RAGAM

Lebih Baik Divaksin Karena Biaya Perawatan Covid-19 Sangat Tinggi

"Meskipun perawatan ditanggung negara, pasien jadi tidak produktif. Berapa potensi pendapatan hilang ketika masa perawatan. Belum kondisi psikis yang setiap hari cemas akan kondisi kesehatannya."

Lebih Baik Divaksin Karena Biaya Perawatan Covid-19 Sangat Tinggi
Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH., Dr.PH (Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI) bersama Icha Atmadi, S.T. (Penyintas COVID-19)

Jakarta - Perlindungan terhadap Kesehatan masyarakat menjadi prioritas, pemerintah terus melakukan upaya Testing, Tracing, dan Treatment, serta edukasi 3M guna menekan penularan Covid-19.

Hasil riset menunjukkan rata-rata biaya perawatan yang harus dikeluarkan pasien yang terinfeksi Covid-19 adalah Rp184 juta per orang. Dan biaya itu ditanggung pemerintah. Selain itu produktivitas dan pendapatan menurun karena harus menjalani perawatan. Yang lebih tragis jika pasien yang meninggal ada di usia produktif, besar beban biaya hidup bagi keluarga yang ditinggalkan.

“Apabila kita bisa disipilin menjalankan protokol kesehatan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak aman), dan pemerintah aktif menjalankan 3T (Tracing, Testing, Treatment), kita dapat menghemat kerugian negara yang lebih besar lagi, kita bisa menghemat sampai Rp500 Triliun, dan menggunakannya untuk membangun ekonomi Indonesia”, terang Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH., Dr.PH, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, pada acara Dialog Produktif bertema “Memaksimalkan Pengelolaan Kesehatan Lewat Vaksinasi” yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Kamis (26/11).

Icha Atmadi ST, salah seorang penyintas COVID-19 menuturkan, “COVID-19 ini serius sekali. Untuk gejala paling ringan pun bisa terasa sakit baik bagi fisik maupun mental. Apalagi bagi mereka yang mengalami gejala berat, seperti yang dialami ayah saya waktu itu, yang memerlukan alat bantu pernafasan. Perasaan cemas yang dirasakan itu seperti setiap hari akan menghadapi kematian”, terangnya.

Apabila biaya perawatan Icha Atmadi dihitung dan ditanggung secara mandiri, bisa mencapai ratusan juta rupiah selama 45 hari menjalankan perawatan. Hanya saja biaya perawatan Icha dan keluarga serta pasien COVID-19 lainnya saat ini ditanggung negara.

Prof Hasbullah mengingatkan, meskipun perawatan ditanggung negara, pasien jadi tidak produktif. Berapa potensi pendapatan hilang ketika masa perawatan. Belum kondisi psikis yang setiap hari cemas akan kondisi kesehatannya. Itu yang tidak bisa dinilai dengan uang.

Icha Atmadi membenarkan apa yang dikatakan Prof. Hasbullah tersebut, “Semua pasien COVID-19 baik yang gejalanya ringan, sedang, maupun berat, mengalami titik terendah sehingga membuat kita lebih introspeksi. Ayah saya sampai mendapatkan beberapa suntikan infus, belum lagi ditambahkan alat bantu pernafasan, serta alat pendukung dan tindakan medis lainnya. Jadi benar-benar mencemaskan waktu itu”, terangnya.

Oleh karena itu Prof. Hasbullah menyarankan untuk disiplin menjalani protokol kesehatan 3M. “Kalau nanti sudah ada vaksin, kita tambah dengan vaksin. Meskipun harga vaksin belum keluar nilainya, tapi misalnya harganya nanti katakanlah Rp200.000, investasi ini akan memberikan kita peluang lebih aman daripada berisiko besar terinfeksi dan memerlukan pengobatan”, terangnya lebih lanjut.

Menurut Prof. Hasbullah vaksin terbukti memberikan ketenangan. Sebagai contoh pada kasus penyakit TBC, karena hampir semua orang sudah divaksin BCG, kita bisa tenang menjalani kehidupan.

Dari perspektif agama, Prof. Hasbullah menilai, mencegah penularan sama derajatnya dengan melakukan ibadah. Saking besarnya ibadah itu sampai naik haji dan sholat Jumat berjamaah pun boleh ditinggalkan untuk menghindari penularan lewat kerumunan.

(Redaksi KBR mengajak untuk bersama melawan virus Covid-19. Selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan dengan 3M, yakni; Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan dengan Sabun).

  • nativead
  • #satgascovid19
  • #IngatPesanIbu
  • #pakaimasker
  • #jagajarak
  • #jagajarakhindarikerumunan
  • #cucitangan
  • #cucitanganpakaisabun
  • #KBRLawanCovid19

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!