, selada, kangkung, cocok untuk pertanian ini,  karena nilai jualnya tak berpengaruh terhadap harga pasar. Kalau kita mau menanam anggur atau durian, bisa saja, tapi media yang dibutuhkan relatif besar, karena untuk menyanggah agar pohon durian tak roboh butuh suatu energi dan biaya yang mahal," ujar Yudi.


Yudi menambahkan pertanian hidroponik jauh lebih unggul dari pertanian konvensional. Dari segi kualiti, hasil sayuran dari tanaman ini lebih mulus, warna daunnya tajam, tingkat kerenyahannya lebih  krispi, dan bebas dari residu pestisida.


"Di pertanian hidroponik, semuanya sudah terukur. Jarak tanaman, luas lahan, dan pupuknya sudah terukur, tinggal memanage  saja. Bahkan, tidak perlu orang yang mengerti pertanian untuk mengerjakan ini, yang penting loyal terhadap SOP yang sudah dibuat, itu sudah bisa menghasilkan panen hingga 80 persen," jelas dia.


Memang sih, biaya investasi dan oprasional pengelolaan  pertanian ini  lebih besar. Tapi itu sebanding dengan harga jualnya yang  bagus dan kualitas terjamin,  justru hasilnya jadi lebih ekonomis.


Nah, karena harganya yang cukup tinggi dibanding dengan hasil pertanain konvesional, maka sayur dan buah dari pertanian ini menyasar ke hotel, restoran, cafe, dan supermarket, tidak  ke pasar tradisional. Harga sayuran hidroponik mengalami kenaikan sebesar 5-10 persen setiap tahunnya. Karena jumlah supermarket dari tahun ke tahun  terus bertambah, serta gaya hidup dan standar ekonomi  yang juga ikut naik.  Untuk itu, kontinuitas, kuantitas, dan kualitas yang  terjamin tentu menjadi number one bagi Parung Farm.


Parung farm memulai pertanian hidroponik  sejak tahun 1997 tapi,  saat itu hanya beberapa item saja yang ditanam. Barulah pada 2002 mereka membentuk badan usaha dan sudah bisa memasarkannya ke supermarket. Yudi, tak sendiri dalam mengelola bisnis pertanian ini. Ia juga bekerjasama dengan  beberapa mitra  yang tergabung di wilayah Parung,  Jabodetabek,  Malang dan beberapa  wilayah di luar Jawa.


"Jika membeli sayuran dari mitra, kita beli 20 ribu per kg untuk sayuran daun. Sedangkan harga pokok petani  15 ribuan. Jadi, ditingkat petani rata -rata sudah untung 5 ribu per kg. Lantas, dijual ke supermaket berkisar  40-65 ribu rupiah. Mahal? Ya, karena sasarannya hotel-hotel  mewah dengan kualitas dan keunggulan yang sebanding, " jelas Yudi.


Yudi juga menyarankan, kalau membeli sayuran, pilih sayur berakar sehat yang warna akarnya putih. Setelah itu, disimpan di kulkas dan akarnya diberi air, agar awet sampai 7 hari.


Nah, untuk anda yang ingin mencoba bertani secara hidroponik, bisa dicoba di lahan dengan luasan 1000 meter.  Menurut Yudi, dengan mendirikan green house dengan luasan tersebut, sudah bisa meraup keuntungan sekitar Rp 3,6 hingga Rp 4 juta per bulan.


Sementara kalau skala  kecil, sekitar seratus meter, bisa berkelompok dengan relasi-relasi yang bermitra dengan Parung Farm. Atau dengan  warga yang sudah punya pasar. Bahkan, dengan lahan ukuran seperti itu, dapat digunakan untuk pelatihan atau edukasi  dan hasilnya bisa dijual ke teman-teman yang punya restoran. Atau, bisa juga berjualan dengan mobil yang menggunakan pendingin di depan perumahan mewah.


Meski usahanya sudah berskala nasional dan bertahan hingga sepuluh tahun lebih,  bukan bearti Yudi tak mengalami kendala dalam mengelola pertanian ini.


"Salah satu kendalanya, kadang  tak pernah cocok antara suply dan demand, karena selera konsumen tak bisa diprediksi. Kalau di kebun, hasilnya itu  sudah sistematis,  sementara  dalam item-item tertentu ada permintaan konsumen yang tak bisa dipenuhi. Selain itu, bagi konsumen  yang ada di Jakarta, biasanya mereka tak mau jika sayurnya sampai ke rumah diatas jam 12, padahal traffic Jakarta macet," jelas Yudi.  


Namun, itu tak menghalangi Yudi untuk terus mengembangkan pertanian hidroponik ini. Kini, ia berhasil mengantungi omzet 1, 7 hingga 2 Milliar rupiah perbulan. Angka yang tak sedikit tentu, dengan bermodal ketekunan merawat perkebunan dan hubungan baik dengan beberapa mitra.


Ya, permintaan pasar yang besar dengan usaha pertanian hidorponik yang masih sedikit, tentu  membuat peluang usaha ini masih terbuka lebar.


Anda tertarik? Silahkan  belajar edukasi tentang pertanian ini, dengan melihat informasinya di www.parungfarm.com  Atau, boleh juga berkunjung langsung ke Parung Farm,  di Jalan Raya Parung No. 546 . Di sana, Anda akan mendapatkan penjelasan secara gratis, sekaligus bisa melihat geliat pertanian hidroponik yang sudah menghasilkan omzet miliaran rupiah ini.

  • sayur
  • pertanian

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!