BERITA

Dari Era SBY Sampai Jokowi, Kasus Perkelahian Massal Terus Meningkat

Dari Era SBY Sampai Jokowi, Kasus Perkelahian Massal Terus Meningkat

KBR, Jakarta - Sejak era pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) sampai Jokowi, kasus perkelahian massal terus meningkat.

Hal itu tercatat dalam laporan Statistik Kriminal 2019 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Jumat (13/12/2019). Kasus perkelahian massal yang tercatat meliputi:

    <li>Perkelahian antar kelompok warga;</li>
    
    <li>Perkelahian warga antar desa/kelurahan;</li>
    
    <li>Perkelahian warga dengan aparat keamanan;</li>
    
    <li>Perkelahian warga dengan aparat pemerintah;</li>
    
    <li>Perkelahian antar pelajar, dan;</li>
    
    <li>Perkelahian antar suku.</li></ul>
    

    Tahun 2011, di periode kedua pemerintahan SBY, macam-macam bentrokan itu terjadi di sekitar 2.500 desa/kelurahan. Kemudian pada 2014 jumlahnya bertambah jadi sekitar 2.700 desa/kelurahan.

    Pada 2018, mendekati akhir periode pertama Jokowi, jumlah lokasi bentrokan naik lagi jadi sekitar 3.100 desa/kelurahan di berbagai wilayah Indonesia.

    "Provinsi dengan desa/kelurahan terbanyak yang pernah mengalami perkelahian massal adalah Papua, Jawa Barat, dan Jawa Tengah," jelas BPS dalam laporannya.

    Menurut catatan BPS, jenis perkelahian yang paling banyak terjadi ialah bentrokan antar kelompok warga.

    Perkelahian warga dengan aparat pemerintah cukup jarang. Namun, selama periode pertama Jokowi jumlah kasusnya meningkat, dari 0,12 persen pada 2014 menjadi 0,16 persen pada 2018.

    "Kami berharap publikasi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi para pengambil keputusan sebagai acuan atau rujukan dalam penyusunan arah dan kebijakan pembangunan nasional, terutama pembangunan di bidang keamanan," tegas BPS.

    Editor: Agus Luqman

  • perkelahian massal
  • tawuran
  • kriminal
  • intoleransi
  • konflik sosial
  • kerusuhan
  • bentrokan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!