Article Image

SAGA

Pasar di Bali Menuju Zona Bebas Plastik (Bagian 2)

"Zona bebas plastik di Pasar Seni Guwang lebih mudah diterapkan karena karakteristik produknya"

Pasar Seni Guwang di Kabupaten Gianyar dibuka sejak 2001, merupakan pusat oleh-oleh khas Bali. (Foto: dok Aliansi Zero Waste Indonesia).

KBR, Bali - Sani tetiba disergap sejumlah orang saat hendak keluar dari Pasar Seni Guwang, Gianyar, Bali.

Mereka mengambil kantong plastik berisi oleh-oleh khas Bali yang barusan dibelinya, kemudian ditukar dengan tas jinjing kain atau tote bag warna putih.

Ini adalah aksi rampok plastik, bagian dari edukasi pembatasan kantong plastik sekali pakai di Pasar Seni Guwang.

“Malu, jadi besok datang bawa tas,” ujar Sani.

Baca juga: Pasar di Bali Menuju Zona Bebas Plastik (Bagian 1)

Tas plastik Sani ‘dirampok’ dan ditukar dengan kantong guna ulang. Ini merupakan salah satu edukasi diet kantong plastik. (Foto: dok Aliansi Zero Waste Indonesia).

Tim penyergap terdiri dari tokoh adat setempat, pengelola pasar dan juga Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali selaku fasilitator program diet plastik.

Burhani dan dua rekannya, menjadi sasaran berikutnya.

“Kaget, kirain tadi bayar, gratis ternyata,” celetuk Burhani.

Mereka bertiga adalah mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang tengah studi banding ke Bali.

Di Pasar Seni Guwang, Burhani belanja baju dan celana yang dibungkus dengan kantong plastik.

Kantong itu kemudian ditukar dengan tas jinjing kain yang disiapkan tim rampok plastik.

Burhani paham pentingnya diet plastik. Namun, membawa kantong belanja sendiri, belum menjadi kebiasaannya.

“Ya (tas guna ulang) bisa lebih enteng aja, lebih stylish. Nanti coba-cobalah sedikit-sedikit. Ya, anggaplah belum terbiasa,”ucap Burhani.

Baca juga: Seruan Transpuan Kampung Duri tentang Perubahan Iklim

Burhani (22), mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan menceritakan bahwa pasar tradisional di daerahnya mengurangi kantong plastik secara bertahap. (Foto: KBR/Ninik).

Di daerah asalnya, gerakan pengurangan sampah plastik juga sudah digaungkan. Seperti halnya di Bali, penerapannya dilakukan bertahap, termasuk di pasar tradisional.

“Yang belanja di supermarket pakai ini (tas guna ulang). Yang (pasar) tradisional di Kalimantan masih pakai plastiklah. Kalau pasarnya letaknya di tengah kota, rata-rata mulai pakai ini,” ujar mahasiswa 22 tahun ini.

Kampanye pembatasan kantong plastik sekali pakai digencarkan di Pasar Seni Guwang sejak Oktober 2022. Seluruh pedagang yang jumlahnya sekitar 500 orang, diklaim mendukung penuh upaya ini.

“Yang penting dari kita dan untuk kita juga kan, ini juga demi kebersihan dunia lho bukan kita aja. Karena plastik itu 10 tahun tidak terurai, makanya dia itu antusias banget,” tutur Kepala Pasar Seni Guwang, I Ketut Budaya.

Kata dia, mulai 27 November 2022, pasar harus bersih dari kantong plastik sekali pakai.

“Sanksinya kalau di adat kan beras, berapa kilogram beras, nanti diuangkan jadi berapa ribu,” kata dia.

Baca juga: Rawat Lingkungan sambil Rekreasi di Kampus Tabalong

Kepala Pasar Seni Guwang I Ketut Budaya (berkemeja biru) menargetkan pasar bebas plastik pada 27 November 2022, saat ulang tahun pasar ke-21. (Foto: dok Aliansi Zero Waste Indonesia).

Pasar Seni Guwang mengikuti aturan desa adat setempat. Ketut mencontohkan pedagang dilarang memaksa pengunjung membeli.

“Sanksinya 100 kg beras kalau diuangkan Rp1 juta. Karena kita ingin kenyamanan dan keamanan konsumen. Itu yang kita berbuat lebih, karena persaingan pasar sangat ketat sekali, dengan adanya pasar modern. Biarpun kecil, tapi gaungnya besar,” ungkap Ketut.

Ketut menargetkan penggunaan plastik sekali pakai berkurang 90 persen. Meski diakuinya bakal ada ganjalan dari pihak pemasok.

Pedagang Pasar Seni Guwang biasanya mendapat kiriman produk yang sudah dibungkus plastik.

“Grosirnya kita kasih tahu dulu, supaya diganti plastik itu pakai tas yang kecil. Siapa tahu grosirnya belum ke sini, ga tahu aturan mungkin kan, grosir dari Jawa juga ada,” Ketut menjelaskan.

Baca juga: Waste Solution Hub, Kelola Sampah Jadi Cuan

I Wayan Subawa (kiri), pejabat Dinas Lingkungan Hidup Gianyar menyebut masih mendata jumlah sampah plastik yang disumbang pasar tradisional. (Foto: KBR/Ninik).

Anak Agung Tatik Rismayanti dari PPLH Bali meyakini partisipasi aktif dari tokoh adat mampu memuluskan gerakan diet plastik sekali pakai (PSP) di Pasar Seni Guwang.

“Pasar Seni Guwang itu kan bahan-bahannya kering semua, lebih mudah untuk kita mengajak mereka tidak menggunakan PSP lagi. Saat ini memang masih di tahap sosialisasi tapi melihat komitmen dari kepala desa adatnya, kita sangat optimis bisa minimal 99 persen pasar bebas plastik,” ujar aktivis yang akrab disapa Gungtik ini.

Target mewujudkan Pasar Seni Guwang ramah lingkungan juga didukung penuh pemerintah daerah.

Menurut I Wayan Subawa, pejabat di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, gerakan diet plastik akan memunculkan citra positif terhadap Bali.

“Bali itu peduli dengan lingkungan. Orang-orang luar kan otomatis senang dengan Bali, sehingga lebih banyaklah tamu-tamu yang datang,” kata Wayan.

Penulis: Ninik Yuniati