HEADLINE

10 Persen Orangutan yang Dilepasliarkan di Kalimantan Timur Mati

"Penyebab kematiannya karena sakit dan diburu"

10 Persen Orangutan yang Dilepasliarkan di Kalimantan Timur Mati
Ilustrasi (sumber: Setkab)

KBR, Balikpapan – Sekira 10 persen orangutan yang dilepasliarkan  mati. Manager Program Yayasan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) Samboja Kutai Kertanegara Kalimantan Timur Agus Irwanto  mengatakan mereka  mati karena sakit  ataupun mati karena diburu. Sejak 2012 orangutan yang dilepasliarkan di hutan Kalimantan seluruhnya sebanyak 200 individu orangutan.

Kata dia, orangutan yang dilepasliarkan tidak begitu saja dibiarkan, tetap masih dipantau selama tiga tahun. Di tubuh satwa langka itu dipasang chip sehingga diketahui aktifitasnya setiap hari. Jika dianggap tidak bisa hidup mandiri, maka orangutan itu akan kembali direhabilitasi.  

“Kami kalau dari penelitian sejarah kami, melepasliuarkan orangutan, sebanyak 10 persen yang gagal bisa mati kena penyakit atau dibunuh orang. Kami punya protokol tiga tahun pertama harus diawasi,"  kata Agus Irwanto, Senin (7/12). 

Manager Program Yayasan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) Samboja Kutai Kertanegara Kalimantan Timur Agus Irwanto melanjutkan, "jadi diambil datanya. Mulai dia makan, mulai dia tidur, mulai dia tidur lagi, bangun tidur. Kami pasang chip diikuti kemanapun, jadi dipantau."

Sebelumnya awal Desember 2015, empat individu orangutan dilepasliarkan di Hutan Muara Wahau Kutai Timur Kalimantan Timur. Kempat orangutan itu, dua betina, dua laki-laki yakni Bunga, Theresia, Jhony dan Hanum. Setiap tahun Yayasan Borneo Orangutan Survival Foundation menargetkan  setidaknya empat  individu orangutan dilepasliarkan. Rerata setelah 10 tahun direhabilitasi.


Editor: Rony Sitanggang 

  • . Manager Program Yayasan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) Samboja Kutai Kertanegara Kali
  • orangutan
  • pelepasliaran orangutan
  • 10% mati
  • sakit dan diburu

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!